backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

5 Pilihan Obat Aritmia dan Prosedur Medis untuk Mengatasinya

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 29/06/2021

    5 Pilihan Obat Aritmia dan Prosedur Medis untuk Mengatasinya

    Aritmia termasuk penyakit jantung yang menimbulkan gangguan pada denyut jantung normal. Pada beberapa kasus ringan, aritmia tidak butuh perawatan khusus. Namun pada kasus yang lebih parah, diperlukan pengobatan aritmia  karena bisa menyebabkan stroke atau gagal jantung. Lantas, apa saja pilihan obat aritmia dan prosedur medis untuk mengatasi penyakit jantung ini? Simak ulasan obat antiaritmia berikut ini.

    Pilihan obat untuk mengobati aritmia jantung

    Aritmia bisa kambuh menimbulkan gejala mengganggu, seperti perubahan denyut jantung (lebih cepat, lebih lambat, atau tidak teratur) yang dirasakan beberapa orang seperti sensasi jantung berdebar-debar. Kadang, gejalanya juga diikuti dengan sesak napas, nyeri dada, pusing, dan tubuh lemah.

    Untungnya, gejala gangguan denyut jantung tersebut dapat diredakan dan dicegah kekambuhannya dengan pengobatan aritmia yaitu berupa konsumsi obat. Menurut sistem klasifikasi Vaughan-Williams, obat aritmia jantung ini dibagi menjadi 4 kategori utama dengan beberapa obat tambahan, di antaranya:

    1. Obat golongan I

    Obat antiaritmia golongan I merupakan kelompok obat sodium-channel blockers, yang bertugas untuk memperlambat konduksi listrik di jantung. Pasalnya, gangguan kelistrikan di jantung menjadi salah satu penyebab aritmia karena bisa memperlambat, mempercepat, bahkan menambahkan jumlah denyut jantung.

    Studi menemukan bahwa efek samping fatal dari penggunaan obat ini adalah kematian. Ini kemungkinan besar terjadi karena overdosis, yakni melebihkan dosis obat yang dianjurkan atau menggunakan obat lain yang mengubah kinetika eliminasi zat.

    Oleh karena itu, penggunaan obat aritmia harus sangat hati-hati dan sesuai dengan anjuran yang dokter berikan.

    Contoh obat golongan I ini antara lain ethmozine (moricizine), rythmol SR (propafenone), Norpace CR (disopyramide), dilantin (phenytoin), procanbid (procainamide), xylocaine HCl (lidocaine), quinidex extentabs (quinidine), dan mexitil (mexiletine).

    2. Obat golongan II

    Obat antiaritmia golongan II ini merupakan jenis obat beta-blocker. Obat ini bekerja dengan menghalangi stimulasi sistem saraf simpatik ke jantung, sehingga mengurangi pengiriman impuls ke jantung.

    Selain itu, obat ini juga dapat mengurangi tekanan darah yang menghalangi efek hormon epinefrin (adrenalin), sehingga denyut jantung tidak terlalu cepat melebihi angka normal.

    Efek samping yang umum terjadi ketika Anda menggunakan obat aritmia ini adalah susah tidur, berat badan bertambah, lelah, dan tangan dan kaki terasa dingin.

    Obat-obatan beta blocker biasanya digunakan sebagai pengobatan lini pertama untuk kelainan denyut jantung, seperti takikardia supraventrikular simtomatik (SVT).

    Contoh jenis obat beta-blocker antara lain sectral pro (acebutolol), innopran XL pro (propranolol), brevibloc pro (esmolol), inderal pro (propranolol), inderal LA pro (propranolol), dan hemangeol pro (propranolol).

    3. Obat golongan III

    Obat aritmia kelompok III merupakan obat kelas potassium-channel blockers, yang tugasnya mengikat dan menghambat saluran kalium yang nantinya bisa memperpanjang repolarisasi membran sel. Repolarisasi yakni kondisi membran sel beristirahat atau tidak menerima rangsangan.

    Dengan memblokir saluran kalium, kinerja sinoatrial dan atrioventrikular tidak terganggu. Sinoatrial yang dikenal juga dengan node sinus adalah sekumpulan sel di bagian atas kanan jantung. Sel ini berfungsi mengirim sinyal listrik sehingga otot jantung dapat berkontraksi secara teratur.

    Sementara atrioventrikular adalah simpul yang terletak di antara atrium dan ventrikel. Tugasnya pun mengatur aktivitas kelistrikan di jantung.

    Penggunaan obat ini harus diawasi dokter karena efek sampingnya bisa memengaruhi irama jantung, yakni menyebabkan denyut jantung melambat di bawah 60 detak per menit dan disfungsi simpul jantung.

    Contoh obat kelas potassium-channel blockers adalah pacerone pro (amiodarone), tikosyn pro (dofetilide), multaq pro (dronedarone), cordarone pro (amiodarone), dan betapace pro (sotalol).

    4. Obat golongan IV

    Obat aritmia kelompok IV merupakan kelas obat calcium-channel blockers yang berfungsi untuk menghambat saluran kalsium sehingga mengurangi pergerakan ion kalsium dalam sel selama potensi aksi.

    Maksudnya, mengatur masuknya kalsium ke sel-sel otot sehingga tidak menyebabkan kontraksi berlebihan di otot polos jantung, merelaksasi otot polos pembuluh darah, dan menurunkan kecepatan konduksi di dalam jantung.

    Efek samping dari obat antiaritmia ini adalah menyebabkan bradikardia, sakit kepala, edema (pembengkakan pada tubuh), dan penurunan tekanan darah di bawah normal (hipotensi).

    Contoh obat kelas calcium-channel blockers adalah dilt-XR pro (diltiazem), isoptin SR pro (verapamil), tiazac pro (diltiazem), cartia XT pro (diltiazem), cardizem LA pro (diltiazem), dan calan pro (verapamil).

    5. Obat aritmia lainnya

    Selain itu, ada juga beberapa jenis obat lain yang digunakan untuk pengobatan aritmia , di antaranya:

    Adenosine

    Adenosine adalah obat yang digunakan untuk mengobati beragam jenis aritmia dan diminum selama tes stres jantung berlangsung. Obat ini tersedia dalam bentuk cair yang cara pemakaiannya disuntikkan ke pembuluh darah. Obat ini tidak boleh digunakan bersamaan obat lain yang mengandung kafein, karena berisiko menimbulkan efek samping.

    Jika Anda punya masalah kejang, asma, atau emfisema (penyakit paru obstruktif kronis), beri tahukan dokter sebelum menggunakan obat antiaritmia ini. Kemungkinan efek samping yang bisa saja terjadi meliputi kejang, nyeri dada, sesak napas, sakit kepala, dan mati rasa mendadak.

    Digoxin

    Obat digoxin biasanya digunakan untuk mengobati gagal jantung dan aritmia. Fungsi dari obat ini adalah membantu jantung bekerja lebih baik sekaligus mengontrol detak jantung tetap normal.

    Digoxin tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, dan cairan dan biasanya hanya diminum satu kali sehari. Beri tahu dokter, jika Anda menggunakan obat antasida, antibiotik, atau obat jantung lainnya.

    Efek samping yang mungkin terjadi setelah Anda menggunakan obat antiaritmia ini antara lain pusing, detak jantung tidak beraturan, penglihatan terganggu, mual dan muntah, serta diare.

    Hal yang harus diperhatikan saat konsumsi obat aritmia

    Minum obat sebagai langkah pengobatan aritmia memang jadi cara ampuh untuk mengendalikan gejala. Akan tetapi, boleh atau tidaknya Anda menggunakan pengobatan aritmia tersebut harus perlu izin dari dokter. Pasalnya, tidak semua obat aman digunakan pada orang dengan masalah kesehatan tertentu.

    Di samping itu, beberapa orang juga memberikan reaksi terhadap obat yang berbeda-beda. Itulah sebabnya, ada beberapa orang yang tidak cocok minum obat aritmia tertentu karena tubuhnya memberikan reaksi yang tidak biasa. Aturan dosis dan waktu minum obat juga harus sesuai dengan saran dokter.

    Tanyakan pada dokter spesialis jantung yang menangani kondisi berbagai hal yang mungkin perlu Anda hindari atau batasi, seperti minum kopi, alkohol, atau obat-obat lain.

    Cara mengobati aritmia selain minum obat

    Jika pengobatan aritmia berupa konsumsi obat tidak juga meredakan gangguan irama jantung, dokter akan melakukan tindakan lebih lanjut, yakni merekomendasikan prosedur medis.

    Dilansir dari laman National Heart, Lung, and Blood Institute,  prosedur medis yang dilakukan sebagai cara untuk mengobati aritmia, meliputi:

    1. Kardioversi

    Kardioversi atau dikenal juga dengan defibrilasi adalah prosedur medis yang perlu dilakukan ketika pasien aritmia mengalami serangan jantung mendadak. Perlu juga dilakukan pasien atrial fibrilasi berisiko tinggi mengalami stroke atau gagal jantung.

    Kardioversi biasanya dilakukan oleh dokter ahli bedah jantung, yang memakan waktu beberapa menit. Persiapannya diawali dengan pemberian anestesi pada pembuluh darah untuk membuat Anda hilang kesadaran. Kemudian, alat elektroda akan dipasang di dada atau punggung Anda.

    Pada alat tersebut terdapat mesin kardioversi yang akan merekam aktivitas listrik jantung dan mengirimkan kejutan ke jantung. Setelah siap, satu atau lebih kejutan akan dikirimkan untuk mengembalikan ritme jantung normal.

    Setelah prosedur dilakukan, Anda harus beristirahat selama beberapa jam di rumah sakit. Dokter dan petugas medis akan mengawasi irama jantung dan tekanan darah untuk menghindari komplikasi. Setelah diperbolehkan pulang, Anda akan diresepkan obat aritmia.

    Meskipun jarang, kardioversi dapat menimbulkan efek samping, contohnya ruam kemerahan di kulit, pecahnya gumpalan darah yang akhirnya menyebabkan stroke. Selain obat antiaritmia, Anda juga akan diberikan obat antikoagulan atau antiplatelet.

    2. Ablasi radio frekuensi

    Ablasi radio frekuensi adalah prosedur penanganan aritmia dengan menggunakan sinyal radio frekuensi yang dikirim dengan membuat luka sayatan. Proses pembentukan luka sayat biasanya menggunakan energi cahaya laser atau energi dingin (cryoablation).

    Prosedur ini dilakukan khusus untuk mengobati jenis aritmia tertentu, contohnya fibrilasi ventrikel dan atrial fibrilasi.

    Semua jenis ablasi membutuhkan kateterisasi jantung untuk menempatkan tabung fleksibel ke dalam jantung. Namun sebelum dilakukan, Anda akan lebih dulu diberi anestesi agar lebih rileks dan tidak merasakan sakit. Lubang untuk memasukkan kateter dibuat di sekitar area lengan, pangkal paha, paha bagian atas, atau leher.

    Metode pencitraan fluoroskopi juga dibutuhkan untuk membantu dokter bedah melihat posisi kateter menuju jantung. Beberapa kateter kadang dilengkapi elektroda kawat untuk merekam dan menemukan sumber detak jantung abnormal.

    Setelah kateter berhasil masuk ke tempat yang dituju, gelombang energi akan dikirimkan untuk menciptakan bekas luka (garis ablasi). Bekas luka inilah yang akan menjadi penghalang impuls listrik dari jaringan yang rusak agar aritmia tidak kembali terjadi.

    Setelah itu, dokter akan menarik kateter dan menutup luka Anda. Biasanya akan diminta untuk bermalam di rumah sakit untuk pemantauan pengobatan lebih dalam. Anda juga dilarang banyak bergerak, untuk mencegah terjadi perdarahan di bekas luka. Oleh karena itu, dokter akan memberikan obat aritmia dan obat lain untuk mendukung pemulihan tubuh.

    Sama seperti kardioversi, prosedur ablasi jantung juga bisa menimbulkan efek samping, seperti infeksi, perdarahan, kerusakan pembuluh darah, dan pembekuan darah.

    3. Alat pacu jantung

    Selain prosedur bedah, perawatan aritmia juga bisa dengan menggunakan alat pacu jantung. Alat ini ditempatkan pada dada atau perut untuk membantu mengendalikan irama jantung yang tidak normal dengan cara mengirimkan impuls listrik ke jantung.

    Penggunaan alat pacu jantung dapat mencegah kelelahan dan pingsan sehingga membantu pasien aritmia jadi lebih aktif. Penggunaan alat bantu jantung ini bisa bersifat sementara atau permanen, bergantung dengan kondisi kesehatan pasien.

    4. Implantable cardioverter-defibrillator (ICD)

    Selain alat pacu jantung, tersedia juga alat Implantable cardioverter-defibrillator (ICD). Alat ini direkomendasikan untuk pasien yang mengalami detak jantung sangat cepat, seperti ventricular tachycardia. Begitu juga dengan orang yang berisiko mengalami serangan jantung mendadak, penggunaan alat sangat direkomendasikan.

    ICD adalah alat bertenaga baterai yang ditanamkan di bawah kulit dekat tulang selangka, mirip dengan alat pacu jantung. Satu atau lebih kabelnya yang berujung elektroda dialirkan melalui vena ke jantung. Tujuannya, untuk memonitori irama jantung Anda.

    Meskipun Anda menggunakan alat ini, obat aritmia dan obat lain tetap perlu diminum untuk menjaga fungsi jantung tetap stabil.

    5. Maze procedure

    Seorang ahli bedah akan membuat sayatan di jaringan jantung bagian atas untuk membuat jaringan parut berbentuk labirin. Itulah sebabnya, prosedur ini dinamai Maze procedure.

    Tujuan dari perawatan ini adalah membuat jaringan sebagai penghalang agar impuls listrik tidak lagi menyebabkan aritmia. Biasanya ini dilakukan ketika prosedur medis yang sebelumnya tidak mengatasi aritmia secara efektif.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 29/06/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan