Masih banyak orangtua yang menganggap bahwa memukul atau hukuman fisik lainnya merupakan metode yang paling tepat untuk mendisiplinkan anak. Padahal, lembaga kesejahteraan anak UNICEF menyatakan bahwa ada efek buruk pada psikologis anak yang sering dipukul. Apa saja akibat anak sering dipukul? Simak ulasan berikut.
Beberapa akibat anak sering dimarahi dan dipukul
Memukul anak mungkin terkadang bisa membuatnya patuh seketika. Oleh karena itu, beberapa orangtua sering menerapkan cara ini saat menghadapi anak yang rewel dan berperilaku buruk.
Padahal, di balik itu, terdapat sejumlah dampak akibat anak sering dipukul dan dimarahi, yang meliputi berikut ini.
1. Anak mengalami trauma
Menurut The American Academy of Pediatric, trauma dapat terjadi akibat anak sering dipukul dan dimarahi. Dalam istilah medis, kondisi ini disebut dengan post-traumatic stress disorder (PTSD).
Anak yang mengalami PTSD umumnya akan mengalami beberapa gejala, seperti:
- susah tidur,
- mudah marah dan meledak-ledak,
- konsentrasi menurun,
- daya ingat terganggu,
- mudah terkejut,
- sering melamun, serta
- selalu merasa curiga dan ketakutan.
2. Anak sulit bersosialisasi
Efek lain dari trauma yang dialami oleh anak akibat sering dipukul adalah ia menjadi sulit berkomunikasi dan bersosialisasi.
Ini karena ia selalu dilanda ketakutan pada orang lain. Selain itu, ia pun menjadi tidak percaya diri dan sulit berprestasi dan mengembangkan potensi dirinya.
U.S. Department of Health and Human Service menyatakan bahwa memukul dan membentak anak dianggap sebagai pelecehan fisik dan verbal sehingga dinilai melanggar hak-hak asasi anak.
3. Mengalami gangguan perkembangan otak
Orangtua mungkin menganggap usia balita belum memahami situasi sehingga dengan mudahnya memukul anak. Padahal, pada usia ini, otak berkembang lebih cepat daripada organ lain.
Oleh karena itu, dampak sering memukul anak balita maupun anak yang berusia lebih dewasa berhubungan langsung dengan kecerdasannya.
Penelitian pada jurnal Infant and Child Development membandingkan anak usia 3 tahun yang sering menerima pukulan (tamparan) dengan anak yang tidak.
Hasilnya menunjukkan bahwa di usia 5 tahun, anak yang sering dipukul memiliki kecerdasan yang lebih rendah daripada yang tidak dipukul.
4. Membuat anak sulit belajar
Tidak hanya pada balita, penurunan kinerja otak juga dapat terjadi akibat memukul anak usia sekolah. Akibatnya, ia menjadi kesulitan belajar dan memahami pelajaran.
Menurut studi yang diterbitkan oleh jurnal Human Brain Mapping, memukul anak dapat mengurangi gray matter, yaitu jaringan penghubung abu-abu pada otak yang merupakan bagian penting untuk belajar.
Selain itu, akibat sering dipukul dan dimarahi, anak menjadi sulit mengembangkan diri. Ini karena ia takut mencoba hal-hal yang baru dan khawatir berbuat salah.
5. Anak berperilaku kasar
Anda mungkin pernah mendengar bahwa perilaku anak merupakan cerminan perilaku orangtuanya. Ya, begitu juga dalam hal kekerasan.
Akibat anak sering dipukul dan dimarahi akan terlihat langsung pada sikap si Kecil. Ia akan tumbuh menjadi anak yang kasar dan agresif.
Si Kecil akan menganggap memukul itu adalah hal yang biasa sehingga ia pun melakukan hal yang sama pada orang lain seperti teman atau saudaranya.
Selain itu, efek memukul dan bentuk kekerasan lainnya saat anak usia 2 tahun dapat membuatnya tantrum. Beberapa anak mungkin juga akan mengalami kurang nafsu makan, susah tidur, dan sakit kepala.
6. Anak berisiko melukai dirinya sendiri
Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, memukul anak dapat membuatnya meniru kekerasan.
Bukan hanya pada orang lain, ia bisa saja akan melampiaskan emosinya pada dirinya sendiri.
Menurut badan kesehatan dunia WHO, akibat anak sering dipukul dapat membuat ia melukai diri, menggunakan narkoba, bahkan melakukan upaya bunuh diri.
7. Anak kabur dari rumah
Anak mungkin dapat menghindar jika mengalami kekerasan di luar rumah. Lantas, bagaimana jika hal itu ia alami di rumah?
Ya, dengan sikap orangtua yang sering memukul anak akan membuatnya ketakutan dan tidak nyaman tinggal di rumahnya sendiri.
Akibatnya, anak berupaya untuk kabur dari rumah karena takut bertemu dengan orangtuanya. Padahal, rumah seharusnya menjadi tempat yang nyaman dan orangtua seharusnya menjadi sumber kasih sayang.
Ketika semua itu hilang dalam hidupnya, jiwa anak akan kosong dan kekurangan kasih sayang.
8. Berisiko pergaulan bebas
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, akibat sering dipukul, anak bisa menjadi tidak betah tinggal di rumah.
Pada usia pubertas, hal ini berisiko membuatnya terlibat dalam pergaulan bebas karena mencari pelarian di luar rumah.
Menurut WHO, kondisi ini dapat menyebabkan anak melakukan hubungan seks di usia dini, hamil di luar rencana, mengalami penyakit menular seksual, dan masalah reproduksi lainnya.
Sebagai orangtua, Anda tentu saja tidak menginginkan hal ini terjadi pada si Kecil, bukan?
Tips mendisiplinkan anak tanpa harus memukul
Berdasarkan penjelasan di atas, tentunya Anda menjadi tahu bahwa akibat anak sering dipukul dan dimarahi sangatlah buruk untuk kehidupan anak.
Oleh karena itu, jangan sampai Anda melakukannya pada mereka. Daripada memukul dan memarahi anak, cobalah lakukan hal-hal berikut untuk mendidik anak agar patuh.
- Terapkan hukuman yang wajar, bermanfaat dan sesuai usianya, seperti membersihkan kamar mandi, menulis kalimat permohonan maaf, dan lain-lain.
- Bangunlah komunikasi yang baik dengan anak agar ia lebih dekat dan mudah menuruti perkataan Anda.
- Buat aturan yang disepakati bersama agar ia merasa bertanggung jawab tanpa harus memukul anak.
Selain itu, perlu Anda perhatikan untuk selalu menjaga emosi dan menahan amarah saat menghadapi anak.
Sebisa mungkin bersabarlah terhadap perilakunya dan maafkanlah kesalahannya, apalagi jika kesalahannya tidak terlalu berat.
Kesimpulan
[embed-health-tool-vaccination-tool]