Zat besi berperan dalam pembuatan hemoglobin yang membawa oksigen melalui darah ke seluruh sel dan organ. Khususnya bagi anak-anak, zat besi dibutuhkan guna mendukung perkembangan otaknya. Jika anak kekurangan zat besi, berikut cara mengatasi kondisi tersebut yang perlu dilakukan oleh orang tua!
Dampak kekurangan zat besi pada anak
Anak-anak yang kekurangan zat besi bisa merasakan dampak negatif yang berpengaruh pada tumbuh kembangnya. Hal ini termasuk fungsi kognitif dan tingkah laku pada anak, antara lain:
- Tumbuh kembang yang lambat
- Gangguan konsentrasi dan fokus
- Rentang perhatian yang pendek
Zat besi merupakan gizi yang penting untuk mencegah anemia dan mendukung tumbuh kembang anak.
Menurut penelitian, anak yang terpenuhi kebutuhan zat besi hariannya mengalami kenaikan tinggi badan 0,5cm lebih tinggi, sehingga kekurangan zat besi pada anak harus segera diatasi agar tidak berujung pada efek jangka panjang.
Tahukah Anda?
Berdasarkan hasil penelitian yang dipublikasi dalam Jurnal Pediatri Indonesia, dari 80 subjek yang diambil, sebesar 17,5% mengalami keterlambatan perkembangan dan 41,3% berstatus defisiensi zat besi. Status zat besi dan status gizi yang baik memiliki keterkaitan dengan perkembangan anak yang lebih bagus pada anak usia 24–36 bulan.
Maka dari itu, untuk tumbuh kembang anak yang maksimal, diperlukan usaha ekstra demi menjaga status zat besi dan juga status gizi yang cukup.
Bila anak mengalami indikasi kekurangan zat besi, terdapat beberapa kemungkinan masalah kesehatan yang serius, di bawah ini penjelasannya.
Defisiensi zat besi
Ini merupakan kondisi simpanan zat besi di tubuh tidak tercukupi dan biasanya disebabkan oleh peningkatan kebutuhan, penurunan asupan, atau penurunan penyerapan.
Anemia
ni adalah kondisi ketika jumlah sel darah merah atau hemoglobin di dalamnya lebih rendah dari normal. Berdasarkan WHO, batas normal hemoglobin anak adalah ≥ 11.0 g/dL. Kondisi ini hanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan darah.
Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi zat besi terjadi karena simpanan zat besi tubuh tidak mencukupi dan dapat bersifat normositik (sel darah merah berukuran normal) jika kondisi anemia ringan atau pada tahap awal defisiensi besi.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, satu dari tiga anak usia di bawah 5 tahun rentan terkena anemia yang dapat mengganggu perkembangan otaknya.
Hal ini dapat menimbulkan masalah kognitif seperti penurunan daya konsentrasi dan memori yang mempengaruhi kemampuan belajar anak.
Melansir dari Ikatan Dokter Anak Indonesia, anemia defisiensi besi bahkan dapat menyebabkan anak menjadi “lemot” atau daya pikir anak menjadi lebih lambat, sensitif, dan sulit mengendalikan diri.
Kondisi ini tentunya perlu diatasi dengan cermat agar si Kecil dapat beraktivitas dengan normal dan tumbuh dengan optimal.
Cara mengatasi kekurangan zat besi
Untuk zat besi sendiri, terbagi menjadi dua jenis, yaitu zat neso heme yang terdapat di dalam daging dan lebih mudah diserap tubuh dan zat besi non heme yang berasal dari sumber nabati, seperti kacang-kacangan dan sayuran.
Sebelum terlambat dan terjadi masalah kesehatan yang serius, berikut cara mengatasi kekurangan zat besi pada anak yang bisa orang tua coba.
1. Minum susu terfortifikasi
Susu juga menjadi salah satu alternatif sumber zat besi yang baik untuk tubuh. Dengan catatan, pilihlah susu yang terfortifikasi dengan nutrisi penting seperti kombinasi Zat Besi dan Vitamin C, dilengkapi DHA, minyak ikan, dan omega 3&6 untuk memenuhi asupan nutrisi harian yang maksimal.
Kombinasi unik antara zat besi dan vitamin C serta nutrisi yang lengkap tak hanya bisa mengatasi anemia defisiensi besi tetapi juga membantu mendukung perkembangan otaknya.
2. Konsumsi vitamin C
Vitamin C dapat membantu tubuh menyerap lebih banyak zat besi yang dikonsumsi. Oleh sebab itu, kombinasi dengan vitamin C seperti mencampur makanan dengan paprika, tomat, atau minum jus jeruk setelah makan sangat disarankan.
3. Mengatur pola makan
Untuk menambah asupan zat besi, disarankan untuk mengonsumsi makanan yang kaya zat besi, seperti daging sapi atau daging ayam, ikan, atau telur.
4. Menambah porsi sayuran hijau
Sayuran hijau juga perlu ditambah dengan memilih jenis sayur bayam, kubis, buncis, atau juga bisa pada kacang-kacangan seperti kacang polong maupun lentil.
5. Perbanyak aktivitas fisik
Olahraga atau aktivitas fisik dapat membantu tubuh bekerja secara lebih maksimal dan bugar, sehingga terhindar dari gangguan atau masalah kesehatan, seperti kekurangan zat besi hingga anemia.
Mendeteksi anak yang menderita anemia
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), defisiensi zat besi terjadi salah satunya karena asupan zat besi yang terlalu sedikit, baik dari makanan maupun penggunaan susu formula yang rendah zat besi.
Jika orang tua khawatir tentang kondisi anak yang mungkin mengalami anemia, berikut gejala yang harus diperhatikan:
- kurang aktif secara fisik,
- tidak nafsu makan, dan
- mudah lelah dan lemah.
Baik gejala anemia yang kecil atau besar, kondisi ini dapat memberi risiko yang sama dalam menghambat kinerja otak anak.
Oleh karena itu, pastikan asupan gizi si Kecil seimbang, berikan sumber protein hewani yang kaya zat besi. Salah satunya adalah susu yang menjadi nutrisi tambahan pilihan untuk memenuhi kebutuhan zat besi si Kecil.
Bantu optimalkan kebutuhan zat besi harian si Kecil dengan berikan susu pertumbuhan yang terfortifikasi dengan zat besi dan vitamin C.
Kombinasi zat besi dan vitamin C dapat memaksimalkan penyerapan zat besi di dalam tubuh, untuk pencegahan anemia defisiensi besi.
[embed-health-tool-vaccination-tool]