Hewan kelinci yang lucu atau serangga yang ada di sekitar rumah ternyata bisa menyebabkan masalah kesehatan yang disebut tularemia. Masih awam dengan kondisi ini? Yuk, cari tahu lebih lanjut!
Apa yang dimaksud dengan tularemia?
Tularemia adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Francisella tularensis (F. tularensis).
Kondisi ini menyebabkan pembengkakan dan nyeri pada kelenjar getah bening serta gejala lain pada paru, mata, tenggorokan, usus, atau organ lain yang terinfeksi bakteri.
Tularemia termasuk penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia (penyakit zoonosis), biasanya dari hewan pengerat, serangga, terwelu, dan kelinci. Oleh karenanya, penyakit ini disebut sebagai rabbit fever.
Menurut Centers of Disease Control and Prevention (CDC), infeksi bakteri ini terdiri dari beberapa jenis, tergantung organ yang terinfeksi dan gejala yang muncul.
- Ulseroglandular. Bentuk infeksi paling umum pada kelenjar getah bening dan kulit yang biasanya ditularkan melalui gigitan kutu atau hewan yang menginfeksi. Terdapat luka (ulkus/tukak) pada kulit yang menjadi tempat masuknya bakteri.
- Glandular. Mirip ulseroglandular, tetapi tanpa luka. Penyakit dari gigitan serangga atau hewan yang terinfeksi ini hanya menyerang kelenjar getah bening.
- Okuloglandular. Infeksi ini terjadi saat air atau cairan tubuh yang terkontaminasi bakteri masuk ke mata dan menimbulkan gejala.
- Orofaringeal. Penularan penyakit terjadi akibat mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi, atau menyentuh mulut dengan tangan tanpa mencucinya. Infeksi ini menyebabkan masalah tenggorokan dan terkadang gejala pencernaan.
- Tularemia pneumonik. Bentuk infeksi yang paling serius dan gejalanya mirip pneumonia. Infeksi terjadi ketika Anda menghirup bakteri, lalu bakteri menginfeksi paru-paru.
- Tularemia tifoid. Bentuk infeksi yang gejalanya menyerupai demam tifoid (penyakit tipes).
Tanda dan gejala tularemia

Gejala yang muncul dapat berbeda-beda pada setiap orang, tergantung jenis gigitan serangga, kutu, atau hewan yang menginfeksi.
1. Tularemia ulseroglandular
Gejalanya antara lain demam, pembengkakan dan nyeri pada kelenjar getah bening, serta munculnya luka terbuka (ulkus atau lesi) pada kulit (hanya tularemia ulseroglandular).
2. Tularemia okuloglandular
Infeksi bakteri Francisella tularensis pada mata ditandai dengan:
- nyeri mata,
- mata berair,
- meningkatnya kepekaan terhadap cahaya (fotofobia),
- pembengkakan dan nyeri pada kelenjar getah bening di sekitar telinga atau leher, serta
- adanya luka terbuka pada mata (ulserasi kornea).
3. Tularemia orofaringeal
Tularemia orofaringeal ditandai dengan:
- demam,
- sakit tenggorokan yang parah,
- tenggorokan merah dan bengkak dengan bercak putih, serta
- muntah, diare (bisa berdarah), dan nyeri perut pada beberapa orang.
4. Tularemia pneumonik
Rabbit fever yang paling serius menimbulkan gejala yang mirip pneumonia, yaitu:
- demam,
- batuk,
- sesak napas (dispnea),
- nyeri dada atau sesak,
- nyeri otot,
- benjolan atau ruam merah (eritema nodosum), serta
- batuk berdarah (hemoptisis).
5. Tularemia tifoid
Sementara itu, gejala penyakit tularemia yang menyerupai demam tifoid di antaranya:
- demam tinggi,
- menggigil,
- sakit kepala,
- kehilangan selera makan,
- nyeri otot,
- sakit tenggorokan,
- nyeri perut,
- diare,
- mual atau muntah, dan
- kebingungan.
Jika Anda mengalami gejala yang disebutkan di atas, segera periksakan diri ke dokter. Terlebih lagi jika gejalanya tidak membaik dalam beberapa hari atau gejalanya cukup mengganggu aktivitas sehari-hari.
Penyebab tularemia
Bakteri F. tularensis adalah penyebab tularemia. Bakteri ini hidup pada hewan, seperti kelinci, terwelu, tikus, kucing, kutu, dan serangga penggigit lainnya.
Ada dua jenis F. tularensis, yaitu tipe A yang menyebabkan penyakit yang lebih serius dan tipe B menyebabkan gejala ringan.
Infeksi bakteri ini dapat menular ke manusia dari gigitan kutu, nyamuk, lalat, dan serangga penggigit lainnya.
Anda juga bisa tertular ketika menyentuh jaringan atau cairan hewan yang terinfeksi, misalnya dari kelinci dan kucing.
Kontak tersebut memungkinkan bakteri untuk masuk ke tubuh melalui luka pada kulit. Anda juga dapat tertular penyakit dengan beberapa cara berikut.
- Menyentuh mata, hidung, mulut, atau wajah setelah tangan terkontaminasi bakteri.
- Mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri.
- Menghirup udara yang terpapar F. tularensis, misalnya karena mesin pemotong rumput atau peralatan pertanian melindas hewan yang terinfeksi.
Faktor risiko tularemia
Siapa pun dapat terinfeksi bakteri Francisella tularensis. Namun, beberapa faktor berikut dapat meningkatkan risiko penularan.
- Bekerja di pemotongan hewan, petani, atau peternak.
- Bekerja sebagai dokter hewan atau penjaga kebun binatang.
- Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah (akibat HIV, kanker, atau obat imunosupresan).
Diagnosis tularemia
Tes dan pencitraan yang mungkin dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosis tularemia adalah sebagai berikut.
- Tes darah yang dilakukan beberapa kali untuk mencari tanda infeksi pada darah.
- Biopsi yang dilakukan bila terdapat pembengkakan pada kelenjar getah bening atau tukak yang berukuran besar. Dokter akan mengambil sampel jaringan dari area tersebut.
- Tes usap hidung atau tenggorokan untuk mendapatkan sampel lendir dari hidung atau tenggorokan.
- Tes cairan pleura (thoracentesis) untuk mengetahui keberadaan F. tularensis atau melihat apakah bakteri ada pada cairan di sekitar paru.
Pengobatan tularemia
Pengobatan tularemia melibatkan penggunaan antibiotik spektrum luas, baik yang diberikan melalui jarum suntik (injeksi) atau diminum (pil). Anda mungkin memerlukan pengobatan lain jika mengalami komplikasi serius.
Itulah sebabnya penting untuk mengobati tularemia sesegera mungkin sebelum infeksi menyebar. Pada kebanyakan kasus, dokter mungkin akan memberikan antibiotik sebelum hasil tes diagnosis keluar untuk mencegah kondisi semakin parah.
Obat antibiotik yang biasanya digunakan meliputi:
- streptomisin,
- gentamisin,
- doksisiklin,
- azitromisin,
- siprofloksasin, atau
- levofloksasin.
Kebanyakan penderita tularemia sembuh total. Obat biasanya perlu diminum secara rutin selama 10 hingga 21 hari. Jangan menghentikan pengobatan meski kondisi Anda sudah lebih baik.
Penggunaan antibiotik yang tidak sampai tuntas dapat menyebabkan pengobatan jadi tidak efektif. Jika hal ini terjadi, Anda mungkin harus mengonsumsi antibiotik lagi.
Pengobatan untuk tularemia berlangsung selama dua hingga tiga minggu, tetapi bisa memakan waktu lebih lama dari itu hingga Anda merasa benar-benar membaik.
Ruam akibat infeksi Francisella tularensis dapat diobati, tetapi terkadang meninggalkan bekas luka permanen pada kulit.
Tindakan pencegahan tularemia

Anda dapat mengurangi risiko tularemia dengan melindungi diri sendiri dan hewan peliharaan dari infeksi dengan beberapa cara berikut.
- Kenakan pakaian yang menutupi kulit sebanyak mungkin saat berada di luar ruangan dan gunakan semprotan pembasmi serangga, terutama di area berumput tinggi atau hutan.
- Tidak membiarkan hewan peliharaan keluar rumah.
- Pakai sarung tangan saat menangani hewan yang mati atau hewan liar
- Cuci tangan secara menyeluruh setelah menangani hewan meskipun sebelumnya sudah mengenakan sarung tangan.
- Masak daging pada suhu yang aman. Jangan lupa untuk selalu mencuci tangan dan peralatan setelah menyiapkan makanan.
- Jangan minum air yang tidak dimasak dengan benar.
- Pakai masker saat menggunakan mesin pemotong rumput atau peralatan pertanian dapat membantu mencegah menghirup udara yang terpapar infeksi.
Jika Anda masih membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai tularemia, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter, terutama jika Anda memelihara hewan.
Kesimpulan
- Tularemia adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Francisella tularensis (F. tularensis). Penyakit ini juga dikenal sebagai rabbit fever.
- Gejala tularemia tergantung pada jenisnya, mulai dari demam, pembengkakan dan nyeri pada kelenjar getah bening, munculnya luka terbuka (tularemia ulseroglandular), nyeri mata (tularemia okuloglandular), hingga gejala mirip pneumonia atau demam tifoid.
- Penyakit ini bisa diobati dengan antibiotik. Pengobatan biasanya berlangsung selama dua hingga tiga minggu.
- Anda dapat mencegah penularannya dengan melindungi diri dari gigitan serangga, menjaga kebersihan saat dan setelah menangani hewan, serta memastikan keamanan dan kebersihan makanan dan minuman yang Anda konsumsi.