backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

3

Tanya Dokter
Simpan

Sering Sakit Kepala? Mungkin Anda Menderita Gangguan Kepribadian Berikut

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 18/01/2021

    Sering Sakit Kepala? Mungkin Anda Menderita Gangguan Kepribadian Berikut

    Apakah Anda pernah berpikir sakit kepala yang Anda miliki bisa menjadi salah satu tanda Anda mengalami gangguan kepribadian? Menurut penelitian yang dilakukan, sakit kepala yang Anda rasakan ternyata ada hubungannya dengan kepribadian seseorang. Benarkah demikian? Simak ulasannya.

    Apa hubungannya sakit kepala dengan gangguan kepribadian?

    Pada sebuah studi dalam The Journal of Headache and Pain, dilakukan riset yang melibatkan 80 orang peserta dengan gejala sakit kepala. Tes ini juga dinilai berdasarkan ciri kepribadian para peserta yang di uji menggunakan tes Salamanca.

    Tes Salamanca adalah sebuah kuesioner sederhana yang digunakan untuk menyaring sebelas ciri kepribadian. Namun, pada akhirnya 11 ciri tersebut akan dibagi menjadi 3 kelompok cluster:

    • Cluster A (paranoid, schizoid, schizotypal) secara keseluruhan sering bersikap aneh atau eksentrik.
    • Cluster B (histrionik, narsistik, impulsif, ambang atau borderline) secara keseluruhan sering bersikap sangat emosional atau dramatis.
    • Cluster C (anankastik, dependen, kecemasan) secara keseluruhan sering merasa cemas atau takut.

    Setelah diamati, para peneliti menunjukkan bahwa peserta dengan gangguan kepribadian yang memiliki ciri-ciri sakit kepala, umumnya mengarah kepada orang yang mudah mengalami gejala sakit kepala, ciri kepribadian yang paling umum adalah anankastik, kecemasan, histeris, dan schizoid.

    Selanjutnya, penelitian di atas dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang telah meneliti ciri kepribadian dari 164 peserta yang menderita migrain. Ketika dibandingkan (antara peserta pada penelitian sakit kepala dengan peserta migrain), ditemukan bahwa peserta yang mengalami sakit kepala lebih dekat dengan karakteristik paranoid dan schizoid.

    Sementara gangguan kepribadian seperti kecemasan dan dependen lebih sering terjadi pada orang yang mengalami migrain daripada yang mengalami sakit kepala.

    Ditemukan juga bahwa pria lebih sering mengalami sakit kepala, sedangkan migrain sering terjadi pada wanita. Para periset masih berusaha untuk menentukan apakah gangguan kepribadian yang ditemukan di antara mereka yang menderita sakit kepala atau migrain dapat dijelaskan menurut jenis kelamin. Akan tetapi, itu bukanlah hasil utama yang ingin didapatkan.

    Lalu bagaimana hasilnya?

    Hasil penelitian di atas sebetulnya menunjukkan bahwa gangguan kepribadian tertentu mungkin lebih umum dialami oleh orang-orang yang punya gangguan sakit kepala primer. Meski demikian, hal ini bukanlah sesuatu yang bisa menjelaskan secara pasti bila orang yang sakit kepala pasti punya gangguan kepribadian. Begitupun sebaliknya, bukan berarti orang yang punya gangguan kepribadian pasti mengalami sakit kepala terus menerus.

    Penelitian ini hanyalah sebuah penyambung antara ciri dan gejala tertentu. Masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk meneliti hubungan antara sakit kepala dan ciri kepribadian yang berbeda. Untuk mengobati gangguan kepribadian yang berhubungan dengan sakit kepala, ada baiknya Anda berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu.

    Sedangkan untuk menangani gangguan kepribadian ini, biasanya psikiater akan merekomendasikan perawatan:

    1. Psikoterapi

    Ada banyak jenis terapi (terapi wicara, terapi cahaya, terapi kelompok, dan lain-lain) untuk membantu Anda mengatasi perasaan dan mengendalikannya.

    2. Pengobatan

    Belum ada obat-obatan yang disetujui untuk pengobatan gangguan kepribadian. Beberapa obat dapat membantu mengembalikan keseimbangan hormon dan zat kimia otak, seperti:

  • Antidepresan, yang dapat memperbaiki depresi, kemarahan atau impulsivitas.
  • Penstabil mood, yang mencegah mood swing dan mengurangi kekesalan dan keagresifan.
  • Obat antipsikotik, juga dikenal sebagai neuroleptik, yang dapat membantu orang yang kehilangan kesadaran dengan kenyataan.
  • Obat anti cemas, yang membantu meringankan kegelisahan, kecemasan dan insomnia.
  • Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 18/01/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan