Banyak kesalahpahaman di masyarakat mengenai isu LGBT. Sebagian orang mengira LGBT merupakan penyakit mental. Anggapan ini tidak terbukti sejak dihapusnya homoseksualitas dari daftar diagnostik gangguan mental mulai tahun 1990. Selain itu, anggapan lain yang banyak beredar adalah LGBT bisa menular. Benarkah demikian? Berikut penjelasan lengkapnya.
Apakah LGBT menular?
LGBT tidak bisa menular. Hal ini karena LGBT bukanlah suatu penyakit menular ataupun virus yang bisa menyebar, melainkan bagian dari spektrum orientasi seksual.
LGBT adalah kependekan dari lesbian, gay, biseksual, dan transgender. LGBT mencakup orientasi seksual dan identitas seksual yang bervariasi di luar orientasi seks dan gender yang umum ditetapkan dalam masyarakat, yakni heteroseksual dan cisgender.
Dengan kata lain, LGBT merupakan bagian dari keberagaman orientasi atau identitas seksual manusia dan bukan sesuatu yang bisa menular melalui interaksi sosial.
Sayangnya, masih ada sebagian orang yang salah mengira bahwa bergaul dengan orang yang menyukai sesama jenis akan membuatnya ikut menjadi gay atau menyukai sesama jenis.
Memang, ada sebuah penelitian dalam Journal of Homosexuality yang menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara identitas seksual dan pergaulan.
Studi tersebut menjelaskan bahwa remaja dengan ketertarikan sesama jenis memiliki kemungkinan 5,3 kali besar untuk mengidentifikasi diri sebagai kelompok minoritas seksual jika mereka memiliki hubungan pertemanan yang saling mendukung.
Meski begitu, studi ini tidak menunjukkan bahwa pergaulan membentuk ketertarikan seksual seseorang. Peserta yang gay bukan terpengaruh ataupun “tertular” orientasi seksual teman sepergaulannya, melainkan merasa aman untuk menunjukkan siapa diri mereka sebenarnya.
Orientasi seksual seperti LGBT bisa dipengaruhi oleh banyak faktor yang mencakup genetik, hormonal, struktur otak, maupun kondisi lingkungan masa kecil.
Penyebab seseorang menjadi LGBT
LGBT memang tidak bisa menular karena bukan merupakan penyakit menular, tetapi merupakan spektrum orientasi seksual.
Meski begitu, hingga saat ini tidak diketahui secara pasti bagaimana orientasi seksual seseorang bisa terbentuk.
Namun, ada beberapa kemungkinan yang diduga menjadi penyebab seseorang menjadi gay atau LGBT, di antaranya sebagai berikut.
1. Faktor genetik
Beberapa penelitian terdahulu menyebutkan bahwa faktor genetik tertentu berperan dalam membentuk orientasi seksual seseorang.
Penelitian terbaru dalam jurnal Science menemukan bahwa perilaku ketertarikan seks sama jenis melibatkan banyak gen, bukan hanya satu gen tertentu.
Meski demikian, pengaruh genetik ini bersifat kompleks dan hanya memberikan kontribusi kecil terhadap orientasi seksual seseorang.
Dengan kata lain, faktor genetik bukan satu-satunya penyebab seseorang memiliki ciri-ciri gay atau tertarik pada sesama jenis.