Kelenjar hipofisis atau pituitari merupakan bagian dari sistem endokrin yang memiliki fungsi vital bagi tubuh manusia. Salah satu gangguan yang mungkin menyerang kelenjar ini adalah tumor hipofisis. Simak penjelasan tentang gejala, penyebab, dan cara mengatasinya berikut ini.
Apa itu tumor hipofisis?
Tumor hipofisis atau adenoma pituitari (pituitary adenoma) adalah massa yang terbentuk dari sel abnormal pada kelenjar pituitari atau hipofisis di dalam otak.
Kelenjar hipofisis bertanggung jawab dalam mengatur keseimbangan berbagai hormon pada tubuh. Keberadaan tumor dapat menyebabkan produksi hormon menjadi lebih banyak atau sebaliknya.
Pada kebanyakan kasus, tumor pada kelenjar pituitari bersifat nonkanker alias jinak. Itu artinya, tumor tidak menyebar ke luar otak dan hanya berada pada kelenjar saja.
Seberapa umum kondisi ini?
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Endocrinology and Metabolism Clinics of North America (2020) memperkirakan sekitar 10% dari populasi umum memiliki tumor hipofisis. Meski begitu, keberadaan tumor sering kali tidak diketahui karena ukurannya kecil dan tidak menimbulkan gejala apa pun. Tanda dan gejala tumor hipofisis
Tidak semua kasus tumor kelenjar pituitari menimbulkan gejala. Terkadang, tumor terdeteksi secara kebetulan setelah pasien menjalani pemeriksaan untuk kondisi lain.
Tumor sering kali berukuran kecil. Namun, tumor yang besar (makroadenoma) dapat menimbulkan tekanan yang menimbulkan sakit kepala dan masalah penglihatan.
Keberadaan tumor pada kelenjar pituitari bisa memengaruhi produksi hormon penting dalam tubuh.
Dikutip dari laman Mayo Clinic, tumor hipofisis yang menyebabkan tubuh kekurangan hormon dapat menimbulkan tanda dan gejala seperti berikut.
- Mual dan muntah.
- Kelemahan.
- Tubuh mudah kedinginan.
- Disfungsi seksual, seperti impotensi dan libido rendah.
- Siklus menstruasi tidak normal.
- Sering buang air kecil.
- Berat badan yang tidak stabil.
Sementara itu, kelebihan produksi hormon akibat tumor hipofisis bisa menimbulkan kondisi berikut.
- Sindrom Cushing, yakni saat tubuh menghasilkan terlalu banyak kortisol. Gejalanya yaitu kelemahan otot tungkai dan lengan, tekanan darah dan gula darah mudah naik, kulit berjerawat, serta gampang stres atau cemas.
- Akromegali, yaitu kelainan bentuk tubuh akibat kelebihan hormon pertumbuhan. Kondisi ini membuat ukuran tangan dan kaki membesar, keringat berlebihan, masalah jantung, diabetes, nyeri sendi, serta perawakan tubuh yang jauh lebih tinggi daripada orang sehat seusianya.
- Kelebihan hormon prolaktin menyebabkan tingkat hormon seks rendah, siklus haid tidak teratur, keluarnya ASI pada wanita, dan pertumbuhan payudara pada pria.
- Kadar hormon perangsang tiroid meningkat sehingga tiroid menghasilkan hormon secara berlebihan (hipertiroidisme). Gejalanya yaitu detak jantung tidak teratur, berat badan menurun, dan terus buang air kecil.
Penyebab tumor hipofisis
Penyebab utama dari tumor hipofisis tidak ketahui secara pasti. Kelenjar yang menjadi bagian dari sistem endokrin ini berukuran kecil dan terletak pada dasar otak.
Meski ukurannya kecil, kelenjar hipofisis memengaruhi hampir setiap organ tubuh karena berfungsi menghasilkan hormon yang berkaitan dengan pertumbuhan, tekanan darah, dan reproduksi.
Sebagian kecil kasus adenoma pituitari berkaitan dengan faktor genetik (diwariskan dalam keluarga). Namun, sebagian besar kasusnya tidak memiliki faktor keturunan yang jelas.
Para ilmuwan berpendapat bahwa perubahan genetik memiliki peran penting dalam proses perkembangan tumor otak ini.
Faktor risiko tumor hipofisis
Tumor pada kelenjar pituitari dapat menyerang siapa saja. Kebanyakan pengidap tumor tidak memiliki faktor apa pun yang meningkatkan risikonya.
Namun, penelitian menunjukkan bahwa orang yang memiliki anggota keluarga yang mengalami multiple endocrine neoplasia type 1 (MEN 1) lebih rentan terhadap tumor ini.
Pada pasien-pasien MEN 1, banyak tumor yang muncul pada tingkat-tingkat yang berbeda dari sistem endokrin, termasuk pada kelenjar pituitari atau hipofisis.
Komplikasi tumor hipofisis
Tumor hipofisis umumnya bersifat jinak, yang berarti tidak akan tumbuh atau menyebar ke area lain.
Namun, jenis tumor otak ini dapat menyebabkan komplikasi kesehatan seperti berikut ini.
- Kehilangan kemampuan melihat karena tumor menekan saraf optik.
- Gangguan fungsi tubuh akibat kelebihan atau kekurangan hormon, seperti gula darah tinggi, hipertensi, gangguan jantung, tulang keropos, hingga masalah memori.
- Kekurangan hormon dapat membuat pengidapnya perlu mengikuti terapi hormon agar fungsi tubuh tetap normal.
Diagnosis tumor hipofisis
Untuk menegakkan diagnosis tumor hipofisis, dokter umumnya meminta Anda untuk menjalani serangkaian pemeriksaan berikut.
- Wawancara medis atau anamnesis. Dokter akan bertanya seputar gejala dan mengamati riwayat kesehatan pasien dan keluarga.
- Pemeriksaan sampel darah dan urine untuk mengukur tingkat hormon.
- Tes pemindaian, seperti CT scan atau MRI pada otak untuk mendeteksi tumor dan mengukur besarnya tumor.
- Pemeriksaan mata untuk mengetahui kemampuan penglihatan pasien.
Pengobatan tumor hipofisis
Perawatan mungkin tidak diperlukan jika tumor tidak menimbulkan gejala. Namun, pasien perlu menjalani pengecekan rutin untuk memantau ukuran dan perkembangannya.
Jika ukurannya membesar dan menimbulkan gejala, barulah dokter dapat mengambil tindakan pengobatan seperti di bawah ini.
1. Operasi
Operasi dapat dilakukan untuk mengangkat tumor pada kelenjar pituitari yang menekan saraf optik atau yang mengganggu produksi hormon tertentu.
Ada dua teknik pembedahan yang dapat dokter lakukan. Pertama, dokter bisa melakukan endoskopi transsphenoidal transnasal, yakni pengangkatan tumor lewat hidung tanpa sayatan di bagian luar tubuh.
Teknik pembedahan yang kedua, yaitu kraniotomi, merupakan pengangkatan tumor melalui sayatan pada bagian atas kulit kepala.
2. Terapi radiasi
Terapi radiasi atau radioterapi juga dapat menjadi pilihan perawatan tunggal atau perawatan kombinasi setelah operasi dilakukan.
Pada tindakan ini, dokter akan menggunakan radiasi tingkat tinggi untuk mengecilkan tumor pada kelenjar hipofisis.
3. Terapi hormon
Tumor berukuran besar terkadang mengharuskan dokter untuk mengangkat tumor beserta kelenjarnya.
Kondisi ini membuat pasien tidak lagi memiliki kelenjar pituitari. Maka dari itu, pasien perlu menjalani terapi hormon agar tubuhnya tetap bisa menjalankan fungsi normalnya.
Pencegahan tumor hipofisis
Tidak ada cara yang sepenuhnya bisa mencegah tumor pada kelenjar pituitari. Meski begitu, gaya hidup sehat seperti di bawah ini mungkin dapat membantu menurunkan risikonya.
- Konsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang.
- Mencukupi waktu tidur selama 7–9 jam setiap malam.
- Tetap aktif bergerak dan berolahraga secara rutin minimal 30 menit setiap hari.
- Kendalikan tekanan darah dan gula darah agar tetap stabil.
Jika Anda memiliki anggota keluarga dengan tumor hipofisis, sebaiknya lakukan tes genetik atau tes skrining kanker untuk mengetahui seberapa besar risiko Anda terhadap penyakit ini.
Konsultasikan hasilnya lebih lanjut pada dokter untuk menentukan langkah-langkah pencegahan yang tepat bagi Anda.
Kesimpulan
- Tumor hipofisis adalah massa abnormal yang terbentuk pada kelenjar pituitari.
- Kondisi yang biasanya bersifat jinak atau nonkanker ini dapat menyebabkan tekanan pada otak dan gangguan produksi hormon.
- Gejala tumor kelenjar pituitari bervariasi, mulai dari sakit kepala, masalah penglihatan, hingga masalah hormon, seperti sindrom Cushing, akromegali, dan hipertiroidisme.
- Penyakit tumor ini bisa diobati melalui operasi, terapi radiasi, dan terapi hormon yang bergantung pada kebutuhan masing-masing pasien.
[embed-health-tool-bmi]