Mengasuh anak memang terkadang menguras emosi. Bahkan, beberapa orangtua kerap kelepasan melampiaskan amarahnya kepada anak. Meski dilakukan tanpa niat buruk, orangtua perlu tetap menerapkan cara menghilangkan trauma pada anak setelah dimarahi.
Ditinjau secara medis oleh dr. Aisya Fikritama, Sp.A · Kesehatan anak · RS UNS Solo
Mengasuh anak memang terkadang menguras emosi. Bahkan, beberapa orangtua kerap kelepasan melampiaskan amarahnya kepada anak. Meski dilakukan tanpa niat buruk, orangtua perlu tetap menerapkan cara menghilangkan trauma pada anak setelah dimarahi.
Menerapkan hal tersebut dapat mendukung perkembangan emosional dan mental anak. Lantas, bagaimana caranya? Simak cara menghilangkan trauma pada anak setelah dimarahi berikut ini.
Sebagian besar orangtua menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Namun, terkadang akan ada masanya anak berperilaku tidak baik dan Anda akan meresponsnya dengan perasaan marah.
Meskipun marah adalah respons emosional yang wajar, dampak dari anak yang sering dimarahi secara berlebihan dapat meninggalkan trauma berkepanjangan.
Trauma ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan emosional anak, tetapi juga perkembangan dan hubungan sosialnya.
Berikut ini adalah beberapa dampak umum yang dapat terjadi pada anak sering dimarahi.
Rasa cemas dan takut adalah dua dampak emosional yang sering muncul pada anak setelah mereka mengalami trauma akibat dimarahi.
Nantinya anak mungkin akan merasa khawatir bila mereka akan melakukan kesalahan lagi dan nantinya akan dimarahi lagi.
Alhasil, hal ini akan menimbulkan perasaan tidak aman bagi anak yang dapat memicu kecemasan berlebih.
Anak yang sering dimarahi biasanya akan punya mental kurang percaya diri.
Hal ini karena dimarahi berlebihan dapat membuat anak merasa tidak berharga, tidak mampu, tindak pantas, hingga dapat merusak harga dirinya.
Ketika anak terus-menerus mendapatkan efek negatif, seperti dimarahi atau dikritik, mereka mungkin akan meragukan kemampuan dan nilai dirinya. Akhirnya, anak pun menjadi kurang percaya diri dan takut mengambil risiko.
Beberapa orangtua mungkin berpikir bahwa memarahi anak adalah solusi yang tepat untuk memperbaiki perilaku anak yang buruk dan mencegah anak mengulanginya kembali.
Namun, memarahinya justru dapat menimbulkan lebih banyak masalah dan memperburuk perilaku anak.
Bahkan, dalam kebanyakan kasus, anak-anak yang sering dimarahi tidak mengubah perilaku buruknya, tetapi malah bereaksi lebih parah dari sebelumnya.
Dampak dari anak yang sering dimarahi selanjutnya adalah anak mengalami gangguan belajar.
Ketika anak merasa tidak aman atau terancam secara emosional, mereka mungkin akan kesulitan dalam mengatur perilaku dan fokusnya.
Hal ini tentu akan berdampak pada konsentrasinya saat belajar di sekolah. Bahkan, pada sebagian anak mungkin bisa kehilangan motivasi untuk belajar.
Perlu diingat, setelah mengalami trauma, efek emosional yang terjadi pada anak dapat bertahan lama.
Bahkan, melansir Kids Health, pada sebagian anak, trauma dapat menyebabkan gangguan stres pascatrauma (PTSD).
Namun, sebenarnya anak-anak bisa pulih dari trauma, termasuk yang disebabkan oleh sering dimarahi.
Untuk mengembalikan mental anak yang sering dimarahi, berikut ini adalah tips atau cara yang bisa orangtua lakukan.
Salah satu cara memperbaiki mental anak yang sering dimarahi, yaitu mendengarkan anak dengan penuh perhatian.
Berikan anak waktu dan ruang untuk mengekspresikan perasaan mereka tanpa interupsi. Hindari memberikan solusi atau nasihat sebelum mereka selesai berbicara.
Meminta maaf juga menjadi cara penting dalam mengembalikan mental anak yang sering dimarahi.
Bila Anda merasa bahwa telah memarahi atau membentak anak secara berlebihan dan melukai perasaannya hingga menyebabkan trauma, jangan ragu untuk meminta maaf kepadanya.
Mengajukan pertanyaan terbuka adalah cara efektif untuk mendorong anak lebih banyak bercerita tentang perasaan mereka. Sebaiknya, hindari pertanyaan yang bersifat menuduh atau bahkan mengintimidasi.
Misalnya Anda bisa mengajukkan pertanyaan, seperti “Bagaimana perasaanmu setelah kejadian tersebut?” “Apakah ada yang membuatmu merasa tertekan atau cemas?” “Bagaimana perasaanmu terhadap orang yang marah?”.
Cara menghilangkan trauma pada anak setelah dimarahi yang selanjutnya adalah berusaha untuk memvalidasi perasaan anak.
Validasi ini mengacu pada pengakuan dan pemahaman terhadap perasaan anak, tanpa menghakimi atau mencoba untuk mengubah perasaan tersebut.
Selain menggunakan kata-kata empati, Anda juga bisa memakai bahasa tubuh yang mendukung, seperti kontak mata, senyum, atau mendekatkan diri secara fisik.
Membangun rasa aman pada anak merupakan aspek kunci dalam membantu mereka pulih dari trauma akibat sering dimarahi.
Ketika anak merasa aman, mereka akan lebih mampu mengatasi perasaan cemas, takut, atau tidak aman yang mungkin muncul sebagai hasil dari pengalaman traumatis tersebut.
Cara mengembalikan mental anak yang sering dimarahi lainnya adalah berusaha membangun kembali kepercayaan anak.
Pasalnya, kepercayaan adalah fondasi dari hubungan yang sehat dan stabil. Namun, memulihkan kepercayaan anak membutuhkan waktu, kesabaran, dan konsistensi.
Oleh karena itu, jika Anda melakukan kesalahan atau melanggar kepercayaan anak, akui kesalahan tersebut dengan jujur dan bertanggung jawab.
Memperbaiki kualitas komunikasi dengan anak merupakan langkah penting dalam membangun kembali hubungan yang sehat setelah mereka mengalami trauma akibat sering dimarahi.
Komunikasi yang baik membantu memperkuat hubungan, meningkatkan pemahaman antara orangtua dan anak, dan memberikan kesempatan bagi anak untuk mengungkapkan perasaan mereka dengan aman.
Memahami karakter anak juga dapat menjadi cara memperbaiki mental anak yang sering dimarahi.
Hal ini karena dengan memahami karakternya, Anda dapat menentukan pola asuh yang tepat agar ia dapat tumbuh menjadi pribadi yang baik.
Menyediakan waktu untuk anak adalah langkah penting dalam memperbaiki kesejahteraan mental mereka, terutama setelah mereka mengalami trauma akibat sering dimarahi.
Memberikan perhatian dan waktu yang khusus kepada anak akan membantu mereka merasa dihargai, dicintai, dan didukung.
Anda bisa menetapkan waktu khusus pada hari-hari tertentu bersama anak. Jadwalkan kegiatan yang menyenangkan dan bermakna yang Anda bisa lakukan bersama.
Terkadang, anak yang sering dimarahi akan memiliki perasaan bahwa orangtuanya tidak menyayanginya.
Oleh karena itu, untuk membantu mengembalikan mental anak yang sering dimarahi ini, Anda bisa mengungkapkan bahwa sebenarnya Anda menyayanginya.
Jelaskan kepadanya bahwa amarah yang Anda keluarkan itu tujuannya baik, bukan ingin membuatnya merasa tersakiti dan sedih. Bila perlu Anda bisa juga untuk memeluknya sebagai rasa ungkapan kasih sayang.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar