πŸ”₯ Diskusi Menarik

Parenting ABK: Pengalaman Memiliki Anak dengan Autisme

Hallo saya Sudarmini, ingin berbagi pengalaman saya memiliki anak dengan autisme.

Ingin cerita pengalaman mengurus Sena, putra pertama saya yang didiagnosa autisme dan ADHD, dari terapi hingga bisa sekolah di sekolah umum.

Saya mulai melihat kejanggalan dalam pertumbuhan Sena saat ia memasuki usia 9-10 bulan. Di usia itu dia belum bisa babbling mama, papa, bahkan satu atau dua suku kata yang jelas. Dia juga sulit fokus memperhatikan ketika diajak bicara atau ketika disuapi makan. Tapi saya masih belum terlalu memikirkan itu redflag pertumbuhan.

Di usia satu tahun dia masih belum mampu diajak komunikasi, matanya tidak bisa fokus pada lawan bicara. Dia juga tampak semakin hiperaktif. Mulai dari bangun tidur dia akan berlari ke sana ke mari, mengelilingi semua sudut rumah, naik ke kursi, lalu lompat, begitu berulang kali. Bisa dibilang keaktifan dia berkali-kali lipat dari anak lain pada umumnya.

Kondisi Sena yang berbeda dengan anak-anak lain pada umumnya semakin terlihat. Saya mengikuti banyak saran-saran keluarga dan tetangga untuk ke berbagai pengobatan alternatif. Dari pijat tradisional, diberi ramuan-ramuan, hingga disembur air karena dianggap 'ketempelan' makhluk gaib.

Selentingan-selentingan yang menyebut anak saya ditempeli jin ini membuat hati saya sakit. Apalagi sering dikaitkan dengan adanya kuburan keramat di dekat rumah.

Di usia 4 tahun dokter umum di klinik tempat saya kontrol ketika anak batu, pilek, atau demam menyarankan untuk ke psikolog. Katanya ada layanan yang bisa menangani kondisi Sena. Dari sini saya tahu anak saya mengidap Autism spectrum disorder dan ADHD. Setelah tahu diagnosis yang benar, saya jadi lebih paham apa yang harus saya lakukan, setidaknya saya bisa searching di google bagaimana mengajari anak autisme danlain sebagainnya. Saya juga menemukan tempat terapi dan belajar gratis bagi anak berkebutuhan khusus di YCHI cabang Jepara.

Tahun ini anak saya masuk SMA, dia sudah bisa mandiri di sekolah sejak bersekolah SMP umum yang menerima siswa inklusi. Semoga cerita saya bisa menjadi semangat bagi para ibu yang sedang menjalani hal serupa.
Suka
Bagikan
Simpan
Komentar
30
25
8

8 komentar

Setelah membaca kisah Sena,saya teringat keponakan yang sampai saat di usia 5 tahun belum bisa berkomunikasi dan fokus , terimakasih sudah mau bercerita perjalnan hidup Sena yang bisa jadi inspirasi dan langkah2 apa yang harus saya lakukan untuk keponakan saya.

2 tahun yang lalu
Suka
Balas
1
@Siti masruroh

Terima kasih sudah bergabung di komunitas Hello Sehat.

2 tahun yang lalu
Suka
Balas
1
MasyaAllah...keren sekali kak sena dan orangtuanya πŸ‘πŸ‘πŸ‘
3 tahun yang lalu
Suka
Balas
1
Wahhhh kak sena sudah besar, tambah pinter ya kak πŸ€— smga bisa menginspirasi banyak orangtua πŸ‘
3 tahun yang lalu
Suka
Balas
1
Menginspirasi sekali. Beruntung Sena mempunyai orangtua yang Hebat. 
3 tahun yang lalu
Suka
Balas
1
Subhaanallah.. perjuangan dan ikhtiar org tua unt anaknya sungguh luar biasa.. semangat terus Sena dan mama... terus menginspirasi mama papa yang lainπŸ•Š
3 tahun yang lalu
Suka
Balas
1
Alhamdulillah YCHI sudah memberikan banyak manfaat untuk keluarga prasejahtera di beberapa cabang di Indonesia. Semoga YCHI semakin suksesπŸ‘πŸ‘πŸ‘
Teman2 juga bisa lho ikut berkontribusi membantu meningkatkan tumbuh kembang ABK bersama YCHI dengan berdonasi. Kunjungi IG http://ychiautismcenter.id / website http://ychiautismcenter.org untuk info lebih lanjut. 
3 tahun yang lalu
Suka
Balas
1
Alhamdulillah terimakasih sudah selalu memberikan inspirasi, semangat terus ka sena ❣️
3 tahun yang lalu
Suka
Balas
1
Temukan komunitas Anda
Jelajahi berbagai jenis komunitas yang ada dan paling sesuai dengan kondisi kesehatan yang Anda hadapi.
Iklan
Iklan