Selama ini, kebiasaan menggoyangkan kaki selalu dikaitkan dengan restless legs syndrome. Namun, orang yang sering menggoyangkan kaki ternyata bisa saja memiliki alasan tertentu menurut ilmu psikologi.
Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro
Selama ini, kebiasaan menggoyangkan kaki selalu dikaitkan dengan restless legs syndrome. Namun, orang yang sering menggoyangkan kaki ternyata bisa saja memiliki alasan tertentu menurut ilmu psikologi.
Sadar atau tidak, hampir setiap orang pasti pernah menggoyangkan kakinya. Namun, orang-orang yang melakukannya sendiri pun mungkin tidak mengetahui apa alasannya.
Lantas, apa sebenarnya yang menyebabkan kaki tidak bisa diam dan terus bergoyang? Ini dia beberapa penyebabnya
Laman Mount Sinai Health System menyebutkan bahwa kecemasan bisa menimbulkan agitasi dan kegelisahan pada kaki. Ini artinya, gerakan pada kaki merupakan salah satu cara alami tubuh Anda menyalurkan kecemasan.
Dalam kondisi seperti ini, goyangan kaki hanya bisa diatasi dengan cara menghilangkan penyebab kecemasan.
Akan tetapi, seseorang dengan gangguan kecemasan mungkin melakukan kebiasaan ini lebih sering atau lebih lama.
Minum kopi, stimulan, atau minuman lain yang mengandung kafein juga bisa menjadi penyebab Anda memiliki kebiasaan menggoyangkan kaki.
Kondisi ini bisa terjadi karena minuman berkafein dan obat stimulan dapat meningkatkan energi Anda. Sebagai salah satu cara menyalurkan kelebihan energi, Anda secara tidak sengaja sering menggerakkan kaki.
Ini juga menjadi salah satu alasan mengapa seseorang dengan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) kerap menggoyangkan anggota tubuhnya.
Menurut ilmu psikologi, orang yang memiliki ADHD sering menggoyangkan kaki atau bagian tubuhnya yang lain untuk menyalurkan sisi hiperaktifnya.
Sampai saat ini, penyebab sindrom kaki gelisah atau RLS belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini telah dikaitkan dengan disfungsi salah satu bagian otak yang bertugas mengatur gerakan tubuh.
RLS akan membuat kaki bergoyang, bahkan pada saat-saat yang tidak Anda inginkan. Pasalnya, gerakan restless legs syndrome memang terjadi di luar kendali.
Untuk mengatasi kaki yang bergerak sendiri karena RLS, dokter biasanya memberikan sejumlah obat, seperti ropinirole, gabapentin, dan relaksan otot.
Dari sisi psikologi, rasa tidak sabar, bosan, dan semangat berlebih juga bisa menjadi alasan orang sering menggoyangkan kaki.
Beberapa orang tidak sadar ketika menggoyangkan kakinya. Namun, ada pula yang melakukannya secara sengaja untuk menyalurkan rasa bosan atau tidak sabar.
Dalam kondisi seperti ini, goyangan kaki Anda bukanlah hal yang perlu segera dihentikan. Sebab, kondisi emosional seharusnya hanya bersifat sementara sehingga bisa membaik dengan sendirinya.
Namun, jika kondisi membuat Anda merasa tidak nyaman, cobalah untuk menyalurkan emosi dengan cara lain. Sebagai contoh, mengatur pernapasan atau jalan-jalan ke luar ruangan.
Kaki tiba-tiba bergoyang ketika menghadapi pekerjaaan yang sulit? Tenang saja, ini sebenarnya merupakan salah satu respons alami tubuh Anda untuk mengurangi stres.
Saat stres, otot Anda akan menjadi tegang, tidak terkecuali yang berada di kaki. Sebagai salah satu cara mengurai ketegangan, kaki Anda akan bergerak tanpa disadari.
Hal tersebut telah dibuktikan dalam studi yang dimuat di The Primary Care Companion for CNS Disorders.
Studi tersebut menyebutkan bahwa seseorang dengan post traumatic stress disorder (PTSD) sering kali memiliki kebiasaan menggoyangkan kaki ketika menemui pemicu stresnya.
Selama tidak terjadi terlalu sering atau mengganggu aktivitas harian Anda, kebiasaan menggoyangkan kaki adalah kondisi yang wajar.
Pasalnya, ini merupakan respons alami tubuh ketika menghadapi berbagai hal seperti yang disebutkan di atas.
Namun, jika kebiasaan kaki goyang saat duduk sudah memengaruhi kesehatan psikologi Anda, jangan menunda waktu untuk berkonsultasi ke psikolog.
Seorang psikolog akan membantu Anda mencari tahu akar penyebab gangguan mental. Dengan begitu, kebiasaan menggoyangkan kaki yang merupakan salah satu gejalanya juga akan ikut berkurang.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa
General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro