Setelah merasakan kehadiran seorang anak, tidak jarang Anda sebagai orang tua ingin segera menambah momongan untuk membuat keluarga semakin berwarna. Namun, sebaiknya pertimbangkan beberapa hal sebelum memutuskan hamil anak kedua, salah satunya dengan mengetahui jarak kehamilan yang ideal.
Pasalanya, jarak kehamilan yang terlalu dekat bisa berisiko bagi ibu maupun janin.
Berapa tahun jarak kehamilan yang ideal?
Jarak kehamilan yang ideal umumnya adalah 2–3 tahun. Memutuskan untuk hamil lebih cepat dari waktu tersebut akan meningkatkan risiko kesehatan bagi ibu dan janin.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menganjurkan agar ibu tidak memberi jeda kehamilan yang terlalu lama, yakni lebih dari lima tahun.
Pasalnya, jeda yang cukup lama ini kerap dikaitkan dengan risiko preeklampsia yang lebih besar. Ini merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi.
Meski begitu, sampai saat ini masih terus dilakukan penelitian untuk mencari hubungan antara jeda hamil yang terlalu lama dengan preeklampsia.
Dengan memberikan jeda waktu yang ideal, ibu memiliki waktu yang cukup untuk pulih setelah melahirkan.
Selain itu, baik ibu atau ayah juga bisa fokus untuk mengurus anak pertama terlebih dahulu, mengingat anak-anak di bawah usia dua tahun masih membutuhkan banyak perhatian dari orang tua.
Hal yang perlu dipertimbangkan sebelum hamil lagi
Bukan hanya tentang kesehatan ibu dan janin, ada beberapa pertimbangan lain yang sebaiknya Anda lakukan sebelum memutuskan untuk hamil kembali.
Berikut adalah beberapa di antaranya.
1. Kondisi keuangan
Selain jarak kehamilan yang ideal, tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi keuangan menjadi salah satu hal yang patut dipertimbangkan sebelum memiliki momongan.
Selama kehamilan, Anda perlu melakukan berbagai pemeriksaan kesehatan dan kontrol rutin. Apabila tidak ditanggung asuransi, Anda sebaiknya menyiapkannya sebelum memutuskan untuk hamil.
Sebelum melahirkan, Anda juga perlu memperhitungkan biaya untuk perlengkapan bayi, susu dan imunisasi, hingga rencana pendidikan ke depannya.
2. Kesiapan mental
Ketika melihat perkembangan bayi, ibu mungkin merasa gembira dan berharap bisa melihatnya dalam waktu yang lebih lama. Pikiran ini sering kali membuat ibu ingin memiliki momongan kembali.
Namun sebelum itu, ingatlah kembali apakah ibu lebih sering merasa stres atau depresi saat hamil sebelumnya? Jika iya, coba pertimbangkan kembali keinginan tersebut.
Selain itu, jangan lupa untuk bertanya pada pasangan Anda apakah mereka juga sudah siap akan kehadiran anggota keluarga baru.
3. Usia ibu
Mengutip dari laman March of Dimes, ibu yang berusia lebih dari 35 tahun saat merencanakan anak kedua harus bertanya pada dokter untuk menentukan jarak kehamilan yang ideal.
Pada usia tersebut, peluang ibu untuk hamil kembali memang lebih kecil. Selain itu, risiko mengalami komplikasi kehamilan seperti diabetes gestasional hingga keguguran juga lebih besar.
Hal serupa juga berlaku bagi ibu yang ingin hamil lagi setelah operasi caesar, keguguran, atau mendapati bayi lahir mati.
Jika Anda memiliki riwayat kondisi medis tersebut, cara terbaik untuk menentukan jarak kehamilan yang normal adalah melalui konsultasi ke dokter kandungan.
4. Pola hidup
Meski sudah berhasil menjalani proses melahirkan anak pertama dengan lancar, bukan berarti Anda bisa melewatkan persiapan kehamilan untuk hamil anak kedua.
Salah satu persiapan kehamilan yang penting dilakukan adalah menerapkan pola hidup sehat.
Hal tersebut bisa dimulai dari berhenti merokok, meningkatkan asupan asam folat, mengurangi kafein, menjaga berat badan, dan memenuhi kebutuhan gizi.
Penerapan pola hidup sehat perlu dilakukan oleh ayah maupun ibu. Setelah itu, jangan lupa untuk membicarakan kesiapan Anda dengan dokter terlebih dahulu.
5. Kesiapan anak pertama menjadi kakak
Kehadiran adik memang bisa membuat seorang anak pertama merasa gembira karena memiliki teman baru, tetapi juga bisa membuatnya merasa cemburu karena perhatian orang tuanya terbagi.
Jika anak pertama Anda sudah cukup besar untuk diajak bicara, beri tahu ia bahwa nantinya akan ada kehadiran sosok baru di rumah.
Ajarkan juga pada anak pertama tentang cara menjadi kakak yang baik dan libatkan ia selama kehamilan, misalnya dengan mengusap perut Anda.
Setelah melakukan pertimbangan-pertimbangan tersebut, Anda bisa memutuskan apakah benar-benar siap menambah anak atau cukup satu saja.
Risiko jika jarak kehamilan tidak ideal
Waktu pemulihan yang kurang menjadi faktor utama mengapa lebih berisiko bagi ibu jika hamil kembali terlalu cepat.
Berikut adalah beberapa masalah kesehatan yang dapat terjadi.
1. Jarak kehamilan yang tidak ideal meningkatkan risiko perdarahan
Rahim ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat belum siap untuk menampung dan menjadi tempat tumbuh-kembang janin yang baru.
Selain itu, dikhawatirkan masih ada plasenta atau ari-ari dari kelahiran sebelumnya yang belum luruh sehingga meningkatkan risiko komplikasi kehamilan.
Ibu dengan jarak dua kehamilan kurang dari 12 bulan juga memiliki risiko kematian pascapersalinan yang lebih besar akibat perdarahan.
2. Tidak dapat memberi ASI secara maksimal
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan menyarankan pemberian ASI dilakukan sampai seorang anak berusia dua tahun di luar ASI eksklusif selama enam bulan pertama.
Jika mengikuti anjuran tersebut, maka dua tahun memang waktu yang cukup ideal sebagai jarak kehamilan.
Selama menyusui, ibu masih harus berbagi asupan gizi dengan anak melalui ASI yang diberikannya. Jika ibu hamil lagi, ia tentu harus membagi kembali asupan gizinya dengan janin.
Tahukah Anda?
Sekitar 65% kebutuhan energi bayi berusia 6–8 bulan tercukupi dari ASI. Setelah itu, ASI akan memenuhi sekitar 50% kebutuhan energi bayi 9–12 bulan dan 20% kebutuhan energi anak berusia 1–2 tahun.
3. Jarak kehamilan yang tidak ideal meningkatkan risiko bayi lahir mati atau cacat
Saat tubuh ibu belum siap menampung kehamilan baru, asupan gizi yang didapatkannya juga tidak akan memenuhi kebutuhan janin.
Akibatnya, pertumbuhan dan perkembangan janin akan menjadi tidak optimal. Ini bisa meningkatkan risiko bayi lahir cacat, lahir mati, dan komplikasi lainnya.
4. Berat badan lahir rendah atau prematur
Ibu yang hamil kembali hanya dalam kurun enam bulan setelah melahirkan memiliki risiko kelahiran prematur 40% lebih tinggi.
Jarak kehamilan tersebut juga membuat risiko berat badan lahir rendah meningkat sebanyak 61 persen.
Ini lantaran ibu tidak memiliki waktu yang cukup untuk pulih secara fisik dan mental dari kehamilan sebelumnya.
Dengan melihat risiko dan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk hamil kembali, melakukan program keluarga berencana menjadi sangat penting.
Program tersebut tidak sekadar menjadi upaya pemerintah untuk menekan angka pertumbuhan masyarakat di Indonesia, tetapi juga untuk menjaga kesehatan ibu, anak, dan keluarga.