backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Kortikosteroid dan Keampuhannya Menyelamatkan Pasien COVID-19 Gejala Berat

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan · General Practitioner · None


Ditulis oleh Ulfa Rahayu · Tanggal diperbarui 20/12/2020

    Kortikosteroid dan Keampuhannya Menyelamatkan Pasien COVID-19 Gejala Berat

    Baca semua artikel tentang coronavirus (COVID-19) di sini.

    Obat kortikosteroid terbukti dapat menyelamatkan pasien COVID-19 gejala berat dari keadaan kritis. Fakta tersebut dibuktikan oleh beberapa penelitian dan telah diakui oleh organisasi kesehatan dunia (WHO). 

    Temuan ini membuat kortikosteroid mendapat izin untuk digunakan secara luas. Namun, para peneliti menekankan bahwa obat ini bukan untuk menyembuhkan seseorang dari infeksi COVID-19

    Kortikosteroid dan bukti ilmiah keampuhannya menolong pasien COVID-19

    dexamethasone kortikosteroid covid-19

    Penelitian tentang kegunaan kortikosteroid dalam menangani pasien COVID-19 dengan gejala gangguan pernapasan parah pertama kali dilakukan oleh peneliti China pada awal Maret.

    Pada Juni lalu, peneliti di Inggris meneliti lebih lanjut kegunaan kortikosteroid yang dapat menyelamatkan nyawa pasien COVID-19 yang sedang dalam kondisi kritis. Kortikosteroid yang digunakan adalah dexamethasone

    Dexamethasone atau deksametason adalah salah satu steroid jenis kortikosteroid. Obat ini biasanya digunakan untuk mengatasi pasien dengan peradangan, gangguan pencernaan, asma, dan reaksi alergi.

    Dalam studi tersebut, peneliti melakukan uji klinis langsung pada ribuan pasien COVID-19 di Inggris yang dipilih secara acak. Hasilnya, keampuhan kortikosteroid terlihat paling jelas pada pasien yang membutuhkan bantuan oksigen. Tapi obat ini tak berdampak signifikan terhadap pasien yang tidak membutuhkan oksigen. 

    Di antara pasien yang membutuhkan ventilator, deksametason mengurangi tingkat kematian hingga 35%. Sementara di antara pasien COVID-19 yang menerima oksigen tambahan bukan ventilator, obat kortikosteroid tersebut mengurangi tingkat kematian hingga 20%. Tingkat kematian ini dihitung dalam 28 hari setelah dimulainya pengobatan.

    Para peneliti juga tidak menemukan potensi efek samping yang mengkhawatirkan. Namun, pemakaian kortikosteroid ini masih harus diteliti lebih lanjut untuk menegaskan keefektifannya. 

    Penelitian terbaru yang dipublikasi di jurnal JAMA (2/9) menyebut bahwa penggunaan kortikosteroid ampuh membantu pasien COVID-19 keluar dari masa kritis.

    Analisis terbaru ini menghilangkan keraguan yang tersisa tentang pemberian kortikosteroid dalam menangani infeksi virus SARS-CoV-2. Penelitian ini juga memastikan keamanan semua jenis kortikosteroid bukan hanya deksametason.

    [covid_19]

    Penggunaan kortikosteroid dalam menangani pasien virus corona

    gejala covid-19 parah kortikosteroid

    WHO menyarankan untuk menghindari penggunaan kortikosteroid di awal masa infeksi COVID-19. 

    Alasannya, obat steroid tersebut dapat menghalangi upaya sistem kekebalan tubuh dalam melawan virus. Namun jika digunakan di masa tengah hingga akhir infeksi COVID-19, deksametason dapat membantu menangkal terjadinya badai sitokin (respons imun berlebihan yang justru menyerang jaringan tubuh).

    Obat ini juga tidak disarankan untuk digunakan dalam menangani pasien COVID-19 dengan gejala ringan karena tidak terbukti bermanfaat. Dalam beberapa kasus, penggunaan kortikosteroid malah berpotensi membahayakan.

    Pemberian kortikosteroid dapat ditelan dalam tablet atau diberikan melalui intravena maupun infus. Dosis yang diberikan sejauh ini adalah dosis rendah dan tidak ada bukti pemberian dosis tinggi akan lebih efektif.

    “Di awal tahun, kadang-kadang rasanya hampir putus asa mengetahui bahwa kami tidak memiliki obat khusus,’ kata Anthony Gordon, profesor peneliti dari Imperial College London.

    “Namun kurang dari enam bulan kemudian kami telah menemukan bukti yang jelas dan dapat diandalkan dalam uji klinis berkualitas tinggi tentang bagaimana kortikosteroid dapat mengatasi penyakit yang menghancurkan ini,” ujarnya.

    [mc4wp_form id=’301235″]

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Andreas Wilson Setiawan

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Ulfa Rahayu · Tanggal diperbarui 20/12/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan