Menariknya, dalam survei milik Harvard Business Review, hanya tiga dari 12 kategori profesi yang dinilai oleh masyarakat bahwa pria memiliki efektivitas yang lebih unggul daripada “pesaing” wanitanya, dan dua di antaranya — customer service dan fungsi administratif — secara tradisional dianggap sebagai lahan pekerjaan para wanita. Malah, keunggulan terbesar wanita dalam ranking efektivitas dibandingkan pria umumnya lebih terdapat di bidang fungsional yang biasanya sangat didominasi oleh kaum pria (sales, general management, R&D, IT, dan product development).
Publik juga lebih cenderung untuk menilai wanita menjadi sosok pemimpin yang lebih teratur dan terorganisir daripada pria, dan jarang yang menilai sebaliknya. Selain itu, menurut temuan survei, responden menilai pemimpin wanita lebih tinggi pada memimpin laki-laki dengan menjadi “sosok yang memberikan contoh”; lebih baik dalam berkomunikasi secara terbuka dan transparan; lebih mungkin untuk mengakui kesalahan; dan mengeluarkan potensi terbaik dalam diri orang lain.
Selain itu, masyarakat lebih cenderung menilai bahwa wanita lebih memiliki sifat kasih sayang dan menunjukkan kompetensi ‘mengasuh’, seperti mengembangkan potensi orang lain dan membangun hubungan. Di semua kasus survei, wanita memang menunjukkan skor yang lebih tinggi daripada pria.
Dan, dua dari ciri klasik seperti “cepat mengambil inisiatif” dan “bekerja demi mendapatkan hasil” yang selama itu melekat sebagai kekuatan pria, justru didominasi oleh pemimpin wanita yang mencetak skor tertinggi. Sebaliknya, kaum pria hanya menduduki peringkat pertama di satu kategori kompetensi manajemen, menurut survei Harvard Business Review — yaitu kemampuan mengembangkan perspektif strategis.
Salah satu survei juga menemukan bahwa, secara global, pria hampir terkalahkan oleh perempuan mereka — 54% dibandingkan 46% — sebagai jenis kelamin yang diharapkan penduduk dunia untuk mengarahkan kita melalui tantangan dalam lima tahun ke depan.
Apa kesimpulannya?
Menurut Ketchum Leadership Communication Monitor, survei ini bukannya digunakan sebagai ketukan palu bahwa setiap pemimpin dunia masa depan harus wanita, dan pria tidak lagi memiliki tempat dalam kepemimpinan. Sebaliknya, sudah saatnya untuk mengabaikan gagasan kuno masyarakat tentang peran gender di tempat kerja. Perempuan akan unggul saat diberi kesempatan untuk bersinar. Begitu pula dengan pria, terutama ketika mereka juga merasa perlu untuk membuktikan diri dalam peran non-tradisional.
Yang menjadi benang merah dari semua survei ini adalah tidak ada gender yang lebih baik daripada yang lain. Temuan survei lebih berfokus pada bagaimana pria dan wanita dapat mengembangkan keterampilan kepemimpinan dan kemampuan mereka, dan tidak ada bidang tertentu yang khusus disediakan untuk satu gender atau yang lain.
Apa yang diperlukan untuk mengembangkan seorang pemimpin besar, baik laki-laki atau perempuan, adalah kesediaan mereka sendiri untuk mengembangkan diri, diberikan kesempatan untuk tumbuh melalui tugas pekerjaan yang menantang, dan dukungan melalui pendampingan dan pembinaan dari para pemimpin senior.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar