Berhubungan saat hamil umumnya aman asalkan Anda tidak mengalami kehamilan risiko tinggi. Namun, beberapa wanita melaporkan dirinya malah mengalami kontraksi setelah berhubungan intim saat hamil. Lantas, apakah hal ini normal?
Kontraksi setelah berhubungan intim, apakah normal?
Kontraksi adalah cara tubuh bersiap menyambut kelahiran bayi. Namun, tidak usah panik dan terburu-buru pergi ke rumah sakit begitu Anda merasakan kontraksi setelah berhubungan intim.
Kontraksi setelah bercinta saat hamil yang berpusat di perut bawah merupakan “efek samping” orgasme yang umumnya normal.
Otot-otot tubuh bisa menegang beberapa detik tepat sebelum orgasme. Kondisi ini disebabkan oleh peningkatan oksitosin dan aliran darah dalam jumlah besar ke area panggul.
Orgasme pada wanita biasanya ditandai dengan otot yang mengencang pada sepertiga dinding vagina bagian depan, serta pada otot-otot rahim.
Air mani pria yang mengandung prostaglandin sedikit-banyak juga merangsang kontraksi rahim.
Selain itu, aktivitas fisik dan pergantian posisi dalam bercinta juga bisa menyebabkan kontraksi otot. Setelah klimaks, otot-otot tubuh akan kembali melemas hingga ke kondisi semula.
Penyebab kontraksi setelah berhubungan intim saat hamil
Cara mengatasi kontraksi setelah berhubungan intim
Pada wanita hamil, kontraksi setelah berhubungan kemungkinan besar juga bisa menandakan kontraksi palsu atau juga dikenal sebagai kontraksi Braxton-Hicks.
Kontraksi Braxton-Hicks pada umumnya terjadi selama masa hamil tua, yakni sekitar trimester ketiga atau bahkan saat fase akhir trimester kedua.
Anda tidak perlu khawatir dengannya. Pasalnya, jenis kontraksi ini tidak memicu proses bukaan rahim maupun menjadi penyebab persalinan prematur.
Beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi kontraksi setelah berhubungan intim yaitu berbaring, mandi air hangat, atau minum segelas air hingga gejalanya mereda.
Perbedaan kontraksi Braxton-Hicks dengan kontraksi melahirkan
Anda mungkin mengalami kontraksi Braxton-Hicks jika kontraksi berlangsung sementara, tidak bertahan lama, tidak makin parah, dan tidak makin sering dengan pola acak.
Kontraksi rahim juga disebut palsu ketika terasa seperti kram perut ringan dan bisa membaik dalam beberapa jam atau berhenti begitu Anda beristirahat atau beralih ke aktivitas lain.
Namun, perlu diingat bahwa tidak semua wanita hamil akan mengalami kontraksi palsu. Di sisi lain, kontraksi rahim memang bisa memicu persalinan.
Bedanya, kontraksi rahim yang benar-benar menandakan persalinan sudah dekat berlangsung dengan ritme teratur, misalnya jarak antar kontraksi 10 menit, empat menit, hingga dua menit.
Kontraksi melahirkan juga akan makin kuat seiring waktu. Kondisi ini pun tidak mereda apabila Anda berganti posisi, beristirahat, atau beralih ke aktivitas lain.
Ada baiknya langsung hubungi dokter kandungan atau bidan jika Anda ragu apakah kontraksi tersebut palsu atau memang menandakan persalinan.
Dokter atau bidan akan melakukan pemeriksaan vagina untuk mengecek apakah leher rahim Anda sudah melonggar dan siap untuk melahirkan.