backup og meta

Mengenal Perbedaan Meningitis dan Ensefalitis

Mengenal Perbedaan Meningitis dan Ensefalitis

Meningitis dan ensefalitis adalah dua kondisi serius yang melibatkan peradangan pada sistem saraf pusat. Meski gejalanya serupa, terdapat perbedaan antara meningitis dan ensefalitis yang penting untuk dipahami agar kedua kondisi ini bisa ditangani dengan tepat.

Perbedaan meningitis dan ensefalitis

Meningitis dan ensefalitis adalah kondisi yang sama-sama memengaruhi sistem saraf pusat yang terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang.

Memahami perbedaan dari kedua penyakit saraf ini, mulai dari gejala, penyebab, hingga cara mengobatinya, sangat penting untuk mencegah timbulnya komplikasi serius.

Berikut ini adalah beberapa perbedaan antara meningitis dan ensefalitis yang perlu diketahui.

1. Perbedaan definisi

meningitis vs encephalitis

Meningitis adalah peradangan pada meninges, yakni selaput yang melapisi otak dan sumsum tulang belakang. Sementara itu, ensefalitis adalah peradangan pada jaringan otak.

Kedua kondisi ini biasanya disebabkan oleh infeksi virus. Namun, tidak menutup kemungkinan infeksi bakteri, jamur, atau parasit juga bisa menimbulkan peradangan.

Ensefalitis lebih jarang terjadi dibandingkan dengan meningitis. Namun, peradangan ini lebih berisiko menyebabkan kerusakan otak permanen dan bahkan kematian.

2. Perbedaan gejala

Sakit kepala, kelelahan, dan demam tinggi merupakan gejala umum dari radang selaput otak dan radang jaringan otak.

Pengidap radang selaput otak awalnya tidak merasakan gejala apa pun. Namun, gejala muncul secara tiba-tiba saat kondisi pengidapnya sudah tergolong parah.

Beberapa tanda dan gejala meningitis yakni:

  • leher kaku,
  • mual dan muntah,
  • penglihatan ganda,
  • sensitif terhadap cahaya (fotofobia),
  • kejang,
  • sering pingsan,
  • merasa kebingungan, serta
  • demam dan menggigil pada bayi baru lahir dan anak-anak.

Gejala ensefalitis cenderung lebih berat. Pengidap radang otak awalnya akan merasakan gejala ringan yang makin memburuk seiring dengan perkembangan infeksi.

Adapun, tanda dan gejala ensefalitis antara lain:

  • nyeri otot dan persendian,
  • penglihatan ganda,
  • sensitif terhadap cahaya (fotofobia),
  • kehilangan penglihatan,
  • mudah marah,
  • sering merasa kebingungan hingga halusinasi,
  • masalah dengan kemampuan berbicara dan mendengar,
  • kelumpuhan sebagian pada lengan dan kaki,
  • perubahan mental, seperti mengantuk dan disorientasi, serta
  • penurunan hingga kehilangan kesadaran.

Siapa yang berisiko terkena kondisi ini?

Meningitis dan ensefalitis bisa terjadi pada siapa saja. Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke, kedua kondisi ini lebih mungkin terjadi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti bayi, anak-anak, lansia, dan orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

3. Perbedaan penyebab

pengalaman tumor otak

Perbedaan antara meningitis dan ensefalitis juga bisa dilihat dari penyebab yang mendasarinya.

Infeksi bakteri, seperti Neisseria meningitidis dan Streptococcus pneumoniae, adalah penyebab meningitis yang paling umum dan biasanya tergolong parah.

Sementara itu, meningitis yang lebih ringan biasanya disebabkan oleh infeksi virus, seperti influenza atau herpes simplex.

Radang otak lebih sering disebabkan oleh infeksi beberapa jenis virus, seperti herpes simplex, West Nile, dan Japanese encephalitis.

Beberapa kasus ensefalitis dan meningitis juga terkait dengan gangguan autoimun, yaitu ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sistem saraf pusat.

4. Perbedaan pengobatan

Penanganan meningitis tergantung pada penyebabnya. Pengidap meningitis bakteri umumnya harus menjalani rawat inap di rumah sakit.

Obat meningitis berupa antibiotik dapat diberikan lewat suntikan atau infus. Jenis antibiotik yang dapat digunakan meliputi ceftriaxone, penicillin, dan vancomycin.

Sementara bila peradangan disebabkan oleh virus, dokter akan meresepkan obat pereda nyeri sembari menunggu infeksi sembuh dengan sendirinya.

Karena risiko komplikasinya lebih parah, pengidap ensefalitis memerlukan pengobatan intensif di rumah sakit. 

Apabila peradangan otak disebabkan oleh virus herpes simplex, dokter akan meresepkan obat antivirus, seperti acyclovir and ganciclovir.

Beberapa perawatan pendukung, antara lain pemberian cairan infus, obat antikejang, dan obat anti-inflamasi, juga diperlukan untuk pasien ensefalitis stadium lanjut.

Apakah ensefalitis dapat terjadi bersamaan dengan meningitis?

Ya, ensefalitis dan meningitis dapat terjadi bersamaan. Kondisi ini disebut meningoencephalitis atau encephalomeningitis.

Pada kasus ini, seseorang mengalami peradangan pada meninges dan jaringan otak sekaligus.

Kondisi yang bisa memengaruhi semua kelompok usia ini dapat terjadi karena infeksi virus atau bakteri yang telah menyebar ke seluruh sistem saraf pusat.

Meningitis dan ensefalitis bisa mengancam nyawa. Meski demikian, keduanya bisa Anda cegah dengan menerapkan langkah-langkah seperti berikut.

  • Rutin mencuci tangan, terutama sebelum dan sesudah makan atau menggunakan toilet.
  • Konsumsi makanan dari sumber yang bersih dan sudah dimasak hingga matang.
  • Hindari berbagi peralatan pribadi dengan orang lain.
  • Lakukan vaksinasi sesuai jadwal, khususnya vaksin meningokokus, pneumokokus, dan Japanese encephalitis.
  • Gunakan losion antinyamuk untuk mencegah infeksi virus yang ditularkan oleh nyamuk.

Memahami perbedaan meningitis dan ensefalitis adalah langkah awal untuk mengetahui gejala penyakit dan mendapatkan penanganan yang tepat.

Segeralah berkonsultasi dengan dokter bila Anda atau orang terdekat Anda mengalami gejala yang dicurigai sebagai ensefalitis maupun meningitis.

Kesimpulan

  • Perbedaan meningitis dan ensefalitis terlihat dari lokasi peradangan. Meningitis memengaruhi selaput otak (meninges), sedangkan ensefalitis memengaruhi jaringan otak.
  • Radang otak dan radang selaput otak yang terjadi secara bersamaa disebut meningoensefalitis. Kondisi ini lebih serius sehingga memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.
  • Untuk mencegah peradangan pada sistem saraf pusat, penting untuk menerapkan hidup bersih dan sehat, mengonsumsi makanan yang higienis, dan melakukan vaksinasi.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Inflammation and brain disease: Meningitis and encephalitis. (2024). American Brain Association. Retrieved December 3, 2024, from https://www.americanbrainfoundation.org/neuroinflammation-and-brain-disease-meningitis-and-encephalitis/

Encephalitis and meningitis. (n.d.). University of Rochester Medical Center. Retrieved December 3, 2024, from https://www.urmc.rochester.edu/highland/departments-centers/neurology/conditions-we-treat/encephalitis-meningitis.aspx

Meningitis. (2024). National Institute of Neurological Disorders and Stroke. Retrieved December 3, 2024, from https://www.ninds.nih.gov/health-information/disorders/meningitis

Encephalitis. (2024). National Institute of Neurological Disorders and Stroke. Retrieved December 3, 2024, from https://www.ninds.nih.gov/health-information/disorders/encephalitis

Meningoencephalitis. (2023). Cleveland Clinic. Retrieved December 3, 2024, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/25157-meningoencephalitis

Versi Terbaru

11/12/2024

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Gloria Permata Usodo

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Vaksin Japanese Encephalitis: Manfaat, Jadwal, Efek Samping

Meningitis Bisa Menular, Waspadai Cara Penularannya Berikut Ini!


Ditinjau secara medis oleh

dr. Gloria Permata Usodo

General Practitioner · Rumah Sakit Ibu dan Anak SamMarie Wijaya


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui kemarin

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan