backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

3

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Albuminuria (Ginjal Bocor)

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Lika Aprilia Samiadi · Tanggal diperbarui 06/10/2021

Albuminuria (Ginjal Bocor)

Definisi albuminuria (ginjal bocor)

Albuminuria atau proteinuria adalah kondisi urine atau air kencing mengandung jumlah albumin yang tidak normal. Kondisi ini disebut juga dengan ginjal bocor.

Albumin merupakan salah satu jenis protein dalam darah. Kondisi ini bukanlah penyakit, tetapi merupakan gejala yang bisa menandakan penyakit tertentu.

Organ ginjal yang sehat tidak membiarkan jumlah protein keluar terlalu banyak melalui filter ginjal. Namun, filter yang rusak akibat penyakit ginjal dapat membuat protein seperti albumin bocor dari darah ke dalam urine.

Kondisi yang kerap disebut ginjal bocor ini sering kali merupakan gejala sakit ginjal, terutama jika Anda mengalami proteinuria berat di mana urine mengandung protein sebanyak 2 – 3 gram per hari.

Seberapa umumkah albuminuria (ginjal bocor)?

Kondisi ini dapat terjadi pada pasien dengan usia berapapun. Albuminuria dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risiko. Diskusikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.

Tanda dan gejala ginjal bocor

Biasanya pasien yang memiliki kondisi ginjal bocor tidak menunjukkan gejala, terutama saat penyakit baru muncul.

Namun, albuminuria dapat menimbulkan gejala setelah penyakitnya menjadi lebih parah, beberapa di antaranya adalah:

  • urinasi yang lebih sering (overactive bladder),
  • sesak napas,
  • mual dan muntah,
  • kelelahan,
  • menghilangnya nafsu makan,
  • pembengkakan di area wajah, perut, atau kaki dan sekitar pergelangannya,
  • kram otot pada malam hari,
  • mata bengkak, serta
  • urine yang berbusa.

Gejala albuminuria ini juga merupakan tanda dari penyakit ginjal kronis. Selain itu, tingginya jumlah protein dalam urine juga akan menimbulkan kondisi bernama sindrom nefrotik.

Sindrom nefrotik menyebabkan penimbunan air di dalam tubuh. Kelebihan air inilah yang akan membuat tubuh Anda membengkak di beberapa bagian.

Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.

Kapan harus periksa ke dokter?

Anda harus periksa ke dokter ketika telah merasakan satu atau lebih dari berbagai gejala. Terutama jika Anda mulai mengalami pembengkakan dan urine berbusa, segera kunjungi dokter agar mendapatkan penanganan secepatnya.

Penyebab dan faktor risiko

Apa penyebab albuminuria (ginjal bocor)?

Protein bisa masuk ke dalam urine bila ginjal tidak bekerja dengan baik. Pembuluh darah dalam ginjal yang bernama glomerulus bekerja dengan menyaring produk sisa dari darah dan menjaga komponen yang diperlukan tubuh, termasuk protein. 

Glomerulus akan memastikan protein dan sel darah yang lebih besar tidak masuk ke dalam urine. Jika ada yang masuk pun bagian tubulus ginjal akan menangkap kembali protein tersebut dan menyimpannya di dalam tubuh.

Namun ketika keduanya mengalami gangguan atau jika ada beban protein berlebihan, protein ini akan ikut mengalir dalam urine sehingga timbul kondisi albuminuria.

Selain itu, adanya batu saluran kemih juga bisa menyebabkan proteinuria.

Tak hanya penyakit yang berhubungan dengan ginjal, penyakit ini bisa disebabkan oleh kondisi kesehatan yang berlangsung sementara seperti dehidrasi, peradangan, dan tekanan darah rendah.

Olahraga yang terlalu intens, stres, pemakaian obat aspirin, dan paparan terhadap dingin adalah penyebab lain yang mungkin bisa menimbulkan terjadinya albuminuria.

Apa yang meningkatkan risiko terkena kondisi ini?

Ada beberapa faktor yang bisa membuat Anda lebih berisiko terkena ginjal bocor. Dua kondisi yang paling sering menjadi pemicunya yaitu penyakit diabetes dan tekanan darah tinggi (hipertensi).

Jenis lain dari penyakit ginjal yang tidak terkait dengan diabetes atau tekanan darah tinggi juga dapat menyebabkan protein bocor ke urine.

Faktor risiko lainnya meliputi:

  • obesitas,
  • usia di atas 65, dan
  • riwayat keluarga terhadap penyakit ginjal.

Beberapa orang memiliki lebih banyak protein dalam urine saat berdiri daripada saat berbaring. Kondisi ini disebut orthostatic proteinuria.

Ada juga berbagai kondisi yang turut memicu peningkatan kadar protein dalam urine, meliputi:

  • penyakit autoimun,
  • kanker sel plasma (multiple myeloma),
  • penyakit jantung,
  • peradangan ginjal akut,
  • preeklampsia, komplikasi berupa tekanan darah tinggi pada ibu hamil,
  • hemolisis intravaskular atau penghancuran sel darah merah dan pelepasan hemoglobin dalam aliran darah, serta
  • kanker ginjal.

Diagnosis

Albuminuria dapat dideteksi dengan tes urine. Anda tak memerlukan persiapan khusus untuk melakukannya. Bahkan tes ini juga bisa dilakukan di rumah, mengikuti instruksi yang diberikan oleh dokter.

Tes dipstick

Tes sederhana yaitu tes urine dengan menggunakan dipstick (strip plastik kecil dengan kertas indikator) yang dapat mendeteksi jumlah protein yang sangat kecil. Nantinya jika ada terlalu banyak zat yang terkandung pada urine, bagian ujungnya akan berubah warna.

Karena protein dalam urine hanya bisa bertahan sementara, tes ini harus dilakukan secara rutin untuk menentukan apakah Anda benar-benar mengalami masalah pada ginjal.

Tes dipstick sangat sensitif, tapi belum bisa benar-benar memastikan adanya kondisi albuminuria. Sebab, tes ini belum dapat mengukur dengan persis seberapa banyak protein albumin dalam urine.

Untuk mendapatkan pengukuran yang tepat, urine harus diperiksa di laboratorium. Ketika hasilnya belum meyakinkan, sisa urine diperiksa di bawah mikroskop.

Dari pengamatan tersebut, dokter akan mengetahui zat-zat yang seharusnya tak ada pada urine, seperti sel darah merah dan putih, bakteri, atau kristal yang bisa tumbuh menjadi batu ginjal.

Satu kali hasil tes urine yang positif mengandung protein belum bisa menentukan apakah Anda benar-benar mengalami penyakit ginjal. Namun jika hasil tetap positif setiap Anda melakukan tesnya, maka besar kemungkinan ginjal mengalami masalah.

Tes kadar albumin dan kreatinin

Tes ini dilakukan untuk menunjukkan seberapa banyak kadar protein albumin dan kreatinin yang telah dikeluarkan dalam 24 jam pada urine. Kreatinin adalah produk limbah yang telah disaring di ginjal lalu dikeluarkan dengan mengalirnya urine.

Albumin-to-creatinine ratio (ACR) dikatakan tinggi bila hasilnya di atas 30, hal ini menunjukkan adanya kemungkinan proteinuria. Semakin tinggi levelnya, akan semakin berbahaya pula dampaknya.

ACR yang berkisar antara 3 – 30 biasanya tidak memerlukan tindakan, tetapi pasien perlu melakukan pemeriksaan setiap tahun. Sementara ACR yang kurang dari 3 mg/mmol tidak memerlukan tindakan lebih lanjut.

Pemeriksaan lebih lanjut

Apabila ACR tinggi, dokter akan melihat riwayat kesehatan pasien dan keluarganya, lalu melakukan pemeriksaan ginjal lebih lanjut. Pemeriksaan tersebut bisa meliputi:

  • Tes darah. Tes darah dilakukan untuk mengukur kadar kreatinin, protein, dan memperkirakan laju filtrasi glomerulus. Tes ini juga bisa menjadi gambaran atas seberapa baik ginjal Anda bekerja.
  • Tes pemindaian. Tes seperti CT scan atau ultrasounds dapat menunjukkan gambar ginjal yang akan membantu dokter menemukan masalah di dalamnya.
  • Elektroforesis protein urine. Dokter akan melihat jenis protein tertentu dalam sampel urine yang bisa mengindikasikan suatu penyakit.
  • Tes darah imunoterapi. Tes bertujuan untuk menemukan protein bernama imunoglobulin yang merupakan antibodi pelawan infeksi dalam darah.
  • Biopsi ginjal. Prosedur ini melibatkan pengangkatan sebagian kecil organ ginjal. Nantinya sampel ini akan diperiksa di bawah mikroskop.

Pengobatan ginjal bocor

Albuminuria bukanlah penyakit yang spesifik, sehingga perawatan tergantung pada identifikasi dan penanganan penyebab. Umumnya, jika proteinuria yang diderita cenderung normal, Anda tidak memerlukan perawatan.

Lain lagi apabila kondisi disebabkan oleh penyakit ginjal, perawatan medis yang tepat sangat penting dilakukan. Penyakit ginjal kronis yang tidak diatasi dapat menyebabkan gagal ginjal.

Obat-obatan kadang diberikan, terutama pada orang dengan diabetes dan/atau tekanan darah tinggi. Obat dapat berasal dari dua kelas obat, yaitu ACE (angiotensin-converting enzyme) inhibitors dan ARB (angiotensin receptor blockers).

Dua jenis obat tersebut sebenarnya lebih banyak digunakan untuk membantu menurunkan tekanan darah. Namun pada pasien yang mengalami albuminuria, obat ini bisa membantu melindungi ginjal dari kerusakan.

Perawatan yang tepat–terutama pada pasien dengan penyakit kronis seperti diabetes dan tekanan darah tinggi–penting dilakukan untuk mencegah kerusakan ginjal progresif yang menyebabkan timbulnya kondisi albuminuria.

Pada pasien dengan diabetes dan tekanan darah tinggi, pasien yang mengalami albuminuria juga harus mengontrol kadar gula darah.

Selain itu, pasien diabetes harus melakukan tes laju filtrasi glomerulus (GFR) setiap tahunnya. Jika ada masalah pada ginjal, pasien akan dirujuk ke nephrologist, dokter yang berspesialisasi dalam bidang penyakit ginjal.

Sedangkan jika albuminuria terjadi pada ibu hamil yang memiliki preeklamsia, kondisinya harus lebih diawasi. Untungnya, kebanyakan albuminuria akan sembuh sendiri setelah bayinya lahir.

Walau jika pasien tidak memiliki penyakit lain seperti diabetes, masalah tekanan darah, atau kondisi lain, obat tekanan darah mungkin masih akan diresepkan untuk mencegah kerusakan ginjal.

Pengobatan albuminuria di rumah

Karena kondisi ini bisa disebabkan oleh penyakit yang Anda derita, maka Anda harus melakukan perawatan yang bertujuan untuk menjauhi hal-hal yang menjadi pemicu gejalanya.

Namun, umumnya Anda harus melakukan berbagai perubahan, terutama pada pola makan Anda. Di bawah ini cara yang dapat membantu Anda mengatasi albuminuria.

  • Jika Anda memiliki kondisi retensi air yang menyebabkan albuminuria, batasi jumlah asupan garam beserta air pada pola makan harian. Natrium dalam garam juga meningkatkan tekanan kapiler glomerulus yang membuat kerjanya jadi terganggu.
  • Jika Anda memiliki tekanan darah tinggi, juga kurangi garam dalam makanan, dan atur pola makan dengan baik.
  • Jagalah berat tubuh Anda tetap pada angka yang sehat. Obesitas (kegemukan) sudah sering menjadi pemicu akan timbulnya berbagai masalah kesehatan, tak terkecuali untuk kesehatan ginjal dan sistem urinasi Anda. Selain makan makanan sehat, buat juga tubuh Anda menjadi lebih aktif dengan berolahraga atau aktivitas fisik lainnya.

Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Lika Aprilia Samiadi · Tanggal diperbarui 06/10/2021

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan