backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Mengulik Beda Mania dan Hipomania pada Gangguan Bipolar

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 06/02/2024

Mengulik Beda Mania dan Hipomania pada Gangguan Bipolar

Gangguan bipolar merupakan masalah mental yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang ekstrem. Seseorang dengan gangguan bipolar bisa mengalami fase mania, hipomania, dan depresi.

Meski terlihat sama, ada sejumlah perbedaan antara mania dan hipomania. Simak informasi berikut untuk penjelasannya.

Apa itu mania dan hipomania?

Hampir setiap orang pasti pernah mengalami perubahan suasana hati atau mood. Namun, ini berbeda dengan yang dialami pengidap gangguan bipolar (bipolar disorder).

Mereka mengalami perubahan mood secara ekstrem dalam waktu yang bervariasi, dari beberapa hari sekali hingga beberapa jam.

Perubahan mood pada pasien gangguan bipolar dapat dibedakan menjadi tiga fase atau episode, yaitu mania, hipomania, dan depresi.

Mania adalah kondisi yang membuat seseorang merasa sangat bersemangat, baik secara fisik maupun mental.

Selama fase ini, pasien gangguan bipolar akan lebih banyak berbicara, memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi, dan kerap membuat keputusan yang tidak rasional. 

Sementara itu, hipomania adalah bentuk mania yang lebih ringan. Perubahan mood selama fase hipomania mungkin tidak terlalu terlihat. 

Akan tetapi, orang-orang terdekat seperti kekasih atau keluarga biasanya mengetahui perubahan perilaku pengidap gangguan bipolar selama fase hipomania.

Perbedaan mania dan hipomania

Trikotilomania

Berikut adalah cara yang bisa Anda gunakan untuk membedakan fase mania dan hipomania pada seseorang dengan gangguan bipolar.

Penting untuk mengetahui perbedaan keduanya karena mania dan hipomania bisa menunjukkan jenis gangguan bipolar yang berbeda.

1. Gejala dan tingkat keparahan

Dikutip dari situs Mind UK, mania dan hipomania memiliki gejala yang hampir sama, yakni perubahan perilaku sehingga pengidapnya menjadi lebih bersemangat.

Selain itu, berikut adalah gejala lain yang kerap muncul pada pasien bipolar yang manik dan hipomanik.

  • Rasa senang berlebihan yang tidak beralasan.
  • Sangat bersemangat sehingga lebih aktif dari biasanya.
  • Berpikir dengan cepat sehingga kerap membuat keputusan yang buruk.
  • Konsentrasi mudah teralihkan oleh hal-hal yang tidak penting.
  • Waktu tidur yang jauh berkurang.
  • Kerap berbicara melantur.
  • Tiba-tiba menjadi gelisah.

Meski gejalanya sama, kedua kondisi ini dapat dibedakan berdasarkan tingkat keparahannya. Pengidap mania biasanya jadi sulit menjalankan aktivitasnya.

Sementara itu, gejala hipomania mungkin tidak terlalu berpengaruh terhadap pasien bipolar sehingga mereka bisa melakukan aktivitas seperti biasanya.

2. Kemunculan gejala psikosis

Pada kondisi yang sudah cukup parah, fase mania bisa saja diikuti dengan kemunculan gejala psikosis, yaitu ketidakmampuan untuk membedakan imajinasi dan kenyataan (delusi).

Alhasil, mereka bisa melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada (berhalusinasi) atau merasa dalam bahaya (paranoid).

Sementara itu, gejala psikosis biasanya tidak dialami oleh seseorang dalam fase hipomania.

3. Durasi atau lamanya episode

Selain dari tingkat keparahannya, hipomania dan mania dapat dibedakan dari seberapa lama gejala tersebut muncul.

Menurut American Psychiatric Association, episode manik biasanya berlangsung selama setidaknya satu minggu.

Sementara itu, kegembiraan yang berlebihan pada fase hipomanik biasanya berlangsung lebih singkat, paling lama empat hari.

4. Gangguan bipolar yang berbeda

Mania dan hipomania bisa menjadi gejala dari jenis gangguan bipolar yang berbeda. Episode manik adalah ciri khas dari gangguan bipolar tipe 1.

Gejala gangguan bipolar tipe 1 biasanya diawali dengan episode hipomanik, kemudian berlanjut ke episode depresi.

Selain gangguan bipolar, mania juga bisa menjadi gejala gangguan mental berikut ini.

  • Depresi musiman: depresi ringan karena perubahan musim.
  • Gangguan skizoafektif: gabungan gejala gangguan mood dan skizofrenia.
  • Psikosis postpartum: gangguan mental serius setelah persalinan.
  • Siklotimia: perubahan suasana drastis, tetapi lebih ringan dari gangguan bipolar.

Sementara itu, seseorang yang hanya mengalami fase hipomanik akan dikategorikan sebagai pengidap gangguan bipolar tipe 2.

Bagaimana cara mengatasi mania dan hipomania?

Jika dilihat dari tingkat keparahan, durasi, serta gejala lain yang menyertainya, gangguan bipolar yang sudah memasuki episode mania perlu ditangani melalui konsultasi ke psikolog atau psikiater.

Pasalnya, sangat sulit membuat seseorang yang berada dalam fase manik untuk kembali lebih tenang dan mengendalikan diri.

Fase hipomania mungkin tidak menimbulkan dampak sebesar mania. Akan tetapi, pasien yang aktivitasnya terganggu akibat hipomania juga perlu mendapatkan penanganan dari ahlinya.

Psikolog atau psikiater akan memberikan pengobatan sesuai hasil diagnosis yang mengacu pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).

Gangguan bipolar biasanya ditangani dengan terapi psikologis (psikoterapi) dan obat-obatan yang disesuaikan dengan kondisi pasien, seperti antidepresan, antipsikotik, obat penstabil mood, dan lain sebagainya.

Pada dasarnya, gangguan bipolar tidak bisa disembuhkan sepenuhnya. Namun, perawatan yang tepat bisa menurunkan tingkat keparahan gejalanya sehingga kualitas hidup pengidapnya dapat meningkat.

Mania vs hipomania

  • Mania dan hipomania adalah fase yang dimiliki pengidap gangguan bipolar, ditandai dengan perubahan mood menjadi sangat bahagia dan lebih banyak berbicara.
  • Keduanya memiliki gejala serupa, tetapi mania cenderung lebih parah. Dalam fase ini, aktivitas sehari-hari pasien sudah mulai terganggu.
  • Fase mania dikategorikan sebagai gangguan bipolar tipe satu, sementara hipomania tipe dua.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 06/02/2024

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan