Istilah hikikomori mungkin masih terdengar asing di telinga orang Indonesia. Namun, di Jepang, istilah ini kerap dipakai untuk menggambarkan orang-orang yang memilih untuk menarik diri dari masyarakat, terutama mereka yang baru beranjak remaja dan berada di awal masa dewasa.
Apa itu hikikomori?
Hikikomori adalah kondisi ketika seseorang memilih untuk menyendiri dan menghindari aktivitas sosial selama setidaknya enam bulan hingga bertahun-tahun.
Bahkan, terkadang kondisi ini membuat seseorang tidak mau berkomunikasi dengan keluarga.
Sekilas, hikikomori mungkin terlihat mirip dengan gangguan kecemasan sosial. Namun, keduanya merupakan kondisi yang berbeda.
Keputusan mengurung diri pada orang-orang yang melakukan hikikomori tidak selalu ditandai dengan rasa takut saat berkumpul dengan banyak orang.
Selain itu, orang yang lebih suka menyendiri selama beberapa hari di kamar lalu kembali beraktivitas dan berkumpul dengan orang lain setelahnya juga tidak bisa disebut mengalami hikikomori.
Meski belum dikategorikan sebagai gangguan mental, penarikan diri dari lingkungan selama berbulan-bulan ini bisa memengaruhi kondisi mental seseorang.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Heliyon (2020) menyebutkan bahwa fenomena mengurung diri ini erat kaitannya dengan depresi, kecemasan sosial, keinginan bunuh diri, dan gangguan kepribadian.
Tanda dan gejala hikikomori
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Psychiatry (2016) menyebutkan bahwa beberapa gejala hikikomori adalah seperti berikut.
- Menghabiskan sebagian besar waktu di dalam rumah.
- Tidak memiliki teman.
- Mengalami gangguan tidur.
- Tidak bersemangat atau bahkan menghindari sekolah atau tempat kerja.
- Mengisolasi diri selama setidaknya enam bulan.
Tidak jarang, seseorang dengan hikikomori mengubah jam tidur mereka dari malam menjadi siang demi menghindari interaksi dengan orang lain, bahkan orang-orang yang serumah dengannya.
Penyebab hikikomori
Sampai saat ini, masih belum diketahui secara pasti penyebab munculnya fenomena hikikomori. Namun, diperkirakan bahwa kondisi ini tidak hanya disebabkan oleh diri sendiri, tetapi juga faktor eksternal.
Berikut adalah beberapa kondisi yang diduga merupakan penyebab seseorang mengisolasi diri secara ekstrem.
1. Lingkungan sekolah
Bullying hingga tuntutan untuk mendapatkan nilai tinggi di sekolah diduga menjadi salah satu penyebab orang-orang, khususnya anak-anak dan remaja, suka menyendiri di kamar.
Kondisi tersebut terkadang semakin mengkhawatirkan mengingat sistem pendidikan di Jepang yang dikenal sangat kompetitif sehingga menyebabkan tekanan pada anak-anak.