backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

12 Penyakit yang Mungkin Timbul pada Wanita setelah Menopause

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Adinda Rudystina · Tanggal diperbarui 04/03/2024

    12 Penyakit yang Mungkin Timbul pada Wanita setelah Menopause

    Sama seperti ketika pertama kali Anda mengalami datang bulan, tubuh wanita juga mengalami perubahan saat menopause. Wanita yang memasuki masa menopause berpotensi untuk mengalami beberapa komplikasi dan kondisi medis. Lantas, apa saja penyakit yang mungkin timbul setelah wanita menopause?

    Penyakit yang mungkin timbul setelah menopause

    Pascamenopause merupakan saat-saat tersulit bagi sebagian besar wanita. Hal ini karena akan terjadi peningkatan risiko sejumlah penyakit akibat berkurangnya hormon estrogen

    Estrogen adalah hormon yang sangat penting untuk wanita, terutama dalam proses reproduksi.

    Hormon estrogen bertugas melindungi sejumlah sistem dalam tubuh, seperti otak, kulit, vagina, tulang, dan jantung.

    Ketika Anda membuang hormon estrogen, terjadi penuaan yang mendalam pada seluruh sistem tubuh, terutama hati dan tulang.

    Sayangnya, banyak sekali wanita yang tidak memperhatikan bahkan mengacuhkan kondisi dirinya setelah mengalami menopause.

    Oleh sebab itu, sangat penting bagi wanita untuk mengetahui penyakit apa saja yang mungkin timbul setelah menopause. 

    1. Diabetes

    tes gula untuk penderita diabetes

    Estrogen rendah dapat meningkatkan resistensi insulin dan memicu keinginan untuk ngemil yang menyebabkan kenaikan berat badan. 

    Hal ini berisiko menimbulkan diabetes. Itu sebabnya, diabetes termasuk penyakit yang mungkin timbul setelah seorang wanita menopause.

    Anda akan lebih rentan terkena diabetes jika memiliki beberapa faktor, seperti punya riwayat keturunan diabetes, riwayat polycystic ovary syndrome (yang berhubungan dengan resistensi insulin), diabetes gestasional, atau memiliki berat badan berlebih.

    American Diabetes Association merekomendasikan agar para wanita melakukan tes kesehatan secara rutin setiap 3 tahun, dimulai pada usia 45 tahun, terutama jika menderita berat badan berlebih atau obesitas.

    2. Kondisi autoimun

    Faktanya, wanita lebih mungkin menderita gangguan autoimun dibandingkan dengan laki-laki. Wanita menopause akan menjadi sangat rentan terkena kondisi tersebut.

    Wanita yang telah menopause berisiko lebih tinggi menderita penyakit autoimun seperti lupus, rheumatoid arthritis, multiple sclerosis, dan psoriasis. 

    Penjelasan tersebut menurut sebuah studi dalam jurnal Frontiers in Endocrinology.

    Hal ini diduga karena wanita mengalami beberapa kali perubahan pada sistem endokrin, yaitu saat pubertas, hamil dan menyusui, lalu menopause. 

    3. Nyeri sendi

    Menurut The Menopause Charity, sendi yang kaku dan pegal akan terjadi seiring dengan penuaan, tapi keluhan ini cenderung dialami oleh wanita setelah menopause.

    Inflamasi yang disebabkan oleh perubahan hormon bisa menjadi penyebabnya.

    Estrogen memiliki efek antiinflamasi sehingga ketika tubuh kekurangan estrogen, ada respons inflamasi yang lebih besar.

    Hubungan antara estrogen dan inflamasi telah dinyatakan dalam studi sehingga terapi penggantian hormon akan dapat meringankan nyeri sendi.

    Jadi, wajar jika Anda kerap mengeluhkan nyeri sendi setelah menopause karena termasuk salah satu penyakit yang bisa timbul.

    4. Hepatitis C

    Melansir World Journal of Gastroenterology, wanita yang lebih rentan terjangkit penyakit hepatitis C persisten (yang berlangsung selama 6 bulan atau lebih) merupakan wanita setelah menopause.

    Para ahli menduga bahwa estrogen dapat melindungi tubuh dari kerusakan hati yang dapat menyebabkan masuknya virus kronis.

    Oleh sebab itu, wanita yang kehilangan estrogen akan kehilangan perlindungan tersebut sehingga virus dapat melakukan lebih banyak kerusakan pada tubuh.

    5. Infeksi saluran kemih (ISK)

    keputihan setelah menopause

    Estrogen memainkan peran yang cukup besar pada sistem kandung kemih. 

    Fungsi hormon tersebut adalah mempertahankan elastisitas jaringan dan memperkuat sel-sel dinding kandung kemih untuk mencegah bakteri keluar.

    Jadi, ketika hormon estrogen berkurang, Anda mungkin dapat mengalami gejala kencing tertentu, termasuk risiko yang lebih tinggi dari ISK.

    6. Penyakit jantung dan pembuluh darah

    Ketika kadar estrogen menurun, risiko mengidap penyakit jantung akan semakin meningkat. Penyakit jantung adalah penyebab utama kematian pada wanita maupun pria.

    Ini juga termasuk satu dari beragam penyakit yang mungkin timbul setelah seorang wanita menopause.

    Jadi, penting untuk mendapatkan latihan rutin, makan makanan yang sehat, dan menjaga berat badan pada kondisi ideal.

    7. Atrofi vagina

    Tanpa hormon estrogen di dalam tubuh, Anda dapat mengalami penipisan, pengeringan, dan radang pada dinding vagina, atau disebut sebagai atrofi vagina.

    Ya, atrofi vagina merupakan penyakit yang juga mungkin timbul setelah menopause.

    Gejala yang terjadi termasuk vagina terasa panas, gatal, seks terasa menyakitkan, dan buang air kecil terasa menyakitkan.

    8. Inkontinensia urine

    Seiring dengan bertambahnya usia, otot-otot tubuh Anda tidak lagi sekuat ketika Anda masih muda. Salah satu otot yang melemah adalah di bagian vagina dan kandung kemih.

    Ketika jaringan vagina dan uretra kehilangan elastisitas, Anda mungkin sering mengalami dorongan kuat untuk buang air kecil secara tiba-tiba.

    Hal itu biasanya diikuti dengan keluarnya urine tanpa kendali (inkontinensia urine) dan keluarnya urine saat batuk, tertawa, maupun mengangkat sesuatu (stres inkontonensia).

    9. Pelvic organ prolapse

    menopause dini bisa hamil

    Ini merupakan kondisi yang masih terkait dengan penurunan kemampuan otot sebagai pemicu penyakit yang timbul setelah menopause pada wanita.

    Pelvic organ prolapse dapat muncul akibat otot dan ligamen yang menyokong organ-organ di sekitar panggul melemah.

    Kondisi ini mengakibatkan organ-organ mencuat keluar dari posisi rahim dan membuat rahim, kandung kemih, serta dubur menurun dari posisi awalnya.

    10. Penyakit gusi

    Akibat kadar estrogen menurun pascamenopause, wanita cenderung kehilangan kepadatan tulang, termasuk pada gigi.

    Hal ini berisiko tinggi menimbulkan penyakit gusi yang parah, bahkan menyebabkan gigi Anda copot jika tidak diobati.

    Menurut penelitian, kadar estrogen yang lebih rendah menimbulkan perubahan inflamasi pada tubuh yang dapat menyebabkan radang gusi, suatu keadaan awal penyakit gusi.

    11. Mata kering

    Tidak hanya hormon estrogen yang menjadi penyebab utama dari penyakit yang timbul setelah menopause, tetapi penurunan hormon testosteron juga demikian.

    Meski sering kali disebut sebagai hormon pria, wanita juga memiliki hormon ini walaupun dalam jumlah sedikit.

    Hormon testosteron pada wanita berperan dalam mengatur kelenjar meibom yang berfungsi untuk menghasilkan cairan di mata dan mencegahnya kering.

    Penurunan hormon testosteron dapat membuat mata Anda menjadi lebih sering kering.

    12. Gangguan mental

    Pada sebagian wanita, gangguan mental menjadi satu dari beberapa penyakit yang timbul setelah menopause.

    Perubahan hormon dapat menyebabkan gangguan mental, seperti perubahan suasana hati, gangguan kecemasan, depresi, dan bahkan demensia.

    Salah satu penyebabnya, yaitu menopause dapat memengaruhi fungsi otak wanita, sehingga mengalami perubahan setelah menopause.

    Gangguan mental tersebut dapat dipicu oleh stres yang sedang dialami, seperti merasa sedih karena masa subur yang telah berakhir maupun perubahan gairah seksual.

    Apakah wanita yang sudah menopause masih bisa hamil?

    Tidak, wanita yang sudah mengalami menopause tidak bisa hamil secara alami. Menopause adalah saat di mana siklus menstruasi secara permanen berhenti, biasanya terjadi pada usia antara 45—55 tahun. Hal ini disebabkan oleh penurunan produksi hormon reproduksi, terutama estrogen dan progesteron, oleh ovarium.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Adinda Rudystina · Tanggal diperbarui 04/03/2024

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan