backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Mengenal Prostatektomi, Operasi untuk Masalah Penyakit Prostat

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 26/11/2020

    Mengenal Prostatektomi, Operasi untuk Masalah Penyakit Prostat

    Salah satu pengobatan prostat terutama kanker prostat atau benign prostate hyperplasia (BPH) adalah operasi prostat prostatektomi. Operasi ini dilakukan untuk mengangkat kelenjar prostat yang bermasalah. Bagaimana prosedurnya? Simak ulasan berikut ini.

    Sekilas tentang operasi prostat prostatektomi

    Prostatektomi adalah prosedur operasi untuk mengangkat sebagian atau seluruh kelenjar prostat akibat adanya penyakit kanker prostat atau penyakit BPH (pembesaran prostat jinak).

    Operasi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, bergantung pada kondisi pasien. Untuk kanker prostat biasanya akan dilakukan prostatektomi radikal, sedangkan untuk BPH akan dilakukan prostatektomi sederhana.

    Prostatektomi radikal

    Operasi ini dilakukan sebagai cara pengobatan kanker prostat dengan mengangkat seluruh kelenjar prostat, vesikula seminalis, dan beberapa jaringan sekitarnya, termasuk kelenjar getah bening.

    Tak terbatas pada kanker prostat saja, operasi ini juga bisa dilakukan pada pasien BPH bila prostat sudah tumbuh terlalu besar dan sudah mulai menimbulkan kerusakan pada kandung kemih. Berikut beberapa teknik yang dilakukan dalam prostatektomi radikal.

    1. Prostatektomi radikal terbuka

    Prostatektomi radikal terbuka adalah operasi yang dilakukan oleh ahli bedah dengan membuat sayatan untuk mencapai kelenjar prostat. Operasi ini dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan retropubik, pendekatan hemat saraf, dan pendekatan perineum.

    Pendekatan retropubik

    Jenis prostatektomi terbuka ini adalah yang paling umum dilakukan untuk menangani kanker prostat. Pada operasi ini, ahli bedah akan membuat sayatan di perut bagian bawah, dari pusar ke tulang kemaluan.

    Jika kanker sudah menyebar ke getah bening, ahli bedah juga akan mengangkat sebagian dari kelenjar ini. Setelah prosedur selesai, kateter (slang kecil) dipasangkan untuk membantu pembuangan urine dan akan bertahan satu sampai dua minggu seiring dengan proses pemulihan.

    Operasi ini memiliki risiko yang lebih rendah terhadap kerusakan saraf yang bisa menyebabkan masalah pada pengendalian kandung kemih dan ereksi.

    Pendekatan perineum

    Sayatan pada pendekatan ini dibuat pada area perineum, yaitu area di antara anus dan skrotum. Prostatektomi dengan pendekatan perineum termasuk jarang dilakukan karena dapat menimbulkan masalah ereksi.

    Hanya saja, pendekatan perineum cenderung lebih singkat dan pemulihannya juga lebih cepat dibandingkan dengan yang lain. Pilihan pendekatan ini mungkin tepat dilakukan jika kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening.

    Pendekatan hemat saraf

    Pendekatan hemat saraf akan dijalani jika sel kanker terjerat dengan saraf, sehingga sebagian struktur saraf yang sudah terkena harus dipotong untuk menghilangkan jaringan kanker. Risikonya, pria mungkin tidak akan bisa mengalami ereksi lagi setelahnya.

    2. Prostatektomi radikal laparoskopi

    Operasi ini dilakukan dengan membuat beberapa sayatan kecil di perut dengan bantuan laparoskop (digunakan untuk membuat sayatan kecil di dinding perut) yang dimasukkan ke dalam salah satu sayatan tersebut. Pengangkatan kelenjar prostat dalam metode ini dilakukan dengan menggunakan tangan.

    Prostatektomi radikal laparoskopi memiliki beberapa kelebihan dibandingkan prostatektomi radikal terbuka. Di antaranya adalah rasa sakit dan kehilangan darah yang lebih sedikit, durasi rawat inap di rumah sakit yang lebih singkat, dan waktu pemulihan yang lebih cepat.

    3. Robot-assisted radical prostatectomy

    Tidakan ini sama dengan laparoskopi, tapi dibantu dengan lengan robot. Robot tersebut membantu menerjemahkan gerakan tangan dokter bedah dari alat pengendali jarak jauh (remote) menjadi tindakan yang lebih halus dan tepat. Operasi ini hanya dilakukan oleh dokter ahli yang sudah terlatih.

    Meski prostatektomi radikal dapat menghilangkan semua sel kanker, pastikan untuk mendapatkan perawatan lanjutan. Hal ini dilakukan sebagai deteksi dini jika kanker terjadi kembali. Ada beberapa risiko yang mungkin terjadi pada pasien yaitu:

    Prostatektomi sederhana

    Proses operasi yang ini berbeda dengan prostatektomi radikal karena tidak mengangkat seluruh prostat, tapi memudahkan aliran urine yang tersumbat. Prostatektomi sederhana umumnya direkomendasikan untuk pria dengan gejala kencing yang cukup parah dan pembesaran kelenjar prostat (BPH), tapi bukan kanker prostat.

    Selain itu, ada beberapa gejala lain yang menggunakan operasi prasektomi sederhana yaitu:

  • kesulitan buang air kecil,
  • infeksi saluran kemih,
  • kencing melambat,
  • ketidakmampuan untuk buang air kecil,
  • makin sering buang air kecil di malam hari, dan
  • sering terdesak untuk buang air kecil.
  • Ahli urologi Mayo Clinic menyarankan untuk mengatasi gejala pembesaran prostat dapat dilakukan dengan menggunakan teknik endoskopi (pemeriksaan visual menggunakan teropong) lanjut, tanpa prostatektomi terbuka, laparoskopi, atau dengan robot.

    Ada beberapa risiko yang bisa terjadi dari prosedur ini, di antaranya:

    • terjadi penyempitan uretra,
    • urine berdarah,
    • tidak dapat mengontrol buang air kecil (inkontinensia urine),
    • orgasme kering, dan
    • adanya cedera pada struktur yang berdekatan.

    Apa saja yang harus dipersiapkan ketika akan melakukan operasi?

    faktor risiko kanker prostat

    Sebelum operasi, dokter mungkin akan melakukan tes sistoskopi untuk melihat keadaan uretra dan kandung kemih. Kemudian perlu juga melakukan tes darah, tes antigen spesifik prostat (PSA), tes rektal digital, dan biopsi.

    Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan harus dikonsultasikan kepada dokter, seperti penggunaan obat bebas atau suplemen yang pasien gunakan atau alergi yang dimiliki pasien, terutama pada penggunaan obat-obatan tertentu.

    Sebelum dilakukan operasi, pasien harus puasa dari makan atau minum pada masa waktu tertentu dan melakukan prosedur enema (pemasukan cairan ke dalam usus melalui anus untuk merangsang pasien untuk buang air besar sehingga usus menjadi bersih).

    Yang perlu diperhatikan pasien setelah operasi

    Perawatan dan pantangan yang harus dijalani pasien bisa berbeda-beda tergantung pada jenis operasi dan kondisi pasien sendiri. Namun, pasien umumnya akan diberi tahu beberapa hal meliputi:

    • Pasien bisa memulai aktivitas kembali, tapi secara bertahap selama empat sampai enam minggu.
    • Pasien tidak bisa mengemudi setidaknya selama beberapa hari. Jangan mengemudi sampai kateter pasien dilepaskan atau menggunakan obat nyeri lagi.
    • Pasien perlu menemui dokter beberapa kali untuk check up sekitar enam minggu dan dilanjutkan setelah beberapa bulan.
    • Pasien bisa melanjutkan aktivitas seksual setelah pulih dari operasi. Pada prostatektomi sederhana, pasien masih bisa mengalami orgasme saat berhubungan seks.
    • Pasien sebaiknya tidak melakukan olahraga atau aktivitas yang meliputi angkat beban berat selama kurang lebih enam minggu.

    Operasi prostat selain prostatektomi

    Selain prostatektomi, ada juga berbagai operasi yang bisa dilakukan untuk mengatasi penyakit BPH dengan risiko yang lebih sedikit. Berbagai prosedur ini bersifat minimal invasif, sehingga luka yang ditimbulkan tidak akan terlalu parah.

    Prosedur itu bernama transurethral yang dilakukan dengan memasukkan tabung kecil melalui uretra sampai ke bagian prostat untuk menghancurkan atau mengambil sebagian jaringan prostat serta melancarkan buang air kecil.

    Beberapa jenisnya adalah transurethral resection of the prostate (TURP), transurethral incision of the prostate (TUIP), dan terapi menggunakan laser.

    Apa pun jenis yang Anda pilih, tentunya juga harus dikonsultasikan kepada dokter untuk mempertimbangkan faktor risiko dan menyesuaikan dengan keadaan Anda.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 26/11/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan