Jakarta, 28 Mei 2025 – Penyakit jantung kini tidak hanya menyerang usia lanjut. Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan bahwa semakin banyak orang dengan usia muda di Indonesia yang terdiagnosis dengan penyakit jantung.
Penyakit jantung di Indonesia didominasi anak muda
Philips Indonesia bersama Yayasan Jantung Indonesia (YJI) dan Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) menyoroti pentingnya inovasi layanan kesehatan dan penerapan teknologi dalam diagnosis, pengobatan, dan pemantauan sebagai prioritas untuk mengatasi meningkatnya beban penyakit kardiovaskular di Indonesia.
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia dan Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa sekitar 17,9 juta orang di seluruh dunia meninggal akibat penyakit ini setiap tahunnya.
Penyakit kardiovaskular (CVD), atau disebut juga penyakit jantung, adalah sekelompok penyakit yang menyerang jantung dan pembuluh darah. Beberapa jenis penyakit yang termasuk ke dalamnya adalah penyakit jantung koroner, gagal jantung, penyakit katup jantung, dan stroke.
Sebagai penyakit katastropik, penyakit kardiovaskular masih menjadi beban tertinggi bagi BPJS sekaligus tantangan bagi sistem kesehatan di Indonesia. Setiap tahunnya, sebanyak 650.000 orang di Indonesia didiagnosis dengan penyakit ini.
Sementara itu, kematian akibat penyakit kardiovaskular di Indonesia mencapai 651.481 penduduk, yang sebagian besarnya diakibatkan oleh stroke, penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung terkait hipertensi.
Usia merupakan salah satu faktor utama yang meningkatkan risiko penyakit jantung. Risiko penyakit ini meningkat begitu seseorang menginjak usia 40 tahun, dan kasusnya paling tinggi pada orang berusia 50 tahun.
Namun, data Survei Kesehatan Indonesia 2023 menunjukkan bahwa semakin banyak anak muda Indonesia yang terdiagnosis dengan penyakit jantung. Kelompok usia 25–34 tahun mendominasi dengan jumlah pasien sebanyak 140.206 orang.
dr. BRM. Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP(K), FIHA, FAsCC, Ketua Bidang Medis Yayasan Jantung Indonesia (YJI), menyatakan, “Penyakit jantung kini menyerang kelompok usia muda yang sedang berada di masa produktif. Ini sangat memengaruhi kehidupan mereka dan keluarga, karena mereka harus menyesuaikan diri untuk mengelola penyakit ini seumur hidup.”
Faktor utama yang menyebabkan hal ini adalah pergeseran gaya hidup ke arah yang tidak sehat, terutama gaya hidup sedenter, pola makan yang tidak seimbang, dan kebiasaan merokok.
dr. Ario menambahkan, “Asia punya bom waktu karena gaya hidup (yang tidak sehat ini). “Populasi masyarakat mengarah ke penyakit ini karena gaya hidup (yang tidak sehat). Kalau tidak dicegah, kasus penyakit kardiovaskular akan makin meningkat.”
Peran inovasi teknologi dalam pencegahan penyakit kardiovaskular

Cara paling efektif untuk mencegah penyakit kardiovaskular dan komplikasinya adalah melalui penerapan gaya hidup sehat serta pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara rutin.
Pemeriksaan rutin, khususnya, perlu dilakukan agar tanda-tanda penyakit jantung pada usia muda bisa terdeteksi sejak dini dan risiko komplikasi dapat ditekan.
Ketua Umum Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI), drg. Iing Ichsan Hanafi, MARS., MH, juga menekankan hal ini. “Meningkatnya jumlah pasien muda penderita penyakit jantung menjadi peringatan bagi seluruh rumah sakit. Kita harus meningkatkan kesiapan, tidak hanya dalam pengobatan, tetapi juga dalam deteksi dini dan pencegahan.”
dr. Ario menambahkan bahwa untuk mencapai kesadaran tersebut, diperlukan edukasi yang menyeluruh tentang faktor risiko penyakit jantung dan upaya pencegahannya, baik bagi orang yang belum pernah mengidap penyakit jantung maupun yang pernah sakit.
“Kita ingin memasyarakatkan gaya hidup sehat,” ucap dr. Ario. “Yang kita utamakan adalah meyakinkan masyarakat bahwa gaya hidup sehat adalah kunci untuk menghindari serangan jantung, untuk menghindari terjadinya penyakit kardiovaskular.
Salah satu faktor penghambatnya adalah fasilitas kesehatan yang masih tidak merata, terutama dalam pelayanan jantung lanjutan. Saat ini, hanya ada 1.500 dokter spesialis jantung di Indonesia. Rumah sakit yang memiliki layanan jantung lanjutan pun baru terpusat di kota-kota besar.
Kabar baiknya, inovasi teknologi canggih dapat menjembatani keterbatasan akses ini. Penggunaan gawai seperti jam tangan pintar yang dapat memantau status kesehatan penggunanya, misalnya, adalah salah satu bentuk penerapannya pada masa kini.
Inovasi teknologi dalam perawatan penyakit kardiovaskular membuka peluang besar dalam deteksi dini penyakit. Dengan demikian, deteksi dini dapat dilakukan lebih luas, bahkan di daerah yang belum memiliki fasilitas medis lengkap.
“Yang kita inginkan adalah kita bisa membawa proses edukasi dan menyadarkan masyarakat bahwa pemeriksaan jantung itu tidak susah. Jadi, dengan teknologi tadi, pemeriksaan yang biasanya ada di rumah sakit bisa dibawa dengan mudah ke masyarakat,” tambah dr. Ario.
Jadi kita bisa membuat masyarakat sadar bahwa pemeriksaan jantung itu tidak susah dan tidak menakutkan.
dr. BRM. Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP(K), FIHA, FAsCC
Kesadaran akan pentingnya deteksi dini dan perubahan gaya hidup menjadi kunci untuk menekan angka penyakit jantung, terutama di kalangan usia muda. Inovasi teknologi dan kolaborasi antarsektor menjadi fondasi utama dalam mewujudkan sistem kesehatan yang lebih adaptif dan merata.
- Penyakit jantung kini semakin banyak menyerang usia muda, didorong oleh gaya hidup tidak sehat dan minimnya deteksi dini.
- Pemeriksaan rutin dan edukasi kesehatan yang merata menjadi kunci untuk mencegah lonjakan kasus penyakit kardiovaskular.
- Kolaborasi antarsektor dan inovasi teknologi diperlukan untuk membangun layanan kesehatan jantung yang lebih mudah diakses.
[embed-health-tool-bmi]