backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Obat Sakit Kepala yang Diperbolehkan untuk Ibu Hamil

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Atifa Adlina · Tanggal diperbarui 02/09/2020

    Obat Sakit Kepala yang Diperbolehkan untuk Ibu Hamil

    Ibu hamil harus lebih cermat untuk memilih obat sakit kepala yang aman. Pasalnya, efek samping dari obat tertentu dapat berisiko pada kesehatan Anda dan bayi di dalam kandungan. Lalu, obat sakit kepala apa yang boleh dikonsumsi dan dihindari?

    Obat sakit kepala yang aman untuk ibu hamil

    obat rematik ibu hamil

    Dikutip dari American Pregnancy, selama trisemester pertama tubuh Anda mengalami lonjakan hormon serta peningkatan volume darah. Ternyata, dua perubahan ini merupakan penyebab utama kenapa ibu hamil sering sakit kepala.

    Namun, jangan sembarangan memilih obat pereda sakit kepala. Baiknya ibu hamil harus selalu berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter jika ingin mengonsumsi obat-obatan untuk meredakan sakit kepala. Namun pada uumnya, berikut pilihan obat yang diperbolehkan dokter:

    1. Paracetamol

    Paracetamol adalah obat pereda nyeri yang termasuk golongan analgesik. Cara kerja obat ini adalah dengan menghambat produksi hormon prostaglandin yang memicu rasa sakit sekaligus mengubah cara tubuh menerima rasa sakit.

    Paracetamol dipercaya lebih ampuh ketimbang ibuprofen untuk mengatasi sakit kepala, khususnya sakit kepala tegang.

    Menurut Food and Drugs Administration (FDA) di Amerika atau setara dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Indonesia, paracetamol termasuk kategori B dalam risiko kehamilan. Artinya, obat ini ditemukan tidak berisiko dan tergolong aman digunakan untuk ibu hamil.

    Dosis obat sakit kepala ini yaitu sekitar 325 miligram (mg) dan digunakan selama 6 jam sekali. Sebaiknya, penggunaan obat ini tidak melebihi 24 jam 10 tablet dalam kurun waktu 24 jam. Dosis maksimum yang bisa digunakan dalam sehari tidak lebih dari 4000 mg.

    Paracematol bisa dibeli secara bebas di apotek. Namun, Anda tetap disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi untuk meminimalkan risiko efek samping acetaminophen. Pasalnya, tidak semua ibu hamil memiliki kondisi yang persis sama.

    Dokter dapat membantu Anda menentukan apakah penggunaan obat ini aman untuk kondisi kesehatan Anda dan bayi di dalam kandungan.

    Selain itu, obat ini juga berpotensi memberikan efek samping tertentu seperti ruam kulit, gatal, pembengkakan di area tubuh, suara serak, hingga kesulitan bernapas dan menelan. Jadi, obat ini tidak disarankan untuk penggunaan jangka panjang.

    2. Sumatriptan

    Sumatriptan adalah obat yang diguakan untuk mengobati migrain dan sakit kepala kluster.

    Obat sakit kepala ini bekerja memengaruhi zat alami tertentu seperti serotonin yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah di otak. Obat ini juga dapat mengurangi rasa sakit dengan memengaruhi saraf tertentu dalam otak.

    Studi pada hewan menunjukkan bahwa konsumsi sumatriptan pada ibu hamail dapat memberikan efek negatif pada bayi. Namun pada penelitian-penelitian yang dilakukan pada manusia, tidak ada efek negatif yang muncul pada bayi ketika sang ibu mengonsumsi sumatriptan.

    Dosis yang dianjurkan untuk orang dewasa adalah satu tablet (25 mg, 50 mg, atau 100 mg) dan diminum saat gejala datang. Belum ada anjuran khusus untuk dikonsumsi ibu hamil. Sebaiknya, Anda berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

    Obat sakit kepala yang tidak boleh digunakan untuk ibu hamil

    dosis amoxicillin untuk ibu hamil

    Tidak semua obat sakit kepala boleh dikonsumsi oleh ibu hamil. Bahkan ada obat yang biasanya digunakan untuk meredakan sakit kepala, namun tidak boleh digunakan sebagai obat untuk ibu hamil. Misalnya, aspirin dan ibuprofen.

    1. Aspirin

    Aspirin tidak disarankan dijadikan obat sakit kepala untuk ibu hamil. Risiko efek sampingnya dapat berdampak buruk di setiap trisemester kehamilan.

    Penggunaan aspirin pada trisemester pertama kehamilan, misalnya, dapat menyebabkan keguguran dan masalah jantung. Sementara itu, penggunaan aspirin pada trisemester ketiga dapat meningkatkan risiko penyumbatan pada pembuluh darah pada jantung bayi dalam kandungan. Aspirin juga dapat meningkatkan risiko perdarahan pada otak bayi yang lahir prematur.

    Obat ini juga masuk ke dalam risiko kehamilan kategori D menurut FDA. Artinya terdapat bukti positif dari risiko untuk ibu hamil. Oleh sebab itu, ibu hamil tidak disarankan menggunakan aspirin untuk meredakan rasa sakit demi menghindari dampak negatif yang mungkin terjadi.

    2. Ibuprofen

    Sebenarnya masih belum dapat dipastikan apakah ibuprofen tergolong aman atau tidak untuk digunakan sebagai obat sakit kepala pada ibu hamil. Namun, sebaiknya ibu hamil hindari dulu menggunakan obat ini untuk meredakan sakit kepala.

    Sesuai dengan daftar risiko kehamilan yang ditentukan oleh Food and Drugs Administration (FDA) atau setara dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Indonesia, ibuprofen termasuk ke dalam kategori C.

    Kategori tersebut menunjukkan bahwa ibuprofen mungkin berisiko pada ibu hamil dan janin sehingga lebih baik dihindari. Apalagi jika Anda menggunakan obat ini sebelum memasuki usia kehamilan 30 minggu. Obat ini berpotensi meningkatkan risiko komplikasi kehamilan, termasuk keguguran.

    Obat ini juga lebih baik dihindari oleh ibu hamil saat usia kehamilannya telah menginjak lebih dari 30 minggu, kecuali jika diresepkan oleh dokter. Biasanya, dokter telah mempertimbangkan potensi risiko dan manfaat penggunaan obat sebelum meresepkan obat.

    Cara lain untuk mengatasi sakit kepala pada ibu hamil

    Pada dasarnya, cara alami seperti relaksasi, yoga, dan mengurangi stres cenderung lebih aman dilakukan jika dibandingkan penggunaan obat. Maka dari itu, di samping menggunakan obat, ibu hamil juga bisa menerapkan cara rumahan seperti berikut.

    1. Berolahraga

    manfaat prenatal yoga hamil

    Selain mengonsumsi obat sakit kepala, olahraga juga bisa dilakukan oleh ibu hamil untuk meredakan sakit kepala. Tidak perlu melakukan kegiatan olahraga yang berat, ibu hamil bisa melakukan olahraga yang masih kuat dijalaninya. Misal, berjalan, mengikuti kelas olahraga khusus untuk ibu hamil, atau berenang.

    Jika Anda memilih untuk berenang, pastikan Anda tidak melakukan gerakan yang membuat Anda harus menggerakkan leher terus-menerus. Pasalnya, terlalu sering menggerakkan leher saat sedang berenang justru meningkatkan potensi sakit kepala yang Anda alami.

    Tidak hanya itu, sebagai ibu hamil, Anda juga bisa melakukan kegiatan relaksasi seperti yoga dan meditasi untuk meredakan sakit kepala.

    2. Hindari faktor penyebab sakit kepala

    stres dan depresi saat hamil

    Tidak semua ibu hamil memiliki penyebab sakit kepala yang sama. Maka dari itu, Anda harus mencari tahu terlebih dahulu penyebab dari sakit yang Anda alami sebelum mengonsumsi obat sakit kepala. Hal itu juga akan membuat Anda lebih mudah mengatasi sakit kepala yang Anda rasakan.

    Misalnya, jika Anda merasa sakit kepala yang Anda alami disebabkan oleh makanan tertentu, Anda bisa menghindari makanan tersebut. Namun, jika sakit kepala Anda ternyata dipicu oleh stres, Anda bisa berusaha menata hati dan pikiran agar tidak mudah stres.

    3. Biasakan gaya hidup sehat

    makanan sehat untuk ibu hamil

    Agar tidak bergantung pada penggunaan obat sakit kepala, maka Anda bisa menghindarinya dengan melakukan gaya hidup sehat. Misalnya, biasakan untuk mengonsumsi menu makanan sehat agar asupan nutrisi seimbang. Selain itu, makanlah secara rutin agar kadar gula darah tetap terjaga.

    Selain itu, pastikan Anda tidur tepat waktu setiap hari. Jika perlu, nyalakan alarm sebagai pengingat untuk waktu tidur agar Anda tidak terlambat pergi tidur.  Sebab, kurang tidur juga bisa menjadi sumber dari sakit kepala saat hamil.

    Tidak hanya itu, selalu praktikkan postur tubuh yang baik. Misalnya, jika Anda kerja kantoran dan harus duduk selama berjam-jam di depan layar komputer. Atur jarak kursi dengan layar komputer agar Anda bisa duduk dan bekerja dengan nyaman.

    Begitu pula saat hendak tidur, Anda juga harus memperhatikan postur tubuh. Sebisa mungkin indari menggunakan bantal bertumpuk saat tidur. Pasalnya, penggunaan bantal yang bertumpuk dapat menyebabkan rasa pegal dan sakit di leher. Jika dibiarkan terlalu lama, hal ini juga bisa memicu timbulnya sakit kepala.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Atifa Adlina · Tanggal diperbarui 02/09/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan