backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Masalah Kulit yang Banyak Ditemukan pada Pasien COVID-19

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Shylma Na'imah · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    Masalah Kulit yang Banyak Ditemukan pada Pasien COVID-19

    Sudah banyak studi yang menunjukkan betapa luasnya dampak COVID-19 terhadap kesehatan tubuh. Pasalnya, tak hanya memengaruhi paru-paru, penyakit infeksi pernapasan ini ternyata juga dapat menimbulkan gejala-gejala yang berkaitan dengan masalah kulit. Seperti apa hubungan antara masalah kulit dan COVID-19? Apa saja gejala-gejalanya yang perlu diwaspadai? Simak ulasannya di bawah ini.

    Masalah kulit dan COVID-19, apa kaitannya?

    Seiring dengan berjalannya pandemi COVID-19, semua orang mulai memahami bahaya dari penyakit ini yang bisa berpengaruh pada organ selain paru-paru. Salah satunya adalah kulit.

    Banyak pasien yang melaporkan adanya gejala-gejala terkait masalah kulit, mulai dari munculnya ruam, biduran, hingga rambut rontok.

    Gejala-gejala masalah kulit ini biasanya muncul setelah seseorang terinfeksi virus. Sementara itu, beberapa pasien baru mengalami gejala setelah penyakit berkembang semakin parah. Namun, umumnya masalah kulit tersebut akan membaik dengan sendirinya.

    Para ahli mulai mencari tahu apa hubungan antara COVID-19 dan masalah kulit, bagaimana mekanismenya, adakah keterlibatan hormon, atau kemunculan masalah kulit sebagai reaksi imun tubuh.

    Sebuah studi dari The Journal of Laboratory and Clinical Medicine mencoba menjawab fenomena ini. Dari studi tersebut, diduga masalah kulit adalah respons komplementer, yang menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah.

    Ditambah lagi, respons komplementer ini lebih banyak ditemukan pada lansia. Inilah mengapa gejala COVID-19 terasa lebih parah pada orang-orang berusia lanjut.

    Berbagai tanda dan gejala masalah kulit akibat COVID-19

    Berikut adalah beberapa gejala gangguan pada kulit yang berkaitan dengan infeksi COVID-19.

    1. COVID toe

    COVID toe adalah istilah baru yang merujuk pada pembengkakan pada jari kaki atau tangan akibat infeksi COVID-19. Kondisi ini serupa dengan chilblain, peradangan pada pembuluh darah kecil akibat paparan udara dingin.

    Pembengkakan ini diikuti dengan perubahan warna pada kulit, seperti kemerahan atau keunguan. Ini membuat jari kaki dan tangan terlihat seperti memar.

    2. Bintik-bintik atau bercak merah yang rata di kulit

    Selain COVID toes, masalah kulit lain yang bisa muncul akibat infeksi coronavirus ini adalah bintik-bintik di kulit.

    Bintik-bintik tersebut biasanya berwarna merah dan berukuran kecil, serta tersebar merata pada kulit. Selain itu, bentuknya cenderung rata dengan kulit, tidak berupa bentol atau benjolan.

    Dalam dunia medis, kondisi ini disebut dengan erupsi makulopapular. Menurut studi dari British Journal of Dermatology, erupsi makulopapular ini dilaporkan terjadi pada sekitar 47% dari 375 pasien COVID-19.

    3. Urtikaria (biduran)

    Anda mungkin familiar dengan kondisi biduran yang biasanya muncul sebagai reaksi alergi. Ternyata, masalah kulit yang memiliki nama lain urtikaria ini juga termasuk dalam salah satu tanda dan gejala COVID-19.

    Urtikaria atau biduran adalah reaksi peradangan di bawah kulit yang menimbulkan bercak merah menonjol dan disertai rasa gatal.

    Bercak merah ini memiliki ukuran yang bervariasi dan tersebar di salah satu area kulit tubuh. Bengkak pada kulit akan menghilang dalam waktu beberapa menit hingga jam, namun bisa saja muncul kembali di area kulit lainnya.

    Kemunculan urtikaria biasanya berkaitan dengan gejala COVID-19 yang lebih berat.

    4. Ruam kulit

    Tanda dan gejala masalah kulit berikutnya akibat COVID-19 adalah ruam kulit. Kemunculan ruam ini sedikit berbeda karena diduga berkaitan dengan sindrom peradangan multisistem pada anak, atau yang dikenal dengan MIS-C.

    Sindrom ini memicu peradangan pada jantung dan pembuluh darah sehingga darah bisa menggumpal dan menimbulkan gejala-gejala syok.

    Komplikasi COVID-19 pada anak ini tergolong sangat langka. MIS-C biasanya muncul pada anak-anak 3 bulan setelah mereka sembuh dari COVID-19.

    Selain ruam akibat MIS-C, beberapa pasien juga dilaporkan mengalami munculnya ruam atau memar menyerupai motif jaring ikan. Kondisi ini disebut dengan livedo.

    Livedo diduga muncul akibat adanya sumbatan pada pembuluh darah sebagai respons tubuh terhadap infeksi virus.

    5. Lentingan atau bentol berisi cairan

    Masalah kulit selanjutnya yang berkaitan dengan tanda dan gejala COVID-19 adalah lenting, atau bentol yang biasanya berisi cairan.

    Lenting yang juga disebut dengan erupsi vesikular ini biasanya ditemukan di area kulit tangan. Kemunculannya lebih banyak terjadi pada fase awal penyakit.

    Kondisi ini lebih umum ditemukan pada pasien COVID-19 berusia dewasa menuju lansia. Lenting biasanya akan bertahan sekitar 10 hari, dan kemunculannya dikaitkan dengan gejala COVID-19 yang sudah parah.

    6. Rambut rontok

    Masalah kulit kepala dan rambut rontok juga cukup banyak dialami oleh pasien penyakit parah, termasuk COVID-19. Biasanya, reaksi ini terjadi ketika tubuh berupaya menghadapi stres dari dalam.

    Namun, selama kadar zat besi pasien COVID-19 di dalam tubuh tetap normal, pertumbuhan rambut akan kembali seperti sediakala.

    Selain itu, COVID-19 bergejala parah ternyata banyak ditemukan pada pasien pria dengan masalah kebotakan. Sebuah studi dari American Academy of Dermatology menunjukkan bahwa sebanyak 79% pasien COVID-19 yang dilarikan ke rumah sakit adalah pria dengan masalah kebotakan.

    Peningkatan hormon dihydrotestosterone pada pria dengan masalah kebotakan diduga turut meningkatkan kadar reseptor ACE2 dalam tubuh. Semakin besar kadar reseptor tersebut, virus akan lebih mudah masuk.

    Apabila Anda memiliki kekhawatiran akan gejala masalah kulit, Anda bisa mencoba berkonsultasi dengan dokter untuk tahu penyebabnya.

    Namun, jika masalah kulit disertai dengan gejala-gejala COVID-19 lainnya, Anda dapat melakukan tes swab dan isolasi mandiri untuk memastikan keamanan diri sendiri dan orang-orang di sekitar Anda.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Shylma Na'imah · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan