backup og meta

Bukan Penyakit Gila, Ini 5 Fakta Penting Skizofrenia yang Masih Disalahpahami

Bukan Penyakit Gila, Ini 5 Fakta Penting Skizofrenia yang Masih Disalahpahami

Bagi Anda yang masih awam dengan penyakit skizofrenia, mungkin Anda akan menyebutnya sebagai “orang gila’ karena sering sulit mengendalikan emosinya dan kerap berhalusinasi sendiri. Padahal sebenarnya, penyakit skizofrenia tidaklah sesederhana itu. Nah, sebelum menyimpulkan lebih lanjut tentang skizofrenia, ada baiknya Anda mengetahui dulu berbagai fakta seputar penyakit kejiwaan yang satu ini.

Kenali beragam fakta menarik tentang skizofrenia

1. Pengidap skizofrenia tidak melakukan kekerasan ataupun kejahatan lainnya

sifar keras dan kasar berubah

Kebanyakan peran orang gila dalam film, sinetron, dan acara TV, digambarkan sebagai sosok jahat yang sering melakukan kekerasan maupun tindak kriminal lainnya. Nyatanya, pengidap skizofrenia yang biasanya dicap “gila’ tidaklah demikian.

Memang, mereka bisa secara tiba-tiba melakukan tindakan tak terduga pada beberapa kondisi tertentu. Akan tetapi, tindakan tersebut biasanya bukanlah kekerasan, kejahatan, ataupun hal-hal berbau negatif lainnya. Sebuah penelitian yang dimuat dalam Law and Human Behaviour di tahun 2014, menemukan fakta penting tentang skizofrenia.

Hasil penelitian tersebut memuat bahwa dari sekitar 429 tindak kejahatan dan non-kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang dengan penyakit kejiwaan apa pun, hanya 4 persen atau sekitar 17 kasus yang disebabkan oleh pengidap skizofrenia.

Terlepas dari kondisi kejiwaan seseorang, sebagian besar kasus kriminal umumnya disebabkan oleh penggunaan obat-obatan terlarang, kemiskinan, pengangguran, dan lain sebagainya yang jarang berkaitan dengan kejiwaan. Singkatnya, memiliki skizofrenia tidak lantas membuat seseorang menjadi berbahaya dan harus dijauhi.

2. Meski belum ada obatnya, skizofrenia bisa dikendalikan

gangguan skizoafektif

Sampai saat ini, memang belum ada obat yang benar ampuh untuk mengobati skizofrenia sampai sembuh total. Namun setidaknya, masih ada pengobatan dan perawatan rutin untuk mencegah skizofrenia agar tidak sering kambuh.

Melansir dari laman Mayo Clinic, konsumsi obat-obatan antipsikotik serta melakukan psikoterapi, dapat membantu mengelola kondisi skizofrenia. Psikoterapi bisa dibilang sebagai salah satu komponen utama dalam pengobatan skizofrenia.

Terapi ini akan melatih kemampuan diri pengidap skizofrenia, sehingga bisa tetap memiliki kehidupan yang produktif dan mandiri. Di samping itu, dukungan dari orang-orang sekitar turut menyumbang energi positif untuk mengelola kondisi kesehatan orang dengan skizofrenia.

3. Skizofrenia lebih banyak dialami oleh pria ketimbang wanita

Hidup Bersama Pengidap Skizofrenia

Data dari WHO menunjukkan bahwa ada sekitar 23 juta orang di seluruh dunia yang mengalami skizofrenia. Dari total tersebut, sebanyak 12 juta penderita adalah pria, sementara 9 juta sisanya adalah wanita. Para pakar kesehatan pun masih belum dapat memberi penjelasan lebih mendalam mengenai hal ini.

Meski begitu, ada salah satu teori yang menjelaskan fakta tentang skizofrenia ini. Ternyata, kadar hormon estrogen yang tinggi dalam tubuh wanita ikut terlibat dalam membantu mencegah ketidakseimbangan neurotransmitter (zat kimia di dalam otak). Misalnya dopamine dan glutamat yang turut terlibat dalam skizofrenia.

4. Berbeda dengan kepribadian ganda, pengidap skizofrenia hanya punya 1 kepribadian

pasangan bipolar

Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan yang membuat pengidapnya tidak bisa membedakan mana yang kenyataan dan mana khayalan alias imajinasi. Meski begitu, skizofrenia tidak sama dengan kepribadian ganda maupun banyak kepribadian (multiple personalities).

Lagi-lagi, skizofrenia hanya akan mengakibatkan pengidapnya mengalami halusinasi dan delusi karena adanya gangguan pada proses berpikir, berkomunikasi, serta berperilaku. Sedangkan orang yang punya dua kepribadian atau lebih, biasanya akan menunjukkan perbedaan sikapnya secara bergantian.

5. Tidak semua pengidap skizofrenia mengalami gejala yang sama

gejala kejang karena gangguan mental

Kebanyakan dari Anda mungkin berpikir bahwa gejala skizofrenia yang dialami semua penderitanya selalu sama. Faktanya, semua pengidap skizofrenia sebenarnya unik. Mengapa?

Karena ada penderita yang bisa mengalami psikosis akut, sementara yang lainnya mungkin hanya mengalami halusinasi atau delusi saja. Ini karena skizofrenia adalah masalah kejiwaan yang memungkinkan kondisinya berkembang dengan cara yang berbeda pada setiap penderitanya.

Intinya, dari sekian banyak tanda dan gejala skizofrenia, tidak semuanya dialami oleh penderita. Sebaliknya, ada juga penderita skizofrenia yang mengalami hampir atau bahkan seluruh gejalanya.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Schizophrenia Myths and Facts. https://www.verywellmind.com/schizophrenia-myths-and-facts-2953126 Diakses pada 7 Desember 2018.

9 Schizophrenia Myths and Facts. https://www.webmd.com/schizophrenia/guide/schizophrenia-myths-and-facts#1 Diakses pada 7 Desember 2018.

4 Myths About Schizophrenia (and the Facts You Need to Know). https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-truisms-wellness/201511/4-myths-about-schizophrenia-and-the-facts-you-need-know Diakses pada 7 Desember 2018.

5 Things Everyone Should Know About Schizophrenia. https://www.psychologytoday.com/us/blog/living-schizophrenia-one-man-s-journey/201512/5-things-everyone-should-know-about-schizophrenia Diakses pada 7 Desember 2018.

Schizophrenia. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/schizophrenia/diagnosis-treatment/drc-20354449 Diakses pada 7 Desember 2018.

Schizophrenia. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/schizophrenia Diakses pada 7 Desember 2018.

Versi Terbaru

18/01/2021

Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

Panduan Tepat Merawat Pasien Skizofrenia

4 Faktor Risiko Utama Skizofrenia, dari Genetik Hingga Stres Kronis


Ditinjau secara medis oleh

dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 18/01/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan