Ibu saya berusia 55 tahun dia masih aktif bekerja (WFO) tidak pernah WFH sama sekali sejak awal pandemi. Kami anak-anaknya was-was sekali sebenernya membiarkan ibu tetap pergi kerja setiap hari.
Juni lalu, semua rekan kerja seruangannya diketahui positif COVID-19 termasuk ibu.
Penyakit komorbid ibu saya terbilang banyak, dia mengidap penyakit jantung dan rutin mengonsumsi pengencer darah, dia juga punya asma, asam lambung, kolestrol, darah tinggi, dan tentu saja usia tua. Dari banyak informasi yang saya baca, semua ini adalah list-list kondisi yang memperparah COVID-19.
Saat itu kami benar-benar dituntut berpikir cepat di tengah kebingungan. Pertama, karena rumah sakit sedang penuh-penuhnya, kedua bagaimana menjemput ibu dari kantornya.
Sampai akhrinya sepupu saya memberi arahan, ibu dijemput bapak dengan protokol ketat (keduanya double mask dengan N95) ibu duduk di kursi belakang. Saya di rumah menyiapkan kamar untuk ibu isolasi mandiri -kami tahu betul akan sulit mencari rumah sakit, berita-berita heboh mengabarkan bagaimana kapasitas RS membludak dan pasien kekurangan oksigen di mana-mana.
Ibu tiba di rumah, dia langsung mandi dan masuk kamar, besok paginya dia konsultasi telemedicine dengan dokter paru dan siangnya dengan dokter jantung. Oh iya sebetulnya kata dokter Jantung saat itu cukup ke dokter paru aja sih kami saja yang terlalu ketakutan.
Dokter Paru meresepkan obat Symbicort (ini bukan obat yang harus resep dokter, tapi bukan obat COVID-19 ya, dokter meresepkan sesuai keluhan), dan obat-obatan lainnya, termasuk vitamin-vitamin.
Ini bagian yang paling ingin saya share, ibu saya memiliki banyak teman yang perhatian jadi banyak sekali yang kirim obat, dari obat-obat antibiotik, antivirus, jamu, obat China, sampai obat dari pak ustad A, B C. Hampir semua yang mengirim ini dibarengi dengan testimoni "nih minum ini, si A aja sekian hari negatif karena minum ini".
Kesalnya, ibu saya terima-terima saya tuh kiriman obat. Tapi untungnya kami konsultasi ke dokter dan diawal dokter sudah menekankan untuk tidak minum sembarang obat jadi ibu saya percaya.
Syukur alhamdulilah ibu saya sembuh setelah 14 hari isolasi mandiri tanpa gejala yang berarti, hanya deman di dua malam pertama. Setelah 14 hari isolasi, ibu cek PCR negatif dan kontrol ke dokter spesialils jantung dengan hasil sembuh tanpa gejala sisa. Kata dokter, kesembuhan ini salah satunya karena ibu saya mendapatkan obat-obatan yang tepat di masa awal infeksi.
Pesan saya, kalau ada keluarga yang positif COVID-19 tolong jangan kirim resep obat ini itu tanpa arahan dokter. Pliss