Punya kebiasaan menggertakkan, menggesekkan, atau mengeratkan gigi saat tidur? Ini adalah ciri khas dari suatu kondisi yang disebut bruxism. Jika dibiarkan, kebiasaan ini bisa menyebabkan masalah lebih lanjut pada gigi dan mulut. Simak gejala, penyebab, hingga penanganannya di sini.
Apa itu bruxism?
Bruxism adalah kondisi saat seseorang menggertakkan, mengatupkan, menggesekkan, atau mengeratkan gigi secara tidak sadar.
Kebiasaan ini biasanya menimbulkan suara kertak gigi, seperti dahan patah atau lantai papan yang terinjak.
Pada awalnya, bruxism memang tidak menimbulkan masalah kesehatan yang serius. Namun, lama-kelamaan kebiasaan ini bisa menimbulkan dampak lebih besar.
Beberapa dampak jangka panjangnya adalah kerusakan gigi, gangguan rahang hingga sendi temporomandibular (TMJ), atau sakit kepala kronis.
Laman Bruxism Association memperkirakan bahwa kebiasaan ini dialami oleh 8–10% masyarakat umum dan lebih banyak dialami oleh orang berusia 25–44 tahun.
Kondisi ini juga umum terjadi pada anak-anak yang baru tumbuh gigi. Untuk hal satu ini, kebiasaan menggertakkan gigi seharusnya berhenti dengan sendirinya ketika anak-anak memasuki masa remaja.
Bruxism sering kali baru disadari ketika sudah menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, penting untuk mengenali penyebab dan gejalanya agar Anda terhindar dari dampak yang lebih besar.
Jenis-jenis bruxism

Berdasarkan waktu terjadinya, bruxism dapat dibedakan menjadi dua jenis seperti berikut.
1. Awake bruxism
Awake bruxism membuat Anda menggertakkan gigi atau mengatupkan rahang pada siang hari. Kondisi ini biasanya berkaitan dengan masalah emosional.
Kecemasan berlebih, stres, atau amarah bisa menjadi penyebab kondisi satu ini. Awake bruxism juga sering kali muncul ketika Anda sedang berkonsentrasi penuh.
2. Sleep bruxism
Pernah diingatkan seseorang karena gigi Anda bergemeretak saat tidur? Ini merupakan gejala utama dari sleep bruxism.
Jenis bruxism ini berisiko menimbulkan masalah lebih buruk dibandingkan bruxism yang terjadi pada siang hari.
Sleep bruxism juga dinilai meningkatkan risiko gangguan tidur lain, seperti mendengkur dan jeda henti napas sementara (sleep apnea).
Tanda dan gejala bruxism
Orang yang sering menggertakkan gigi saat tidur biasanya tidak menyadari kebiasaan ini. Mereka justru baru mengetahuinya dari orang lain, seperti pasangan atau anggota keluarga.
Meski begitu, kebiasaan ini tetap menimbulkan dampak yang bisa Anda kenali. Berikut adalah beberapa di antaranya.
- Gigi tidak rata, retak, atau goyang.
- Enamel gigi rusak dan mengekspos lapisan gigi yang lebih dalam.
- Gigi sensitif.
- Sakit pada telinga, tetapi bukan berasal dari gangguan pada telinga.
- Otot rahang yang lelah atau terasa kencang.
- Sakit gigi sampai ke telinga.
- Sakit kepala tumpul yang berasal dari bagian pelipis.
Kebiasaan menggesekkan gigi saat tidur bisa menyebabkan gangguan tidur pada Anda sendiri, pasangan, atau anggota keluarga yang tidur bersama Anda. Pasalnya, suara yang timbul dari gigi gemeretak mungkin mengganggu orang lain.
Kapan harus periksa ke dokter?
Anda sebaiknya segera konsultasi ke dokter bila terdapat gejala berikut ini.
- Gigi sensitif atau rusak.
- Sakit pada rahang, wajah, atau telinga.
- Ada keluhan dari orang lain bahwa Anda menghasilkan suara gemeretak gigi saat tidur.
- Rahang terkunci dan tidak dapat terbuka maupun tertutup dengan sempurna.
Pemeriksaan gigi sejak dini bisa mencegah komplikasi akibat bruxism. Oleh karena itu, usahakan untuk tidak menunda pemeriksaan jika Anda mengalami gejalanya.
Penyebab gigi gemeretak

Sampai saat ini, penyebab pasti bruxism belum diketahui. Akan tetapi, kondisi ini diperkirakan muncul dari kombinasi faktor fisik, psikologis, dan genetik.
Berikut adalah beberapa faktor yang dinilai bisa memicu kebiasaan menggertakkan gigi.
- Emosi yang intens, seperti gelisah, stres, marah, frustrasi, atau tegang.
- Strategi bertahan dari masalah mental atau kebiasaan untuk fokus.
- Tipe kepribadian yang agresif, kompetitif, atau hiperaktif.
- Letak gigi atas dan bawah yang tidak beraturan (maloklusi).
- Gangguan tidur, seperti sleep apnea.
- Penyakit asam lambung.
- Respons terhadap nyeri dari sakit telinga atau teething (pada anak-anak).
- Efek samping yang tidak umum dari obat-obatan tertentu, seperti antidepresan.
- Punya kondisi medis tertentu, seperti penyakit Huntington atau Parkinson.
Diagnosis bruxism
Saat pemeriksaan, dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan terkait kesehatan mulut, pengobatan, rutinitas, dan kebiasaan tidur Anda.
Untuk mengevaluasi tingkat keparahan dari kebiasaan menggertakkan gigi, dokter bisa mempertimbangkan beberapa hal berikut.
- Nyeri pada otot rahang,
- Kelainan gigi yang Anda, seperti gigi patah, lepas, atau lokasi gigi yang tidak tepat.
- Kerusakan pada gigi dan tulang rahang, biasanya dengan bantuan rontgen.
Pemeriksaan gigi juga bisa mendeteksi kondisi lain yang menyebabkan nyeri sendi rahang atau telinga, seperti sindrom sendi temporomandibular, masalah gigi, atau infeksi telinga.
Pengobatan bruxism

Pada kebanyakan kasus, bruxism tidak membutuhkan penanganan khusus karena hanya terjadi sesekali dan tidak menimbulkan kerusakan.
Pengobatan umumnya diberikan ketika kebiasaan ini sudah terlalu parah dan menimbulkan kerusakan gigi.
Menurut Mayo Clinic, berikut adalah beberapa perawatan yang bisa digunakan untuk mengatasi kebiasaan menggertakkan gigi.
1. Menggunakan pelindung mulut
Pelindung mulut (mouth guard) dirancang untuk melindungi gigi atas dan bawah berbenturan atau saling menekan secara berlebihan. Alat ini juga bisa meredam suara akibat gigi yang berbenturan.
Mouth guard terbuat dari plastik khusus yang bisa langsung dipasang pada gigi atas dan bawah. Selain membantu mengurangi kebiasaan menggertakkan gigi, mouth guard kerap digunakan untuk melindungi gigi seorang atlet.
2. Memperbaiki kerusakan gigi
Perawatan gigi mungkin dibutuhkan pada kasus bruxism yang cukup parah. Sebagai contoh, pemasangan crown gigi untuk memperbaiki permukaan gigi yang tidak rata.
Selain memperbaiki bentuk dan fungsi, perawatan gigi dibutuhkan untuk mencegah kerusakan pada gigi sehat di sekitarnya.
Kondisi ini bisa menyebabkan gigi sensitif hingga pengidapnya tidak mampu mengunyah dengan benar.
Dokter gigi mungkin merekomendasikan prosedur crown gigi untuk mengembalikan bentuk dan fungsi dari mahkota gigi yang rusak.
3. Mengelola stres
Karena bruxism sering kali berhubungan dengan kondisi emosional, dokter gigi bisa saja menyarankan Anda untuk konsultasi ke psikolog.
Psikolog bisa membantu mengendalikan stres atau kecemasan Anda melalui terapi. Jika cara ini tidak juga mengurangi bruxism, psikolog bisa menyarankan Anda ke psikiater.
Pengobatan bruxism di rumah
Beberapa kasus bruxism bisa diatasi dengan perbaikan gaya hidup. Berbagai cara berikut sebaiknya juga segera diterapkan sebagai upaya pencegahan kebiasaan menggertakkan gigi.
- Batasi makanan dan minuman yang mengandung kafein, seperti soda, cokelat, kopi, serta alkohol.
- Hindari kebiasaan menggigit pensil atau pulpen.
- Lakukan aktivitas yang menyenangkan di tengah kesibukan, seperti menonton film atau olahraga.
- Jepitkan ujung lidah di antara gigi atas dan bawah ketika Anda mulai menggeretakkan gigi.
- Terapkan jadwal tidur yang sama dan waktu tidur yang cukup setiap harinya.
Di samping itu, jangan lupa untuk melakukan pemeriksaan gigi secara berkala. Kunjungan ke dokter gigi sebaiknya dilakukan setiap setidaknya enam bulan sekali tanpa harus menunggu keluhan tertentu.
Kesimpulan
- Bruxism adalah kebiasaan menggeretakkan, mengatupkan, menggesekkan, atau mengeratkan gigi secara tidak sadar, bahkan saat tidur.
- Meski sering kali tidak disadari, kebiasaan ini mungkin menimbulkan gejala berupa gigi yang tidak rata, enamel yang rusak, peningkatan sensitivitas gigi, hingga sakit kepala yang intens.
- Kebiasaan menggertakkan gigi ini umumnya disebabkan oleh kombinasi faktor fisik, psikologis, dan genetik.
- Kebiasaan ini dapat diatasi dengan penggunaan mouth guard, perawatan gigi yang rusak, hingga konseling dengan psikolog.