backup og meta

Inilah Dampak Psikologis Jika Anda Terlalu Sibuk Bekerja

Inilah Dampak Psikologis Jika Anda Terlalu Sibuk Bekerja

Sebagian orang mungkin menganggap pekerjaan sebagai bagian penting dari kehidupan sehingga mereka terlalu sibuk dan tenggelam dalam dunia tersebut. Tentu saja, ada dampak negatif yang bisa dialami bila seseorang terlalu sibuk bekerja. Apa sajakah itu?

Dampak psikologis akibat terlalu sibuk bekerja

Terlalu sibuk bekerja atau workaholic (gila kerja) merupakan sebuah kondisi yang membuat seseorang memiliki keinginan dan keterlibatan kerja yang tinggi, tetapi tidak menikmati pekerjaannya. 

Biasanya, orang-orang yang gila kerja ini lebih sering memikirkan pekerjaannya dibandingkan dengan aspek kehidupan lain, seperti hubungan percintaan hingga keluarga.

Mereka lebih memprioritaskan pekerjaan di atas segalanya. Hal ini tentu dapat menimbulkan beberapa dampak psikologis seperti berikut ini.

1. Merusak hubungan

sakit kronis memengaruhi hubungan

Tidak hanya hubungan romantis, terlalu sibuk bekerja juga bisa menimbulkan dampak pada hubungan dengan orang terdekat, seperti keluarga dan sahabat. 

Sebagai contoh, Anda lebih sering memprioritaskan pekerjaan dibandingkan menghabiskan waktu bersama keluarga dan pasangan pada akhir pekan. 

Akibatnya, hal tersebut membuat Anda tidak terlibat dalam pengambilan keputusan atau setidaknya mengetahui kabar terkini tentang mereka. 

2. Tidak pernah merasa puas

Orang yang gila kerja juga akan merasa kurang puas atas pencapaiannya. Ia cenderung terus mencari kepuasan dengan menambah kesibukan sehingga membuatnya cepat lelah. 

Hal ini dibuktikan melalui sebuah studi dari Jepang yang diterbitkan dalam jurnal Industrial Health (2009) tentang efek gila kerja terhadap kesejahteraan karyawan.

Dalam penelitian tersebut, ditemukan bahwa pekerja yang lebih fokus terhadap pekerjaannya cenderung lebih mudah lelah secara emosional.

Orang tersebut sering menetapkan standar tinggi dan tidak puas dengan pekerjaan yang ia miliki. Ia pun sering menganggap level orang lain berada di bawahnya.

3. Meningkatkan risiko gangguan kecemasan

stres bekerja

Dampak terlalu sibuk bekerja juga cukup besar terhadap kesehatan mental. Masalah tersebut meliputi depresi, gangguan kecemasan, dan OCD (Obsessive Compulsive Disorder). 

Penelitian dari University of Bergen, Norwegia, melibatkan 16.426 pekerja dan 8% dari mereka termasuk dalam kategori workaholic. Sepertiga di antaranya lebih berisiko mengalami ADHD dan 26% dari mereka menunjukkan tanda-tanda OCD.

Meski begitu, belum ada studi yang benar-benar membahas bagaimana kecenderungan gila kerja bisa menyebabkan gangguan kesehatan mental pada pekerja.

Ada kalanya masalah mental tersebut mungkin diakibatkan oleh faktor genetik. Pada akhirnya, menyibukkan diri dalam pekerjaan menjadi faktor pemicunya.

Tanda-tanda pekerjaan dan kehidupan tidak seimbang

  • Lupa jaga diri, seperti makin jarang makan sehat dan tidak berolahraga.
  • Lebih mudah tersinggung, marah, stres, dan merasa gelisah.
  • Kurang meresa kompeten dan kualitas pekerjaan menurun.
  • Tidak ada batasan antara urusan pekerjaan dan rumah.
  • Sering merasa kesepian sepanjang waktu.

Kesehatan fisik juga berisiko terganggu

gambar orang sibuk bekerja

Tidak hanya pada psikologis, perilaku workaholic atau terlalu sibuk bekerja ini juga dapat menimbulkan dampak buruk pada kesehatan fisik orang yang melakukannya.

Pekerja dengan tingkat stres tinggi lebih berisiko mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi).

Hipertensi sendiri merupakan faktor risiko dari berbagai masalah kesehatan serius, termasuk penyakit jantung koroner, serangan jantung, stroke, dan bahkan disfungsi seksual.

Sebuah penelitian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) dalam jurnal Environment International (2021) membahas tentang beban kerja dan dampaknya bagi kesehatan pekerja.

Studi ini menemukan bekerja lebih dari 55 jam seminggu meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dan stroke dibandingkan bekerja 35–40 jam seminggu.

Dampak terlalu sibuk bekerja tentu bisa memengaruhi kualitas hidup. Tak tercapainya work-life balance tentu akan menimbulkan konsekuensi pada kesehatan psikologis dan fisik.

Tidak menemukan inner-circle, termasuk keluarga dan teman dekat yang bisa diajak bercerita, mungkin berujung pada gangguan kesehatan yang cukup serius.

Apabila Anda atau orang terdekat termasuk sebagai orang yang gila bekerja, cobalah untuk mendatangi tenaga ahli kesehatan mental, seperti psikiater atau psikolog.

Berusahalah untuk segera mencari bantuan agar tidak merusak hidup Anda dan orang lain. 

Kesimpulan

  • Dampak psikologis dari terlalu sibuk bekerja mulai dari rusaknya hubungan, tidak pernah merasa puas, dan meningkatnya risiko gangguan mental.
  • Kondisi ini juga bisa menyebabkan hipertensi, stroke, hingga penyakit jantung bila tidak ditangani dengan baik.
  • Segera cari bantuan psikolog atau psikiater bila perilaku workaholic mengganggu kesehatan Anda.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Franco, M. G. (2019). How focusing on making money could be hurting you. Psychology Today. Retrieved November 9, 2022, from https://www.psychologytoday.com/nz/blog/platonic-love/201908/how-focusing-making-money-could-be-hurting-you

Clark, M. A. (2016). Workaholism: It’s not just long hours on the job. American Psychological Association. Retrieved November 9, 2022, from https://www.apa.org/science/about/psa/2016/04/workaholism

Obsessive-compulsive disorder. (2022). National Institute of Mental Health (NIMH). Retrieved November 9, 2022, from https://www.nimh.nih.gov/health/topics/obsessive-compulsive-disorder-ocd

Depression and anxiety: Can I have both?. (2017). Mayo Clinic. Retrieved November 9, 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/depression/expert-answers/depression-and-anxiety/faq-20057989

8 Tips for Work-Life Balance. (2022). Cleveland Clinic. Retrieved November 9, 2022, from https://health.clevelandclinic.org/work-life-balance/

Pega, F., Náfrádi, B., Momen, N. C., Ujita, Y., Streicher, K. N., Prüss-Üstün, A. M., et al. (2021). Global, regional, and national burdens of ischemic heart disease and stroke attributable to exposure to long working hours for 194 countries, 2000-2016: A systematic analysis from the WHO/ILO Joint Estimates of the Work-related Burden of Disease and Injury. Environment international, 154, 106595. https://doi.org/10.1016/j.envint.2021.106595

Andreassen, C. S., Griffiths, M. D., Sinha, R., Hetland, J., & Pallesen, S. (2016). The Relationships between Workaholism and Symptoms of Psychiatric Disorders: A Large-Scale Cross-Sectional Study. PloS one, 11(5), e0152978. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0152978

Shimazu, A., & Schaufeli, W. B. (2009). Is workaholism good or bad for employee well-being? The distinctiveness of workaholism and work engagement among Japanese employees. Industrial health, 47(5), 495–502. https://doi.org/10.2486/indhealth.47.495

Versi Terbaru

17/11/2022

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

9 Tips Pola Makan Sehat untuk Orang Sibuk

Tanda dan Cara Menghadapi Lingkungan Kerja yang Tidak Nyaman


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 17/11/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan