Pendidikan anak menjadi salah satu hal penting yang wajib diperhatikan oleh setiap orangtua. Di antara beragam metode pendidikan yang tersedia, metode Waldorf telah menjadi perbincangan dalam dunia pendidikan anak. Simak informasi lengkap mengenai pendidikan Waldorf, mulai dari definisi, perbedaan dengan pendidikan umumnya, hingga manfaatnya di bawah ini.
Apa itu metode Waldorf?
Waldorf adalah metode pendidikan yang menempatkan fokus pada pengembangan holistik Anak, tidak hanya dalam hal akademis. Metode ini juga berfokus pada kreativitas, ekspresi diri, dan keterampilan praktis.
Pendekatan pendidikan yang dikembangkan oleh Rudolf Steiner, seorang filsuf Austria, ini bertujuan untuk merangsang beberapa hal. Sebut saja, perkembangan emosional, spiritual, dan fisik anak secara seimbang.
Dalam metode ini, anak-anak diajarkan dengan cara yang memadukan pikiran, perasaan, dan perbuatan. Alhasil, mereka dapat tumbuh menjadi individu yang berkembang secara menyeluruh.
Kurikulum yang sudah diterapkan di lebih dari 60 negara ini tidak hanya berfokus pada pelajaran akademis, seperti matematika dan bahasa.
Anak-anak juga akan mempelajari seni, musik, kerajinan tangan, dan interaksi dengan alam untuk mendukung pengalaman belajar yang beragam.
Tahukah Anda?
Meski belum banyak, sekolah dengan metode Waldorf sudah tersedia di beberapa wilayah di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, dan Bali. Sementara di luar, sudah ada ribuan sekolah di lebih dari 60 negara yang menerapkan metode ini, seperti Jerman, Swiss, dan Amerika Serikat.
Perbedaan Waldorf dengan metode pendidikan di sekolah pada umumnya
Pendidikan Waldorf memiliki perbedaan yang signifikan dengan sekolah pada umumnya. Berikut adalah poin-poin perbedaannya, dilansir dari situs Educational Reform and Ideology.
1. Pelatihan guru dengan metode Waldorf
Guru-guru di sekolah Waldorf sering mengikuti program pelatihan khusus selama minimal 2 tahun.
Program ini tidak hanya memberikan pengetahuan akademis, tetapi juga menekankan pada pengembangan holistik anak dan pemahaman filosofi pendidikan ini.
Hal ini berbeda dengan kebanyakan sekolah umum di mana pelatihan guru cenderung lebih umum dan kurang terfokus pada filosofi pendidikan yang spesifik.
2. Atmosfer yang lebih terbuka
Dibandingkan sekolah umumnya, metode pendidikan yang memang belum terkenal di Indonesia ini cenderung lebih terbuka. Artinya, orangtua dan masyarakat yang tertarik bisa menjadi bagian dari sekolah ini.
Beberapa guru bahkan bisa mencoba metode ini melalui magang atau pengalaman langsung dengan sekolah yang menerapkan Waldorf.
Ini bertujuan menciptakan lingkungan belajar yang lebih personal dan komunitas yang erat antara guru, siswa, dan orangtua.
3. Pengembangan personal guru dan siswa
Di sekolah Waldorf, guru kelas idealnya tetap bersama dengan kelompok anak dari kelas satu hingga kelas delapan.
Hal ini memungkinkan guru untuk lebih memahami dan berpartisipasi dalam perkembangan setiap anak.
Alhasil, guru dan siswa membangun hubungan yang kuat hingga menciptakan suasana ‘keluarga kedua’ di sekolah.
4. Filosofi yang berpusat pada anak
Di sini, guru-guru didorong untuk mengajar dengan antusiasme pribadi dan menikmati proses pembelajaran bersama siswa.
Hal ini diyakini bisa membantu memperkuat perasaan kebersamaan dan kesejahteraan di seluruh sekolah.
Tahapan metode Waldorf
Pendidikan Waldorf membagi masa perkembangan anak menjadi tiga tahap. Setiap tahap ini memiliki pengaruh penting terhadap cara anak merasakan dan mendekati dunia.
Hal ini termasuk secara intelektual, emosional, fisik, maupun spiritual, yang kemudian membentuk cara mereka belajar. Berikut tahapan dari metode pendidikan ini.
1. Masa awal (0—7 tahun)
Anak-anak usia 0—7 tahun utamanya menggunakan indera mereka untuk belajar. Metode pembelajaran terbaik pada anak usia ini, yaitu dengan meniru.
Itu sebabnya, para guru akan merawat tumbuh kembang siswa dengan menyediakan lingkungan sensori dan kegiatan bermain, seperti:
Ketiganya ternyata berperan penting dalam membentuk dasar perkembangan intelektual, emosional, dan fisik.
2. Masa tengah (7—14 tahun)
Ketika menginjak usia 7 hingga 14 tahun, anak akan belajar melalui pelajaran yang menyentuh emosi dan menghidupkan kreatif mereka.
Pada tahap ini, para guru akan mengintegrasikan cerita, gerakan, seni visual, hingga musik dalam kurikulum Waldorf.
Hal tersebut menciptakan pengalaman yang membawa setiap mata pelajaran menjadi hidup dalam berpikir dan merasakan.
Di tahapan ini, guru berperan penting dalam mengawal perkembangan moral dan akademik anak-anak. Mereka juga diharapkan bisa membantu meningkatkan kesadaran anak mengenai dunia.
3. Masa remaja (14—21 tahun)
Usia 14 hingga 21 tahun menandai perkembangan intelektual yang mandiri dan kemampuan untuk memeriksa dunia secara abstrak.
Anak pada usia ini diharapkan bisa memakai penalaran, penilaian, dan pemikiran kritis.
Manfaat menerapkan metode pendidikan Waldorf
Mengingat kurikulum Waldorf cukup berbeda daripada kurikulum di Indonesia pada umumnya, manfaat yang ditawarkan juga berbeda. Apa saja? Berikut penjelasannya.
1. Membantu mengembangkan kreativitas
Salah satu manfaat dari metode pendidikan ini adalah mendorong pengembangan kreativitas dan ekspresi diri anak.
Hal ini bisa tercipta melalui seni, musik, dan drama yang bisa meningkatkan kepercayaan diri dan kemandirian.
2. Memahami dunia dengan pendekatan holistik
Dengan pendekatan yang holistik, anak bisa mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang dunia dan diri mereka sendiri.
Cara ini juga membuat anak merasa terhubung dengan alam dan lingkungan sekitar.
3. Proses belajar yang lebih menyenangkan
Dibandingkan dengan pendidikan konvensional yang sering didominasi dengan tes atau evaluasi, Waldorf menawarkan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan.
Pasalnya, kurikulum ini berorientasi pada kesenangan dan eksplorasi minat anak melalui banyak hal.
Metode Waldorf menawarkan pendekatan yang unik dan holistik dalam pendidikan anak. Dengan cara-cara di atas, metode ini memberikan manfaat yang besar bagi perkembangan anak.
Walau begitu, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi kepada ahli guna mengetahui solusi yang lebih tepat terkait kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan anak.
[embed-health-tool-vaccination-tool]