Berbohong mungkin merupakan satu hal yang pernah dilakukan hampir setiap orang. Namun, kebohongan seharusnya tidak dilakukan secara terus-menerus. Jika seseorang terus berbohong tanpa bisa mengendalikannya, ia bisa jadi tergolong sebagai pembohong patologis.
Apa itu pembohong patologis?
Pembohong patologis atau pathological liar adalah orang yang memiliki kebiasaan berbohong tanpa bisa mengendalikannya. Kondisi ini juga dikenal dengan sebutan mitomania.
Seorang pembohong patologis sering kali tidak mengetahui tujuannya untuk berbohong. Mereka hanya melakukannya begitu saja seakan-akan berbohong sudah menjadi bagian dari hidupnya.
Saat Anda mengetes apakah mereka berbohong, bahkan akan sulit bagi Anda untuk memastikan apakah mereka sedang berkata jujur atau justru sebaliknya.
Ketika sudah ketahuan berbohong, seorang mitomania tetap akan melanjutkan kebiasaan ini karena mereka pun tidak tahu cara mengendalikannya.
Perbedaan pembohong patologis dan pembohong kompulsif
Sementara itu, pembohong kompulsif adalah orang yang berbohong karena tujuan tertentu.
Kebohongan ini biasanya dibuat untuk menghindari situasi yang tidak diinginkan, meningkatkan derajat di depan orang, atau tujuan menguntungkan lainnya.
Pembohong patologis dan kompulsif sama-sama bisa sering berbohong. Bedanya, pembohong patologis tidak selalu memiliki alasan khusus ketika berbohong.
Sementara itu, pembohong kompulsif biasanya menyatakan kebohongan ketika berada dalam kondisi terpojok atau terancam. Kedua kondisi ini juga bisa terjadi secara bersamaan.
Ciri-ciri pembohong patologis
Akibat terlalu sering berbohong, sering kali sulit bagi orang awam untuk mengenali seorang mitomania. Untuk memudahkannya, simak ciri-ciri dari seorang pembohong patologis berikut.
1. Tidak takut akan risiko
Melansir dari laman American Psychiatric Association, seorang pembohong patologis cenderung tidak memikirkan risiko bahaya dari setiap kebohongan yang diucapkan.
Ini bisa terjadi karena seseorang dengan mitomania tidak bisa mengendalikan kebohongannya. Jadi, meski sudah tahu bahwa kebohongan yang dibuatnya mungkin berbahaya, ia tetap melakukannya.
2. Berbohong sebagai identitas
Beberapa orang sering kali merasa tidak nyaman atau terbebani setelah membuat kebohongan, tetapi tidak bagi pembohong patologis.
Kondisi ini membuat seseorang merasa bahwa kebohongan yang ia lakukan sudah menjadi bagian dari dirinya.
Dengan begitu, tak peduli seberapa banyak kebohongan yang ia buat, seorang pathological liar tetap akan merasa nyaman.
3. Kurang empati
Laman Counselling Directory menyebutkan bahwa seorang mitomania biasanya kurang empati karena mereka hanya fokus pada kebutuhan dan keinginan diri sendiri.
Selain itu, mereka biasanya juga mengabaikan dampak negatif pada orang lain tentang kebohongan yang mereka buat.
Inilah alasan mengapa seorang mitomania biasanya kesulitan menjalin hubungan, baik secara romantis maupun profesional.
4. Suka berbohong tanpa alasan
Dalam kebanyakan kasus, kebohongan biasanya muncul sebagai mekanisme koping untuk menghindari situasi yang tidak diinginkan.
Namun, seorang pathological liar bisa saja membuat kebohongan tanpa motif atau alasan yang jelas.
Tidak jarang, kebohongan yang dibuat seorang pathological liar justru bisa berdampak buruk pada diri sendiri.
5. Kebohongan bersifat rumit
Mitomania sering kali mendorong seseorang membuat cerita yang rumit atau bahkan terdengar seperti fantasi.
Sering kali kebohongan yang diciptakan merupakan kombinasi antara kebohongan dan kenyataan sehingga orang-orang sulit membedakannya.
Kondisi inilah yang membuat seorang mitomania sering kehilangan kepercayaan dari orang di sekitarnya, bahkan saat mereka membicarakan sebuah fakta.
6. Ciri lain pembohong patologis
Selain berbagai ciri-ciri di atas, berikut adalah perilaku lain yang kerap ditunjukkan oleh seorang pathological liar.
- Punya cerita kebohongan yang stabil dan permanen.
- Cenderung menampilkan sudut pandang yang positif terhadap dirinya, contohnya berbohong tentang pendidikan atau jabatan.
- Kesulitan mempertahankan hubungan dengan seseorang.
- Terbiasa berbohong sejak masih kecil.
Meski kebohongan patologis tidak dikategorikan sebagai gangguan kesehatan mental, seseorang dengan kondisi ini sebaiknya tetap berkonsultasi ke psikolog atau psikiater.
Psikoterapi mungkin menjadi salah satu metode perawatan yang diberikan. Terapi ini bertujuan untuk mengurangi dorongan untuk berbohong.
Jika dibiarkan, kebohongan tidak hanya merugikan orang-orang di sekitar, tetapi juga diri sendiri. Apalagi, jenis kebohongan ini sering kali tercipta atas ketidakmampuan untuk mengendalikan diri.
Kesimpulan
Pembohong patologis adalah seseorang yang sering berbohong tanpa alasan khusus karena tidak bisa mengendalikan keinginannya untuk berbicara tidak jujur.
Meski tidak dikategorikan sebagai gangguan mental, kondisi ini sebaiknya ditangani dengan bantuan ahli kesehatan mental, seperti psikolog.