Sengaja menunda ejakulasi kerap dilakukan pria agar hubungan intim lebih lama. Menunda ejakulasi bisa dilakukan dengan mengontrol waktu terjadinya orgasme saat berhubungan. Namun, adakah risiko menahan ejakulasi?
Apa yang terjadi pada tubuh saat menahan ejakulasi?
Ejakulasi umumnya terjadi bila sudah mengalami orgasme. Saat ini terjadi, otak akan terstimulasi untuk mengirimkan sinyal agar penis ereksi.
Kemudian, vas deferens, yaitu saluran sperma, berkontraksi untuk mengeluarkan sperma yang matang dan mendorongnya ke pangkal penis.
Lalu, sperma akan masuk ke kelenjar vesikula seminalis dan bercampur dengan air mani. Bila ejakulasi, air mani akan dikeluarkan melalui uretra.
Namun, ketika Anda menahan ejakulasi, air mani akan tetap tertahan di vesikula seminalis. Penis pun akan ereksi lebih lama.
Menunda ejakulasi tidak menyebabkan penumpukan air mani. Tubuh selanjutnya memecah air mani yang tertahan dan menyerapnya kembali.
Selain itu, kondisi ini tidak akan menyebabkan ejakulasi retrograde, yaitu kondisi saat air mani tidak bisa keluar dan memasuki kandung kemih.
Namun, aliran darah yang deras dan membuat penis mengeras lebih lama bisa menimbulkan nyeri ringan dan rasa tidak nyaman.
Risiko menahan ejakulasi
Studi terbitan Translational Andrology and Urology (2016) menemukan bahwa risiko menahan ejakulasi bisa menyebabkan hipertensi epididimis.
Hipertensi epididimis adalah nyeri skrotum setelah rangsangan berkelanjutan tanpa orgasme dan ejakulasi.
Penyebab hipertensi epididimis adalah tingginya tekanan darah di sekitar alat kelamin.
Saat ereksi, ada aliran darah yang berpusat pada penis dan skrotum sehingga mengeras.
Bila ejakulasi atau orgasme, aliran darah pun keluar dari penis dan skrotum untuk kembali menuju jantung, penis pun kembali rileks.
Namun, menahan ejakulasi membuat darah tertahan di penis sehingga tekanan darah di sekitar organ intim meningkat. Lalu, timbullah nyeri.
Gejala lain hipertensi epididimis, yaitu:
- rasa tidak nyaman pada organ intim,
- skrotum terasa berat, dan
- skrotum tampak kebiruan yang samar.
Meski begitu, skrotum yang tampak memar atau keunguan bisa jadi masalah serius, misalnya torsio testis.
Torsio testis terjadi ketika testis terpelintir sehingga aliran darah terhambat dan menimbulkan nyeri.