Lupus merupakan satu dari sekian banyak jenis penyakit autoimun, yang biasanya ditandai dengan nyeri sendi kronis dan kelainan kulit yang susah disembuhkan. Namun nyatanya, lupus tidak hanya bisa berpengaruh pada sendi dan kulit. Fungsi berbagai organ pada tubuh juga dapat terganggu sebagai komplikasi dari lupus, contohnya organ paru.
Mengapa kondisi ini bisa terjadi, dan apakah pengobatan lupus dan paru bisa dilakukan bersamaan? Saya akan mengupas semua informasi mengenai komplikasi paru pada penderita lupus melalui ulasan berikut.
Kenapa lupus bisa menimbulkan komplikasi pada paru?
Lupus adalah penyakit yang bisa menyerang banyak organ tubuh (multi organ). Mulai dari otak, ginjal, jantung, darah, kulit, hingga paru-paru. Ya, paru-paru memang salah satu organ yang bisa diserang oleh lupus.
Biasanya, penyakit paru-paru disebabkan oleh adanya infeksi bakteri, jamur, dan virus. Namun, ketika seseorang mengalami lupus, penyakit tersebut bisa menimbulkan kelainan atau komplikasi pada paru.
Dengan kata lain, adanya masalah pada organ paru sebenarnya merupakan gejala dari lupus. Penyebab terjadinya komplikasi paru pada pasien lupus dapat disebabkan oleh reaksi autoimun itu sendiri.
Autoimun adalah kondisi di mana sistem imun alias sistem kekebalan tubuh, tidak bertugas sebagaimana mestinya. Padahal, sistem kekebalan tubuh ini seharusnya berperan dalam melawan infeksi virus, bakteri, jamur, serta benda asing lainnya.
Akibatnya, sistem kekebalan tubuh justru menyerang organ serta bagian tubuh yang sehat hingga timbullah penyakit, termasuk masalah pada paru-paru. Semua bagian dari organ paru bisa terkena komplikasi dari lupus.
Mulai dari selaput pembungkus paru (pleura), jaringan paru (parenkim paru), maupun kantung udara di dalam paru (alveolus). Bukan hanya satu, tapi ada beberapa komplikasi paru yang bisa terjadi pada pasien lupus, seperti:
- Penyakit paru interstisial (interstisial lung disease). Biasanya dialami oleh sekitar 3-10 persen pasien lupus.
- Peradangan pada selaput pembungkus paru (pleuritis). Biasanya dialami oleh sekitar 34-78 persen pasien lupus.
- Pneumonitis lupus. Biasanya dialami oleh sekitar 1-4 persen pasien lupus.
- Diffuse alverolar hemorrhage (DAH). Biasanya dialami oleh sekitar 0,5-5,7 persen pasien lupus.
- Emboli paru. Biasanya dialami oleh sekitar 5-10 persen pasien lupus.
- Hipertensi pulmonal. Biasanya dialami oleh sekitar 9,3-14 persen pasien lupus.
Masing-masing komplikasi paru pada pasien lupus tersebut umumnya memiliki gejala dan pengobatan yang berbeda-beda.
Apa saja gejala dan diagnosis penyakit paru pada penderita lupus?
Secara umumnya, ada berbagai gejala yang sebaiknya tidak Anda abaikan bila memiliki lupus. Misalnya nyeri dada saat menarik napas, batuk kering, batuk berdarah, sesak napas, napas berbunyi, dan nyeri dada dalam waktu yang cukup lama.
Agar lebih jelas, berikut saya jabarkan satu per satu mengenai gejala penyakit paru yang merupakan komplikasi pada pasien lupus:
Penyakit paru interstisial (interstisial lung disease)
Penyakit paru interstisial umumnya membuat pasien lupus mengalami batuk dalam kurun waktu yang cukup lama. Gejala penyakit paru interstisial sebagai komplikasi pada pasien lupus ini biasanya tergolong ringan, sehingga kerap kali diabaikan.
Anda mungkin hanya mengalami batuk kering yang hilang dan timbul sewaktu-waktu, disertai dengan sesak napas ringan. Dokter dapat melakukan diagnosis penyakit ini dengan pemeriksaan CT scan paru.
Seiring berkembangnya penyakit, paru interstisial dapat menyebabkan batu yang semakin parah. Bahkan, Anda juga akan mengalami nyeri dada dan sesak napas yang terasa semakin mengganggu aktivitas harian.
Pleuritis
Komplikasi paru lainnya pada pasien lupus bisa menyebabkan pleuritis. Pleuritis dapat terjadi karena adanya peradangan pada selaput tipis pembungkus paru (pleura).
Keluhan utama yang biasanya dialami pasien lupus dengan penyakit pleuritis ini meliputi munculnya rasa nyeri di dada, khususnya saat menarik napas. Dalam beberapa kasus yang lebih parah, Anda dapat mengalami kesulitas bernapas atau sesak napas.
Pasien lupus dengan penyakit paru yang satu ini juga bisa mengeluhkan batuk yang cukup lama dan demam. Untuk mendiagnosisnya, dokter akan melakukan foto rontgen atau x-ray, guna melihat ada tidaknya cairan pada rongga dada.
Pneumonitis lupus
Pneumonitis lupus bisa menyerupai radang paru, tetapi bukan disebabkan oleh infeksi pada pasien lupus. Pneumonitis lupus dapat menyebabkan Anda mengalami batuk, sesak napas, batuk berdarah, hingga demam menggigil.
Sebagai bentuk pemeriksaan terkait komplikasi paru pada pasien lupus yang satu ini, dokter akan melakukan foto rontgen atau x-ray. Tujuannya untuk mencari adanya bercak pada kedua paru-paru.
Kemunculan bercak ini sering kali sulit dibedakan dengan radang paru biasa. Pneumonitis lupus harus segera ditangani, karena dapat berakibat fatal bila terlambat.
Diffuse alveolar hemorrhage
Diffuse alveolar hemorrhage (DAH) adalah komplikasi paru pada pasien lupus yang sangat jarang terjadi, tapi cukup berbahaya. Pasalnya, DHA bisa berakibat fatal apabila tidak segera ditangani.
Itu sebabnya, kondisi ini sering disebut dengan rheumatologic emergency, alias kondisi gawat darurat di bidang reumatologi. Kondisi ini bisa ditandai dengan adanya pendarahan di kantong udara (alveolus) pada paru.
Pasien biasanya mengalami batuk berdarah, yang dibarengi dengan sesak nafas berat. Cara diagnosis DAH yakni dengan foto rontgen dada untuk menemukan bercak pada paru, dan dilanjutkan dengan bronkoskopi guna melihat pendarahan.
Emboli paru
Emboli paru dapat terjadi karena bekuan darah mengalir melewati pembuluh darah dan menetap di pembuluh darah paru. Pasien lupus berisiko 20 kali lebih tinggi untuk mengalami emboli paru ketimbang orang yang tidak memiliki lupus.
Hal ini juga disebabkan karena sekitar 20-30 persen pasien lupus memiliki antibodi antifosfolipid yang bisa meningkatkan risiko terjadinya emboli paru. Emboli paru merupakan suatu situasi gawat darurat yang memerlukan penanganan segera.
Penyakit ini ditandai dengan sesak napas tiba-tiba dan nyeri dada hebat. Pemeriksaan untuk mendiagnosis emboli paru yakni dengan spiral CT pulmonary angiogram, atau V/Q scan dan angiografi pulmonal.
Hipertensi pulmonal
Hipertensi pulmonal adalah salah satu komplikasi paru pada pasien lupus, yang disebabkan oleh adanya peningkatan tekanan pada pembuluh darah.
Ada sekitar 10-15 persen pasien lupus yang mengalami hipertensi pulmonal dalam taraf ringan, bahkan tanpa gejala. Jika ada, gejala awal penyakit ini biasanya berupa sesak napas ringan yang terkadang disertai dengan nyeri dada, lemas, dan kehilangan kesadaran sementara (sinkop).
Bagaimana pengobatan lupus yang menimbulkan komplikasi pada paru?
Sejatinya, dokter biasanya akan mencari tahu terlebih dahulu apakah penyakit paru-paru yang Anda alami disebabkan oleh infeksi atau bentuk komplikasi dari lupus.
Penyakit paru yang dikarenakan infeksi biasanya belum pasti Anda memiliki lupus, bahkan bisa juga tidak dialami oleh pasien lupus. Dalam hal ini, biasanya pengobatan akan langsung mengarah pada penyakit paru-paru yang Anda alami.
Sementara jika penyakit paru terjadi akibat komplikasi pada pasien lupus, tentu pengobatannya akan disesuaikan dengan lupus. Begini, pada pasien lupus, sebelum mengalami penyakit paru-paru, penyakit lupus sudah ada terlebih dahulu.
Jadi, penyakit lupuslah yang kemudian menimbulkan masalah dan berbagai gejala pada organ paru. Oleh karena itu, pengobatan utama yang akan diberikan dokter yakni perawatan untuk lupus.
Seiring membaiknya lupus, penyakit paru-paru biasanya juga akan ikut membaik. Berikut pilihan obat untuk mengobatai komplikasi paru pada pasien lupus sesuai dengan kondisinya:
Penyakit paru interstisial (interstisial lung disease)
Dokter dapat memberikan pengobatan tahap awal berupa steroid dan obat imunosupresan. Misalnya seperti azatioprin, mikofenolat mofetil, atau siklofosfamid.
Jika diagnosisnya terlambat dan jaringan paru sudah membentuk jaringan parut yang luas, pengobatan mungkin akan cukup sulit diberikan. Alhasil, biasanya dibutuhkan cangkok paru.
Pleuritis
Pengobatan pleuritis tergantung berat ringannya kondisi pasien. Jika tergolong ringan, pengobatan bisa diberikan dengan kortikosteroid dosis rendah, seperti prednison, metilprednisolon dll.
Pilihan lainnya juga bisa diberikan imunosupresan seperti azatioprin, mikofenolat mofetil, dan siklofosfamid. Pada kondisi tertentu, dokter dapat menyarankan untuk melakukan pembedahan.
Pneumonitis lupus
Komplikasi paru pada pasien lupus berupa pneumonitis lupus bisa diobati dengan diberikan terapi kortikosteroid dosis tinggi.
Imunosupresan lain juga dapat diberikan, contohnya azatioprin, mikofenolat mofetil, atau siklofosfamid. Terkadang, imunoglobulin intravena (IVIG) juga mungkin digunakan.
Diffuse alveolar hemorrhage
Pengobatan DAH biasanya meliputi pemberian steroid injeksi dosis tinggi, atau obat imunosupresan lain tergantung dari kondisi Anda. Ambil contohnya obat siklofosfamid, rituximab atau mikofenolat mofetil.
Pada kondisi tertentu juga dapat diberikan imunoglobulin intravena (IVIG) atau dilakukan plasmapheresis. Jika Anda mengalami anemia, kadang perlu dilakukan transfusi darah.
Emboli paru
Emboli paru akibat komplikasi paru pada pasien lupus biasanya diobati dengan pemberian injeksi heparin, disertai dengan antikoagulan oral, contohnya warfarin.
Hipertensi pulmonal
Pasien lupus diharapkan untuk melakukan screening hipertensi pulmonal. Misalnya dengan pemeriksaan transthoracic echocardiogram (TTE), atau kateterisasi jantung kanan.
Penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter terkait keluhan apa pun yang Anda alami. Sebab mungkin saja, ini merupakan keluhan yang berhubungan dengan komplikasi paru pada lupus.
Semakin cepat diagnosis dilakukan, akan semakin cepat pula pengobatan diberikan. Dengan begitu, kondisi Anda bisa lebih cepat ditangani guna mencegah kemungkinan terjadinya hal-hal buruk di kemudian hari.
[embed-health-tool-bmi]