backup og meta

Hal yang Perlu Diketahui dari Selective Mutism, Saat Seseorang Bisu Mendadak

Hal yang Perlu Diketahui dari Selective Mutism, Saat Seseorang Bisu Mendadak

Pernahkah Anda mendengar mengenai istilah selective mutism atau mutisme selektif? Kondisi bisu mendadak pada saat tertentu ini biasanya terjadi pada anak-anak, meski mungkin juga dialami oleh orang dewasa. Kondisi ini termasuk ke dalam jenis gangguan kecemasan yang sudah memasuki tingkatan yang parah. Maka itu, selective mutism harus segera diatasi. Jika Anda ingin tahu mengenai penyebab, gejala, dan cara mengatasi gangguan kecemasan yang satu ini, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Apa yang dimaksud dengan selective mutism?

Selective mutism atau dikenal sebagai bisu selektif adalah kondisi saat seseorang tidak bisa berbicara pada situasi sosial atau kepada orang-orang tertentu. Sebagai contoh, Anda tidak bisa berbicara saat berada di tempat umum. Padahal, Anda tidak memiliki masalah dengan berbicara saat berada di rumah.

Hal tersebut, biasanya, terjadi karena ekspektasi untuk berbicara pada saat-saat tertentu menimbulkan perasaan panik yang berlebihan, hingga lidah rasanya kelu dan Anda tidak mampu menggerakkannya.

Kondisi ini memang lebih umum terjadi pada anak-anak, dibanding pada orang dewasa. Bahkan, setidaknya terdapat 1 dari 140 anak yang mengalami kondisi ini. Meski begitu, jika kondisi ini tidak segera ditangani sejak dini, tidak menutup kemungkinan bahwa selective mutism terus berlanjut hingga anak beranjak dewasa.

Gangguan mental ini tergolong cukup parah karena dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari. Jika hal ini terjadi pada anak, maka selective mutism dapat menghambat proses belajar di sekolah. Pasalnya, saat merasa tak nyaman, Anda tentu akan berusaha menghindari situasi yang dapat menyebabkan stres hingga tidak mampu berbicara tersebut.

Apa gejala dari selective mutism?

Meski bisa dialami oleh orang dewasa, selective mutism biasanya bermula pada usia dini, antara usia 2 hingga 4 tahun. Namun, sering kali, kondisi ini disadari oleh orangtua saat anak mulai berinteraksi dengan orang lain selain anggota keluarga dekat. Sebagai contoh, saat anak mulai memasuki usia sekolah.

Gejala utama sekaligus gejala awal dari mutisme selektif adalah terjadi perbedaan kontras yang terlihat pada respons yang diberikan anak saat harus berbicara dengan orang yang berbeda-beda. Bisa jadi, pada saat harus berbicara dengan orang yang tidak dikenalnya, anak terlihat pucat pasi dan tidak memberikan respons apapun.

Selain itu, beberapa gejala lain yang mungkin bisa diperhatikan dan diwaspadai antara lain:

  • Cenderung menghindari kontak mata dengan orang lain.
  • Gugup dan merasa canggung.
  • Terlihat malu dan menarik diri.
  • Kaku, tegang dan tidak bisa rileks saat diajak berbicara.

Pada anak, gejala yang mungkin muncul adalah mereka terlihat penuh amarah saat pulang dari sekolah, atau tidak senang jika diberi pertanyaan oleh orangtua seputar kegiatannya di sekolah.

Apa yang menyebabkan kondisi ini terjadi?

Tidak ada penyebab pasti dari selective mutism. Meski begitu, ada beberapa kondisi yang diduga memiliki keterkaitan dengan kondisi ini, seperti:

  • Gangguan kecemasan.
  • Hubungankeluarga yang tidak harmonis.
  • Masalah psikologis yang tidak segera diatasi.
  • Masalah kepercayaan diri.
  • Gangguan berbicara, misalnya stutter atau gagap.
  • Riwayat kesehatan keluarga yang berkaitan dengan gangguan kecemasan.
  • Pengalaman yang menimbulkan trauma.

Apakah selective mutism bisa disembuhkan?

Meski kondisi ini tergolong sebagai gangguan kecemasan yang cukup parah, bukan berarti bisu selektif tidak bisa disembuhkan. Namun, biasanya semakin bertambah usia, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi mutisme selektif.

Sebelum mempelajari metode apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi kondisi ini, ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi efektivitas dari pengobatan atau terapi, di antaranya:

  • Lama terjadinya selective mutism. 
  • Ada atau tidaknya masalah atau gangguan lain yang berkaitan dengan berbicara.
  • Pengaruh lingkungan, semakin banyak dukungan yang didapatkan, semakin efektif pengobatan atau terapi yang dijalani.

Di bawah ini adalah berbagai metode yang bisa Anda coba lakukan jika ingin mengatasi bisu selektif, diantaranya:

1. Cognitive behavioral therapy (CBT)

Salah satu jenis terapi psikologi ini dilakukan dengan membantu pasien untuk lebih fokus terhadap dirinya sendiri, dunia, dan orang lain. Kemudian, pasien akan diminta untuk menjelaskan bagaimana ketiga hal tersebut memengaruhi perasaan dan pola pikirnya selama ini.

Terapi yang juga sering disebut sebagai terapi bicara ini juga akan membicarakan tentang kekhawatiran yang dimiliki oleh pasien. Lalu, pasien akan diajak untuk memahami bagaimana rasa cemas yang dimilikinya memengaruhi tubuh dan perilakunya.

Tidak hanya itu, pasien akan diajari berbagai teknik dan strategi untuk menghadapi kecemasan yang dialaminya. Meski terapi ini bisa dilakukan oleh anak, cognitive behavioral therapy lebih efektif untuk remaja atau orang dewasa.

2. Behavioral therapy

Terapi yang satu ini sebenarnya bisa dilakukan bersamaan dengan melakukan CBT. Pasalnya, alih-alih mencari tahu mengenai pola pikir dan perasaan pasien, behavioral therapy cenderung fokus untuk mendorong pasien dalam melawan rasa takutnya tahap demi tahap.

Artinya, dalam proses terapi ini, pasien akan didorong untuk mulai mengubah perilaku atau kebiasaan buruknya menjadi kebiasaan-kebiasaan yang baik untuk melawan selective mutism yang dialami.

3. Teknik fading

Menurut National Health Service, teknik fading juga bisa dilakukan untuk membantu pasien yang mengalami bisu selektif. Teknik ini diawali dengan pasien berbicara dalam situasi yang nyaman dengan orang terdekat, misalnya orangtua.

Di tengah-tengah percakapan, orangtua mengenalkan orang baru kepada pasien dan melibatkannya dalam pembicaraan. Setelah pasien mulai bisa beradaptasi dengan kedatangan orang baru dan bisa berbicara dengannya, kemudian orangtuanya perlahan pergi sehingga tinggal pasien dan orang baru tersebut.

Setelah itu, orang baru ini mengenalkan dan melibatkan orang-orang baru lainnya dalam percakapan dengan metode yang sama.

4. Desentisitasi

Teknik yang satu ini bertujuan untuk mengurangi sensitivitas pasien terhadap respons orang lain saat mendengarkan suaranya. Hal ini bisa dimulai dengan saling mengirimkan rekaman suara atau video pada orang lain.

Setelah dilakukan untuk beberapa lama, pasien bisa meningkatkan komunikasi dua arah ini dengan telepon langsung atau melakukan video call dengan orang lain.

5. Shaping 

Sementara itu, shaping melibatkan berbagai teknik untuk membantu pasien memberikan respons yang positif saat berbicara dengan orang lain secara bertahap.

Tentu saja, pasien tidak akan diminta untuk berbicara dengan orang lain secara langsung. Metode ini bisa dilakukan dengan meminta pasien membaca dengan suara keras, kemudian bergantian membaca dengan orang lain.

Setelah itu, pasien akan diminta untuk mengikuti permainan interaktif di mana ada orang lain yang terlibat di dalamnya. Baru setelah melalui tahapan tersebut, pasien akan perlahan diminta berbicara dengan lawan bicaranya.

6. Penggunaan obat-obatan

Pada kondisi ini, obat-obatan hanya digunakan untuk remaja dan orang dewasa saat kecemasan yang dimilikinya menyebabkan depresi dan berbagai gangguan mental lainnya. Meski demikian, antidepresan biasanya akan diresepkan oleh dokter atau ahli medis untuk membantu proses terapi.

Obat-obatan ini dapat membantu mengurangi rasa cemas, khususnya jika percobaan terapi sebelumnya masih belum berhasil. Namun, selalu diskusikan terlebih dahulu mengenai penggunaan obat dengan dokter.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Selective mutism. Retrieved 20 January 2021, from https://www.nhs.uk/conditions/selective-mutism/

Selective Mutism. Retrieved 20 January 2021, from https://www.asha.org/public/speech/disorders/selective-mutism/

Selective Mutism. Retrieved 20 January 2021, from https://adaa.org/living-with-anxiety/children/selective-mutism

Selective Mutism. Retrieved 20 January 2021, from https://www.cedars-sinai.org/health-library/diseases-and-conditions—pediatrics/s/selective-mutism.html

Selective Mutism: More than Childhood Anxiety. Retrieved 20 January 2021, from https://www.anxiety.org/selective-mutism-in-teens-and-adults-treatment-and-accommodation

Versi Terbaru

03/08/2022

Ditulis oleh Annisa Hapsari

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri

Diperbarui oleh: Angelin Putri Syah


Artikel Terkait

Tidak Percaya Diri Saat Harus Berbicara Dengan Orang Lain? Yuk, Coba 4 Tips Ini!

Saat Anak Terlambat Bicara, Apa yang Harus Orangtua Lakukan?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Tania Savitri

General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Annisa Hapsari · Tanggal diperbarui 03/08/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan