backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Apakah Merokok Menyebabkan Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder)?

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Roby Rizki · Tanggal diperbarui 27/03/2020

    Apakah Merokok Menyebabkan Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder)?

    Tidak ada manfaat positif untuk kesehatan yang datang dari rokok. Selain itu, ternyata kandungan nikotin pada rokok berhubungan dengan suasana hati. Tapi bukan berarti nikotin dapat menenangkan pikiran, malahan merokok menyebabkan gangguan kecemasan atau anxiety disorder.

    Bagaimana merokok menyebabkan gangguan kecemasan?

    Penelitian dari Columbia University di New York menemukan bahwa merokok dapat mempengaruhi kesehatan mental, yang meningkatkan risiko gangguan kecemasan.

    Merokok menyebabkan gangguan kecemasan terlihat pada remaja yang setidaknya menghabiskan satu bungkus rokok sehari. Mereka kemungkinan cenderung 15 kali mempunyai gangguan panik (panic disorder) selama masa memasuki umur dewasa dibandingkan dengan yang tidak merokok.

    Nikotin hanya sejenak meredakan kecemasan

    Kunci utama untuk memahami tentang nikotin dan kecemasan adalah nikotin hanya memberikan rasa lega sementara saja. Sementara itu, nikotin juga membahayakan kesehatan tubuh Anda secara kesulurahan.

    Namun, kecemasan dapat mereda biasanya hanya saat nikotin berada pada sistem dalam tubuh Anda. Artinya, kecemasan akan kembali dan tidak menjadi lebih baik seperti halnya saat sebelum Anda merokok.

    Merokok itu kebiasaan yang membahayakan dan mahal. Khususnya untuk orang yang mengidap GAD (generalized anxiety disorder) atau gangguan kecemasan umum, merokok sebaliknya akan memperburuk kecemasan secara berkala.

    Sebagian orang berpikir bahwa merokok dapat membantu menghilangkan rasa cemas meski bersifat sementara. Padahal, merokok malah akan membuat rasa cemas lebih parah di kemudian hari hingga dapat berdampak pada kesehatan mental. Mungkin Anda sebenarnya juga sudah mengerti bahwa merokok bukan solusi untuk menyelesaikan sebuah masalah.

    Berhenti merokok menurunkan kecemasan

    “Jika Anda berhasil berhenti merokok, Anda cenderung akan merasa lebih tenang dan tidak terlalu cemas,” ujar para peneliti dari Universitas Oxford dan Cambridge, dan Kings College London yang dilansir di British Journal of Psychiatry.

    Para peneliti menjelaskan bahwa kepercayaan berhenti merokok membuat Anda tidak tenang dan merokok dapat membantu mengatasi stres telah dibantah oleh penemuan mereka.

    Pernyataan tambahan dari para peneliti yaitu kepercayaan bahwa merokok dapat mengatasi stres sudah melekat di masyarakat. Padahal yang terjadi justru sebaliknya, merokok kemungkinan bersifat anxiogenic (menyebabkan kecemasan) dan perokok berhak mengetahui dan mengerti bahwa hal yang mereka lakukan itu merugikan diri mereka sendiri.

    Apa yang harus dilakukan untuk mengatasi gangguan kecemasan?

    Selain berhenti merokok, terdapat banyak pilihan pengobatan yang tersedia untuk masalah kecemasan termasuk GAD. Hal yang pertama yang mungkin harus Anda lakukan adalah mencari pertolongan dari ahli kesehatan. Jika tidak tahu harus memulai dari mana, Anda dapat meminta dokter umum untuk merujuk Anda ke terapis yang khusus menangani masalah gangguan kecemasan.

    Saat terapi, Anda akan membahas gejala dan pemicunya selain karena merokok menyebabkan gangguan kecemasan. Lalu mencari solusi untuk masalah ini.

    Mulai dari perilaku kognitif hingga terapi dialektik, terdapat banyak metode yang tersedia. Dalam beberapa kasus, dokter akan merekomendasikan obat antikecemasan untuk membantu mengelola rasa cemas dan stres setiap hari.

    Sebagian orang menjalani pengobatan hanya sebagai solusi sementara. Namun orang lain mungkin terus menjalani pengobatan hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sambil terus mengikuti terapi. Keputusan ini ditentukan oleh Anda dan dokter, tergantung kondisi kesehatan Anda.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Carla Pramudita Susanto

    General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


    Ditulis oleh Roby Rizki · Tanggal diperbarui 27/03/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan