Tidak sedikit makanan kemasan yang diproduksi dengan beragam zat aditif (tambahan) guna mengawetkan serta mempercantik tampilan makanan. Dari banyaknya jenis zat aditif pada makanan, BHA dan BHT adalah dua di antaranya. Lantas, apakah kedua zat aditif ini aman digunakan?
Apa itu BHA dan BHT?
Butylated hydroxyanisole (BHA) dan butylated hydroxytoluene (BHT) adalah bahan aditif yang umum digunakan sebagai bahan tambahan dalam produk makanan olahan.
BHA dan BHT berfungsi untuk melindungi lemak dalam makanan dari reaksi oksidasi yang dapat menyebabkan ketengikan, yakni proses pembusukan makanan.
Ketika makanan terpapar oksigen, lemaknya dapat bereaksi dan menghasilkan rasa dan bau yang tidak sedap.
Dengan menambahkan BHA dan BHT, produsen dapat memperpanjang umur simpan produk makanan, menjaga rasa dan kualitasnya.
Sebagai antioksidan, BHA dan BHT membantu menjaga kestabilan produk olahan selama penyimpanan.
Kedua bahan aditif ini mencegah kerusakan yang disebabkan oleh oksigen dan dapat membantu mencegah kerusakan warna dan tekstur makanan.
BHA dan BHT berfungsi seperti vitamin E yang merupakan antioksidan.
Dengan menetralkan radikal bebas yang dapat merusak sel-sel dalam tubuh, kedua senyawa ini membantu menjaga kualitas gizi dalam makanan.
BHA dan BHA dalam penggunaan produk
BHA dapat ditemukan dalam sejumlah produk olahan seperti berikut ini.
- Mentega dan lemak babi untuk menjaga kualitas lemak.
- Minyak sayur untuk mencegah kerusakan akibat oksidasi.
- Sereal dan makanan beku guna memastikan kesegaran saat disimpan.
- Permen dan camilan membantu mempertahankan rasa dan tekstur.
- Daging dan makanan ringan melindungi dari reaksi yang dapat merusak
Sementara itu, salah satu penelitian dalam jurnal Toxicology Reports mengatakan bahwa antioksidan BHT digunakan dalam produk-produk berikut ini.
- Permen karet untuk mempertahankan rasa.
- Daging yang diawetkan guna mencegah perubahan rasa dan kualitas.
- Makanan kering dan makanan penutup untuk memastikan produk tetap segar.
- Makanan dengan lemak tambahan untuk melindungi dari kerusakan akibat oksidasi.
- Pakan ternak untuk meningkatkan umur simpan pakan.
BHA dan BHT sering terdapat dalam makanan yang diproses secara berlebihan. Produk makanan ini biasanya kurang padat gizi dibandingkan makanan utuh atau yang diproses secara minimal.
Selain makanan, BHA dan BHT dapat ditemukan dalam kemasan makanan, kosmetik, dan produk perawatan pribadi lainnya.
Apakah BHA dan BHT aman dikonsumsi?
Penggunaan BHA dan BHT umumnya aman dikonsumsi menurut FDA (Food and Drugs Administration) atau setara BPOM di Indonesia.
Hanya saja, batas yang dianjurkan pada produk kemasan hanya 0,002%dari keseluruhan kadar lemak yang ada dalam makanan tersebut.
Sementara itu, untuk makanan kering lainnya, FDA telah menetapkan batasan aman untuk setiap jenis makanan yang berbeda.
Meskipun aman, terdapat potensi efek samping apabila Anda mengonsumsi BHA dan BHT secara berlebihan.
Berikut ini beberapa risiko efek samping BHA dan BHT.
Namun, potensi efek samping ini baru diuji pada hewan sehingga masih diperlukan penelitian lebih lanjut pada manusia mengenai hal ini.
Selain itu, konsumsi BHA dalam jumlah yang tidak normal diduga dapat berinteraksi dengan metode kontrasepsi hormonal atau hormon steroid lainnya.
Ini bisa berarti bahwa BHA berpotensi memengaruhi cara kerja kontrasepsi hormonal meskipun mekanisme pasti dari interaksi ini belum sepenuhnya dipahami.
Sebagai tindakan pencegahan, sebaiknya hindari konsumsi makanan yang mengandung BHA dan BHT pada ibu hamil dan menyusui, bayi, dan balita.
Hindari juga makanan yang mengandung pengawet secara berlebihan agar paparan zat aditif ini juga berkurang.
Ringkasan
- BHA (butylated hydroxyanisole) dan BHT (butylated hydroxytoluene) adalah antioksidan yang digunakan sebagai zat aditif dalam makanan olahan untuk mencegah ketengikan dan memperpanjang umur simpan. Keduanya umum ditemukan dalam sereal, mentega, dan permen.
- Meskipun FDA menganggap BHA dan BHT aman dalam jumlah tertentu, konsumsi berlebihan dapat menyebabkan efek samping seperti risiko kanker dan gangguan reproduksi.
- Sebaiknya, hindari makanan yang mengandung kedua zat ini, terutama bagi ibu hamil, menyusui, bayi, dan balita, untuk menjaga kesehatan.
[embed-health-tool-bmi]