backup og meta

6 Penyebab Depresi Setelah Menikah dan Cara Mengatasinya

6 Penyebab Depresi Setelah Menikah dan Cara Mengatasinya

Setiap orang yang menikah tentu mendambakan kebahagiaan berlipat karena hidup bersama orang tersayang. Sayangnya, harapan memang tak selalu sejalan dengan kenyataan. Ada beberapa orang yang justru merasa depresi setelah menikah. Mengapa demikian?

Penyebab depresi setelah menikah

Permasalahan dalam rumah tangga memang merupakan hal yang wajar. Namun, jika Anda tidak mencari solusinya, permasalahan yang mungkin awalnya sederhana justru bisa berkembang menjadi lebih besar.

Supaya tidak gegabah mengambil keputusan untuk berpisah, cobalah mengenali beberapa kondisi berikut yang sering kali menjadi sumber masalah dalam kehidupan suami-istri.

1. Masalah keuangan

cara mengatasi stres akibat masalah keuangan

Tak dapat dipungkiri bahwa masalah keuangan masih menjadi salah satu penyebab perceraian yang paling umum.

Masalah keuangan dalam rumah tangga biasanya bermula dari ketimpangan dalam pendapatan suami-istri. Lama-kelamaan, kondisi tersebut menjadi sumber stres dalam pernikahan.

Untuk menyelesaikan masalah keuangan, Anda dan pasangan perlu mengawalinya dengan saling terbuka tentang pemasukan dan pengeluaran satu sama lain.

2. Perbedaan pola asuh anak

Ketika memiliki anak, artinya Anda dan pasangan sudah siap untuk berbagi tanggung jawab, termasuk memberinya kasih sayang dan berusaha menjadi panutan.

Akan tetapi, tak jarang orang tua memiliki perbedaan pandangan terkait cara mengasuh si Kecil. Meski beberapa pasangan berhasil mengambil jalan tengah, ada pula yang terus bersitegang akan hal ini.

Tuntutan menjadi orangtua ideal saja sudah cukup berat, apalagi jika Anda memiliki pandangan berbeda tentang cara membesarkan anak dengan pasangan.

3. Kehidupan seks yang buruk

Kapan terakhir kali Anda menikmati hubungan ranjang dengan pasangan? Seks memang bukanlah segalanya dalam suatu hubungan. Namun, ini bisa menjadi salah satu cara menjaga rumah tangga tetap harmonis.

Aktivitas seksual harus dilakukan secara konsensual, yang artinya tidak boleh secara terpaksa. Jika Anda menolak berhubungan intim karena suatu alasan, itu adalah hak Anda.

Meski begitu, pasangan Anda juga berhak mengetahui alasannya. Ingat, depresi setelah menikah bisa dialami oleh seseorang yang merasa dipaksa berhubungan intim maupun orang yang merasa hasratnya selalu tertolak.

4. Komunikasi tidak berjalan dengan baik

Kondisi lain yang bisa menjadi sumber depresi setelah menikah adalah komunikasi yang buruk.

Padahal, komunikasi sangat dibutuhkan agar Anda dan pasangan terhubung satu sama lain serta bisa menemukan solusi jika ada permasalahan.

Komunikasi yang buruk bisa ditandai dengan ketakutan dalam mengutarakan emosi, pendapat, maupun keinginan. Alhasil, emosi yang ada justru akan menumpuk dan menghasilkan ledakan.

5. Ketidaksetiaan

Menikah berarti berkomitmen untuk membangun keluarga yang saling mencintai dan menghargai satu sama lain. Untuk mewujudkannya, Anda membutuhkan kesetiaan.

Sayangnya, ada saja godaan yang membuat pasangan melakukan perselingkuhan. Meski hanya sekali, perselingkuhan bisa menghancurkan kepercayaan pasangan.

Pelaku perselingkuhan akhirnya terus dihantui rasa bersalah, sedangkan pasangannya mungkin selalu menaruh pemikiran negatif. Kedua kondisi ini tentu bisa meningkatkan risiko depresi setelah menikah.

6. Masalah kesehatan

Depresi setelah menikah bisa juga disebabkan oleh masalah kesehatan yang mungkin Anda atau pasangan miliki.

Biasanya, ini mengarah pada penyakit kronis atau penyakit yang berhubungan dengan kesuburan. Meski tak mudah, ingat-ingatlah bahwa Anda tidak akan menjalani hari-hari yang berat ini seorang diri.

Dampak buruk stres setelah menikah selain depresi

hormon stres

Sebelum semakin membesar, ujian dalam rumah tangga memang sebaiknya segera diselesaikan.

Jika terus dibiarkan, stres dalam rumah tangga tidak hanya menyebabkan depresi, tetapi juga meningkatkan risiko beberapa kondisi berikut.

1. Demensia

Anda tentu membutuhkan kemampuan dalam berpikir untuk mengatasi permasalahan sehari-hari, termasuk dalam rumah tangga.

Sayangnya, stres yang berkepanjangan justru bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami demensia. Ini adalah kondisi kesehatan yang memengaruhi kemampuan seseorang dalam berpikir dan mengingat.

Umumnya, demensia memang dialami oleh seseorang berusia lanjut. Namun, stres pada usia yang lebih muda bisa meningkatkan risikonya.

2. Penyakit jantung

Para ahli di State of Michigan menyebutkan bahwa tingkat kebahagiaan pasangan dalam sebuah pernikahan memiliki keterkaitan dengan penyakit jantung.

Semakin banyak stres yang Anda hadapi dalam pernikahan, semakin tinggi pula risiko Anda terserang penyakit jantung.

Kondisi ini tentu bisa semakin memburuk jika Anda sudah memiliki masalah jantung sebelumnya.

Cara mengatasi depresi setelah menikah

Langkah pertama yang harus dilakukan untuk mengatasi stres dalam berumah tangga adalah menyadari sumber permasalahannya.

Setelah itu, biasakanlah untuk membicarakan kegelisahan yang Anda rasakan bersama pasangan terlebih dahulu. Jadi, jangan langsung melibatkan peran orang lain.

Selain menyampaikan unek-unekpastikan Anda tetap mendengarkan masukan dari pasangan dengan hati yang lapang tanpa maksud membela diri atau membantah.

Apabila proses diskusi tidak juga memberikan hasil, Anda dan pasangan juga bisa mempertimbangkan untuk mengikuti konseling pernikahan Anda.

Dengan cara tersebut, Anda dan pasangan bisa mendapatkan sudut pandang baru dan solusi dari pihak yang benar-benar netral.

Akan tetapi, apabila stres karena permasalahan rumah tangga sudah menimbulkan tanda-tanda depresi pada diri Anda maupun pasangan, sebaiknya kunjungilah psikolog terlebih dahulu.

Pada dasarnya, pengobatan depresi akibat masalah pernikahan sama seperti pengobatan depresi pada umumnya. Nantinya, psikolog akan menyesuaikan metode pengobatan dengan gejala yang Anda rasakan.

Kesimpulan

  • Depresi setelah menikah bisa disebabkan oleh masalah keuangan, perbedaan pola asuh anak, kehidupan seks yang buruk, komunikasi yang tidak baik, dan ketidaksetiaan.
  • Jika dibiarkan, depresi bisa menyebabkan demensia atau bahkan penyakit jantung.
  • Jangan terburu-buru untuk berpisah saat menghadapi ujian rumah tangga. Coba bicarakan penyebab stres Anda dengan pasangan dan datangilah konselor rumah tangga bila perlu.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Depression (major depressive disorder) – Symptoms and causes. (2022, October 14). Mayo Clinic. Retrieved 07 August 2024, from https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/stress-management/expert-answers/stress/faq-20058233.

Work life article marital stress – michigan. (n.d.). State of Michigan. Retrieved 07 August 2024, from https://www.michigan.gov/documents/Work_life_article_Marital_Stress_162993_7.pdf.

Kelley, H. H., LeBaron, A. B., & Hill, E. J. (2018). Financial stress and marital quality: The moderating influence of couple communication. Journal of Financial Therapy9(2). Retrieved 07 August 2024, from https://doi.org/10.4148/1944-9771.1176.

Can stress cause dementia? (n.d.). Alzheimer’s Society. Retrieved 07 August 2024, from https://www.alzheimers.org.uk/blog/can-stress-cause-dementia.

Depression (major depressive disorder) – Diagnosis and treatment – Mayo Clinic. (2022, October 14). Top-ranked Hospital in the Nation – Mayo Clinic. Retrieved 07 August 2024, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/depression/diagnosis-treatment/drc-20356013.

How stress can lead to dementia and tips to manage stress. (2024, August 1). Conversations to Remember. Retrieved 07 August 2024, from https://conversationstoremember.org/how-stress-can-lead-to-dementia-and-tips-to-manage-stress/.

Versi Terbaru

19/08/2024

Ditulis oleh Irene Anindyaputri

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Edria


Artikel Terkait

Tak Hanya Usir Stres, Ini 7 Manfaat Liburan untuk Kesehatan

Memahami Midlife Crisis serta Cara Tepat Menghadapinya


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Irene Anindyaputri · Tanggal diperbarui 19/08/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan