backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan

Apakah Infeksi Klamidia Bisa Benar-Benar Sembuh? Begini Jawabannya

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 05/02/2021

    Apakah Infeksi Klamidia Bisa Benar-Benar Sembuh? Begini Jawabannya

    Dari sekian banyak penyakit kelamin yang ada, chlamydia (klamidia) adalah salah satu penyakit yang paling banyak dialami. Penyakit klamidia termasuk infeksi menular seksual karena dapat dengan mudah menyerang seseorang melalui hubungan seks yang tidak aman. Memang, terdengar cukup berbahaya, tetapi apakah ada obat yang bisa menyembuhkan klamidia sampai tuntas?

    Mungkinkah klamidia bisa sembuh total?

    vagina

    Penyakit klamidia biasanya ditularkan melalui cairan vagina ataupun air mani, entah itu dengan cara seks oral, vaginal, atau anal (anus).

    Menurut data dari pusat pengendalian dan pencegahan penyakit di Amerika Serikat atau CDC, ada lebih dari 1,7 juta orang di seluruh dunia yang terinfeksi penyakit klamidia.

    Dengan kata lain, klamidia termasuk penyakit kelamin sekaligus penyakit menular seksual yang cukup umum. 

    Hal ini dikarenakan bakteri Chlamydia trachomatis yang menjadi penyebab penyakit klamidia bisa dengan mudah menyebar, bahkan tanpa menimbulkan gejala tertentu.

    Jadi, banyak orang yang tak sadar bahwa bakteri tersebut sudah masuk ke dalam tubuhnya.

    Biasanya, gejala klamidia ditandai dengan keluarnya cairan tidak normal dari vagina atau sensasi panas saat buang air kecil.

    Bila memang Anda mengalaminya, jangan keburu berkecil hati dan pupus harapan dulu. Pasalnya, klamidia masih dapat disembuhkan.

    Hanya saja, Anda harus rutin menjalani dan mematuhi semua pengobatan penyakit klamidia yang dianjurkan oleh dokter.

    Jika tidak, bakteri penyebab penyakit klamidia bisa mengakibatkan berbagai komplikasi lainnya yang membahayakan kesehatan Anda.

    Apa akibatnya jika klamidia tidak segera diobati?

    klamidia chlamydia

    Tanpa obat dan penanganan medis yang tepat, klamidia berisiko menyebabkan komplikasi berupa penyakit radang panggul.

    Akibatnya, terjadi kerusakan saluran tuba falopi pada sistem reproduksi.

    Klamidia juga berpotensi membuat ovarium dan rahim bermasalah. Hal ini mungkin membuat Anda sulit hamil dan memiliki keturunan.

    Selain itu, penyakit ini juga berisiko menimbulkan kehamilan ektopik (hamil di luar kandungan).

    Sementara bagi pria, penyakit klamidia bisa mengakibatkan uretritis non gonokokus (NGU) atau non gonore, epididimitis, hingga proctitis (peradangan pada anus).

    Apa saja obat untuk penyakit klamidia?

    Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, penyakit klamidia bisa sembuh sepenuhnya dan tidak akan berubah menjadi komplikasi jika mendapatkan pengobatan sesegera mungkin.

    Ada 2 jenis pengobatan penyakit klamidia yang bisa Anda jalani, yaitu obat klamidia medis yang tersedia di apotek serta obat yang berasal dari bahan-bahan alami.

    Meski demikian, obat medis yang diberikan dokter maupun dibeli di apotek sangat disarankan untuk membasmi klamidia hingga tuntas.

    Pengobatan alami belum tentu dapat menyembuhkan penyakit ini sepenuhnya dan hanya membantu meringankan gejala yang muncul.

    Berikut adalah jenis obat untuk mengatasi klamidia:

    Obat klamidia medis

    isprinol

    Untuk mendapatkan pengobatan medis, Anda harus memeriksakan diri ke dokter terlebih dahulu.

    Biasanya, penyakit klamidia dapat didiagnosis melalui tes skrining atau pemeriksaan penyakit menular seksual.

    Setelah Anda dipastikan mengidap klamidia, dokter akan meresepkan pengobatan yang sesuai dengan kondisi dan tingkat keparahan penyakit.

    1. Obat minum

    Dokter biasanya akan meresepkan 2 jenis antibiotik guna menghambat perkembangan bakteri penyebab klamidia di dalam tubuh, yakni azithromycin dan doxycycline.

    Antibiotik jenis lain seperti erythromycin, levofloxacin, dan ofloxacin, juga dapat diberikan bila memang dibutuhkan.

    Jenis dan dosis obat yang diberikan untuk mengatasi klamidia mungkin akan berbeda-beda tergantung pada kondisi pasien.

    Namun, berikut adalah rekomendasi dosis pengobatan klamidia dengan antibiotik, baik pada pasien wanita maupun pria:

    • Azithromycin: 1 gram diminum 1 kali.
    • Doxycycline: 100 mg diminum 2 kali sehari selama 7 hari.
    • Erythromycin: 500 mg diminum 4 kali sehari selama 7 hari.
    • Levofloxacin: 500 mg diminum 1 kali sehari selama 7 hari.
    • Ofloxacin: 300 mg diminum 2 kali sehari selama 7 hari.

    Ingat, semua obat yang diresepkan oleh dokter sebaiknya Anda minum secara teratur sesuai anjuran yang ditentukan. 

    Di akhir masa pengobatan, pastikan Anda telah menghabiskan semua obat supaya bisa sembuh total.

    Namun, bila Anda sedang hamil, biasanya dokter akan mempertimbangkan perawatan dan pemberian jenis antibiotik yang sesuai dengan kondisi kesehatan Anda.

    2. Infus

    Dalam beberapa kasus infeksi klamidia yang sudah tergolong parah, Anda mungkin harus menjalani rawat inap di rumah sakit guna memperoleh penanganan khusus.

    Dokter akan memberikan Anda antibiotik melalui infus atau intravena (IV) serta obat pereda nyeri untuk mempercepat penyembuhan.

    Setelah rutin minum obat dan mematuhi semua anjuran dari dokter, infeksi klamidia kemungkinan akan sembuh dalam kurun waktu sekitar 1-2 minggu.

    Selama masa ini, Anda belum diperbolehkan untuk berhubungan intim dengan pasangan sampai dokter menyatakan bahwa tubuh Anda telah terbebas dari bakteri penyebab klamidia.

    Meski begitu, 3 bulan kemudian Anda masih harus melakukan pemeriksaan ulang guna memastikan bahwa tubuh Anda memang sudah terbebas dari penyakit klamidia.

    Cara ini sekaligus mencegah kemungkinan bakteri klamidia berkembang lebih jauh di dalam tubuh Anda dan menularkannya kepada orang lain.

    Jangan ragu untuk berkonsultasi pada dokter jika Anda masih merasakan gejala klamidia meskipun sudah mematuhi aturan minum antibiotik sampai habis.

    Obat klamidia alami

    manfaat echinacea

    Selain dengan pengobatan medis, penyakit klamidia juga bisa Anda atasi dengan bahan-bahan alami yang sederhana.

    Namun, pengobatan alami bukanlah pilihan utama untuk menyembuhkan klamidia, melainkan hanya untuk mengendalikan gejala.

    Ini karena hanya obat antibiotik yang telah terbukti dapat menyembuhkan penyakit ini secara tuntas.

    Anda diperbolehkan untuk menjajal pengobatan herbal atau alami di rumah.

    Namun, pastikan Anda berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter mengenai konsumsi obat alami serta kemungkinan interaksinya dengan obat-obatan lain yang sedang Anda minum.

    Berikut adalah beberapa pilihan bahan alami yang bisa dimanfaatkan sebagai pengobatan klamidia pada pria dan wanita:

    1. Bawang putih

    Berbagai penelitian telah membuktikan manfaat kesehatan dari bawang putih, salah satunya yakni studi dari Jundishapur Journal of Microbiology.

    Dalam studi tersebut, bawang putih dinilai memiliki kandungan antijamur yang berpotensi baik bagi pengobatan klamidia dengan obat antibiotik.

    Pasalnya, antibiotik bisa meningkatkan risiko infeksi jamur pada tubuh.

    Nah, peran bawang putih di sini yakni membantu melindungi tubuh dari infeksi jamur.

    2. Echinacea

    Echinacea adalah jenis bunga yang juga terbukti memiliki kebaikan untuk kesehatan tubuh.

    Manfaat dari echinacea telah diteliti dalam sebuah studi dari jurnal Natural Product Research.

    Dari penelitian tersebut, terungkap bahwa echinacea berpotensi mengatasi rasa sakit dan peradangan pada orang-orang dengan osteoarthritis.

    Salah satu gejala dari klamidia adalah peradangan sendi alias arthritis.

    Itulah mengapa bunga echinacea dinilai bisa menjadi obat alami untuk mengatasi klamidia.

    Itulah tadi deretan obat medis dan alami yang bisa digunakan untuk mengatasi penyakit klamidia.

    Jadi, Anda tidak perlu putus asa jika didiagnosis mengalami penyakit ini.

    Meski mengalami klamidia, harapan untuk sembuh sangatlah besar selama Anda menjalani pengobatan sesuai dengan anjuran dokter.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 05/02/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan