Pekerjaan yang menguras waktu dan tenaga bisa sangat melelahkan. Akibatnya, stres tidak lagi terhindarkan. Bukan hanya stres biasa, tekanan akibat pekerjaan nyatanya bisa menimbulkan masalah kesehatan yang disebut burnout syndrome.
Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Pekerjaan yang menguras waktu dan tenaga bisa sangat melelahkan. Akibatnya, stres tidak lagi terhindarkan. Bukan hanya stres biasa, tekanan akibat pekerjaan nyatanya bisa menimbulkan masalah kesehatan yang disebut burnout syndrome.
Burnout syndrome adalah salah satu kondisi stres yang berhubungan dengan pekerjaan. Maka dari itu, kondisi ini juga dikenal sebagai occupational burnout atau job burnout.
Kondisi ini ditandai dengan kelelahan fisik dan emosional yang diakibatkan oleh ekspektasi dan kenyataan dalam pekerjaan tidak berjalan sesuai apa yang dibayangkan.
Stres akibat pekerjaan juga bisa terjadi ketika Anda merasa kewalahan dengan perintah atasan yang terus-menerus datang, tetapi Anda tidak bisa memenuhinya.
Jika kondisi ini terus dibiarkan, Anda bisa mulai kehilangan minat pada pekerjaan dan tidak lagi menemukan motivasi untuk melakukannya. Produktivitas kerja pun akhirnya menurun.
Dilansir dari Mayo Clinic, beberapa ahli menyebut bahwa kondisi psikologis lain juga melatarbelakangi terjadinya stres akibat pekerjaan.
Namun, sejumlah penelitian juga menyebutkan seseorang yang menunjukkan tanda-tanda stres burnout syndrome mengaku bahwa pekerjaan mereka bukanlah penyebabnya.
Burnout syndrome dapat terjadi karena beberapa kemungkinan penyebab seperti berikut ini.
Burnout syndrome tidak terjadi hanya dalam semalam. Anda mungkin tidak merasakan gejala pada awalnya, tetapi gejala yang muncul bisa menjadi lebih buruk seiring berjalannya waktu.
Secara umum, ciri-ciri stres akibat kerja bisa terlihat dari kondisi fisik, emosional, dan perilaku seperti berikut ini.
Orang yang mengalami job burnout kerap merasa kelelahan. Hal ini ditandai dengan perasaan lemas, kehabisan energi, dan perasaan buntu saat mengatasi masalah kerja.
Selain itu, gejala fisik lainnya yang juga sering muncul, meliputi:
Orang yang mengalami burnout merasa bahwa pekerjaannya amat banyak sehingga membuatnya stres dan frustrasi. Akibatnya, mereka mungkin mengasingkan diri dari pekerjaan.
Tak hanya itu, berikut merupakan beberapa gejala emosional lain yang mungkin Anda alami.
Gejala fisik dan emosional di atas dapat memengaruhi kebiasaan dalam bekerja. Anda mungkin jadi suka menunda pekerjaan atau bahkan tidak mengerjakan tugas yang diberikan.
Kondisi ini bisa membuat Anda menjadi tidak produktif dan menurunkan kinerja. Gejala lain yang terkait antara lain:
Anda mungkin merasa bahwa tidak ada satu orang pun yang berusaha menolong diri Anda saat mengalami burnout syndrome.
Akan tetapi, langkah-langkah berikut ini bisa Anda lakukan untuk membantu mengatasi burnout.
Resign atau berhenti dari pekerjaan tidak selamanya tepat untuk mencegah burnout syndrome.
Sebelum buru-buru mengajukan resign, Anda bisa mencoba mengubah pola pikir dan sudut pandang terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya stres akibat pekerjaan.
Berikut ini adalah beberapa tips lain yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi risiko burnout.
Semenyebalkan apa pun pekerjaan Anda, fokuslah pada hal yang Anda sukai. Misalnya, pekerjaan ini menyulitkan, tetapi Anda bahagia melihat orang lain terbantu dengan hasil kerja Anda.
Bahkan, hal-hal sesederhana teman-teman kerja yang menyenangkan di tengah buruknya lingkungan kerja dan pekerjaan bisa menjadi sesuatu yang positif.
Penting untuk membangun hubungan dengan sesama rekan kerja. Pasalnya, mereka bisa saja membuat stres karena pekerjaan sehari-hari berkurang.
Berteman dengan rekan kerja akan memudahkan Anda membangun obrolan. Hal itu juga bisa membantu Anda mengurangi stres agar tidak telanjur terjebak pada burnout syndrome.
Cobalah menemukan kembali diri Anda dari lingkungan sekitar, seperti keluarga dan teman-teman.
Orang terdekat pasti masih sangat menghargai keberadaan Anda di tengah-tengah mereka. Anda juga bisa menemukan hobi atau mencari kegiatan lain yang membuat Anda bahagia.
Jika burnout tidak terhindarkan, cobalah beristirahat sejenak dari rutinitas pekerjaan Anda. Tidak perlu ragu mengambil cuti untuk berlibur dan beristirahat sejenak dari kesibukan.
Liburan membantu mengalihkan perhatian dari pekerjaan yang memenjarakan Anda. Gunakan waktu ini untuk “mengisi ulang” tenaga dan menyegarkan pikiran.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar