backup og meta

Kriptokokosis

Kriptokokosis

Selama ini, infeksi lebih identik dengan bakteri atau virus, padahal penyakit ini bisa juga disebabkan oleh jamur. Salah satu jenis infeksi jamur yang bisa ditemukan pada seseorang dengan sistem kekebalan tubuh lemah adalah kriptokokosis (cryptococcosis).

Apa yang membedakan kriptokokosis dengan infeksi jamur lainnya? Berikut ulasannya.

Definisi kriptokokosis

Kriptokokosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur Cryptococcus neoformans.

Jamur Cryptococcus biasanya terlebih dahulu menyerang otak atau paru-paru. Setelah itu, penyakit ini bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya (kriptokokosis diseminata).

Seseorang dengan sistem imun yang lemah, seperti pengidap HIV, memiliki risiko lebih tinggi untuk tertular penyakit infeksi ini.

Seberapa umumkah kriptokokosis?

mengi

Kriptokokosis termasuk penyakit infeksi yang sangat jarang terjadi pada orang yang sehat.

Sebagian besar kasus infeksi ini terjadi pada orang yang memiliki sistem imun lemah, terutama mereka yang sudah terkena HIV/AIDS lanjutan.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan bahwa ada 152.000 pasien HIV/AIDS di seluruh dunia yang mengidap kriptokokosis meningitis.

Di antara kasus tersebut, angka kematian diperkirakan mencapai 112.000 jiwa per tahun, yang sebagian besarnya berasal dari Afrika sub-Sahara.

Tanda dan gejala kriptokokosis

Gejala kriptokokosis bisa berbeda-beda, tergantung pada lokasi infeksi jamur. Menurut Cleveland Clinic, infeksi pada paru-paru akan menimbulkan gejala serupa pneumonia.

Sementara itu, infeksi pada otak atau tulang belakang dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan meningitis (radang selaput otak).

Secara umum, berikut adalah berbagai gejala kriptokokosis.

  • Pandangan kabur atau penglihatan ganda.
  • Nyeri saat menarik napas.
  • Leher kaku.
  • Kebingungan.
  • Batuk kering.
  • Kelelahan.
  • Demam.
  • Sakit kepala.
  • Mual.
  • Muntah.
  • Ruam kulit, termasuk bintik-bintik merah (petechiae), bisul, atau gatal pada kulit.
  • Pembengkakan kelenjar getah bening.

Infeksi mungkin menimbulkan gejala lain yang tidak disebutkan di atas. Hubungi dokter apabila Anda mengkhawatirkan gejala tertentu yang Anda alami.

Penyebab kriptokokosis

Selain Cryptococcus neoformans, beberapa kasus kriptokokosis dapat disebabkan oleh jamur Cryptococcus gattii.

Kedua jenis jamur tersebut bisa ditemukan di lingkungan sekitar Anda, seperti tanah, pohon, dan kotoran burung.

Anda dapat terinfeksi ketika menghirup jamur tersebut. Infeksi ini bisa menghilang dengan sendirinya, berdiam pada paru-paru, atau menyebar ke seluruh tubuh.

Infeksi kriptokokus tidak bisa menyebar antar manusia atau dari manusia ke hewan.

Pada umumnya, jamur Cryptococcus neoformans tidak akan berbahaya jika terhirup oleh orang dengan kondisi kesehatan yang baik.

Sebaliknya, jamur C. neoformans bisa mengancam nyawa seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Faktor risiko cryptococcosis

Seperti yang disebutkan sebelumnya, infeksi cryptococcosis paling sering ditemukan pada seseorang dengan sistem imun yang lemah.

Berikut adalah beberapa kondisi yang bisa membuat Anda memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.

  • Terinfeksi HIV.
  • Mengonsumsi kortikosteroid dengan dosis tinggi.
  • Menjalani pengobatan kemoterapi untuk kanker.
  • Mengidap limfoma Hodgkin.

Memiliki salah satu faktor kondisi seperti di atas bukan berarti bahwa Anda pasti akan terserang kriptokokosis.

Komplikasi cryptococcosis

meningitis

Jika menginfeksi orang-orang dengan sistem imun yang lemah, kriptokokosis berpotensi menimbulkan komplikasi.

Salah satu komplikasi yang umum ditemukan adalah meningitis atau peradangan pada selaput pelapis otak dan saraf tulang belakang.

Ketika sudah berkembang menjadi meningitis, cryptococcosis bisa menimbulkan berbagai kondisi berikut.

  • Peningkatan tekanan pada otak karena terlalu banyak cairan.
  • Koma.
  • Kebutaan sebagian atau seluruhnya.
  • Sindrom peradangan pemulihan kekebalan (IRIS).
  • Kehilangan pendengaran.
  • Kejang.

Ketika pengobatan kriptokokosis baru dilakukan pada tahap yang sudah cukup buruk, pasien mungkin mengalami kekambuhan gejala.

Diagnosis cryptococcosis

Dalam proses diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik serta mengajukan pertanyaan seputar gejala-gejala yang Anda alami dan riwayat perjalanan Anda.

Tanda-tanda yang akan dijadikan acuan dokter untuk mendiagnosis cryptococcosis antara lain:

  • suara napas yang tidak normal,
  • detak jantung yang cepat,
  • demam,
  • perubahan kondisi mental, dan
  • leher kaku.

Ketika dokter menilai kemungkinan adanya kriptokokosis, Anda akan diminta menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Berikut adalah beberapa jenis pemeriksaan tersebut.

  • Tes darah.
  • CT scan kepala.
  • Pemeriksaan dan pembiakan dahak.
  • Biopsi paru.
  • Bronkoskopi.
  • Pemeriksaan kondisi cairan serebrospinal (CSF).
  • Rontgen dada.
  • Tes antigen kriptokokus (mencari molekul tertentu yang muncul saat Cryptococcus neoforman masuk ke dalam darah).

Selalu ikuti saran pemeriksaan dari dokter untuk mendapatkan hasil diagnosis yang akurat.

Pengobatan kriptokokosis

Karena disebabkan oleh jamur, pengobatan kriptokokosis akan dilakukan dengan pemberian obat antijamur.

Meski begitu, setiap pasien bisa menerima obat antijamur dari jenis yang berbeda, tergantung pada lokasi infeksi dan sejauh mana penyebarannya.

Berikut adalah beberapa antijamur yang bisa mengobati infeksi cryptococcosis.

  • Amfoterisin B (AmB).
  • Flukonazol.
  • Flusitosin.
  • Kortikosteroid.

Untuk menghilangkan infeksi jamur hingga tuntas, Anda biasanya perlu mengonsumsi antijamur selama beberapa minggu atau bahkan bulan.

Jika ukuran jamur sudah cukup besar, dokter mungkin melakukan operasi pembedahan yang disebut kriptokokoma.

Sementara itu, shunt atau tusukan lumbal terapeutik mungkin dibutuhkan jika infeksi sudah menyebabkan tekanan berlebih pada otak.

Pencegahan cryptococcosis

Cara terbaik untuk mencegah kriptokokosis adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat seperti berikut.

  • Menghindari kontak dengan area yang tercemar jamur.
  • Menjaga sistem kekebalan tubuh dengan sebaik mungkin, misalnya dengan mengonsumsi makanan dan minuman bergizi.
  • Menjalani pemeriksaan kesehatan secara rutin.

Khusus bagi pengidap HIV/AIDS, risiko kriptokokosis dapat dikurangi dengan skrining antigen supaya jamur bisa dideteksi sedini mungkin. Semakin cepat infeksi dideteksi, semakin besar peluang kesembuhannya.

Kesimpulan

  • Kriptokokosis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur Cryptococcus neoformans. Infeksi ini jarang ditemukan pada orang yang sehat, tetapi bisa mengancam nyawa pada seseorang dengan sistem kekebalan tubuh rendah.
  • Gejalanya tergantung pada area yang terinfeksi. Jika menyerang paru-paru, gejalanya akan mirip dengan pneumonia. Sementara itu, kriptokokosis pada otak akan menyerupai meningitis.
  • Pengobatan akan dilakukan dengan pemberian obat antijamur, seperti amfoterisin B, flukonazol, dan flusitosin.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

About C. neoforman infection | Fungal diseases | CDC. (2021, January 14). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved 11 September 2024, from https://www.cdc.gov/fungal/diseases/cryptococcosis-neoformans/definition.html

Symptoms of C. neoformans infection | Fungal diseases | CDC. (2021, January 14). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved 11 September 2024, from https://www.cdc.gov/fungal/diseases/cryptococcosis-neoformans/symptoms.html

Treatment for C. neoformans infection | Fungal diseases | CDC. (2022, July 11). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved 11 September 2024, from https://www.cdc.gov/fungal/diseases/cryptococcosis-neoformans/treatment.html

Cryptococcosis. (2017, October 4). Health conditions directory | Health and wellbeing | Queensland Government. Retrieved 11 September 2024, from https://conditions.health.qld.gov.au/HealthCondition/condition/14/92/32/cryptococcosis

Cryptococcosis: MedlinePlus medical encyclopedia. (n.d.). MedlinePlus – Health Information from the National Library of Medicine. Retrieved 11 September 2024, from https://medlineplus.gov/ency/article/001328.htm

Mada, P. K., Jamil, R. T., Alam, M.U. (2023). Cryptococcus. StatPearls Publishing. Retrieved 11 September 2024, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431060/

Maziarz, E. K., & Perfect, J. R. (2016). Cryptococcosis. Infectious disease clinics of North America30(1), 179–206. Retrieved 11 September 2024, from https://doi.org/10.1016/j.idc.2015.10.006

Reducing risk for cryptococcosis. (2024, May 14). Cryptococcosis. Retrieved 11 September 2024, from https://www.cdc.gov/cryptococcosis/prevention/index.html

Cryptococcosis. (n.d.). Cleveland Clinic. Retrieved 11 September 2024, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/25040-cryptococcosis

 

Versi Terbaru

23/09/2024

Ditulis oleh Risky Candra Swari

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Bisakah Penyakit Infeksi Menyebabkan Terjadinya Autoimun?

6 Penyakit Menular Berbahaya Paling Umum di Indonesia


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Risky Candra Swari · Tanggal diperbarui 23/09/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan