Perut kembung merupakan masalah pencernaan yang dapat terjadi pada siapa saja. Umumnya, perut kembung ditandai dengan perut yang begah disertai dengan sesak karena perut terasa penuh. Lantas, apa saja penyebab perut kembung?
Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Perut kembung merupakan masalah pencernaan yang dapat terjadi pada siapa saja. Umumnya, perut kembung ditandai dengan perut yang begah disertai dengan sesak karena perut terasa penuh. Lantas, apa saja penyebab perut kembung?
Pada dasarnya, perut kembung (meteorismus) merupakan hal yang normal terjadi dan termasuk proses biologis yang dapat dialami setiap orang.
Kondisi ini biasanya terjadi karena adanya penumpukan gas dalam saluran pencernaan yang dipicu oleh gangguan sistem pencernaan seperti di bawah ini.
Penyebab utama terjadinya perut kembung adalah peningkatan produksi gas dalam usus. Begini, beberapa orang memiliki sistem pencernaan yang tidak mampu mencerna makanan tertentu, seperti biji-bijian.
Pada kondisi tertentu, tubuh akan melepaskan gas dalam bentuk hidrogen, metana, atau karbon dioksida. Nantinya, gas akan keluar lewat serdawa atau kentut.
Bila pembentukan gas terlalu cepat, gas akan menumpuk pada saluran cerna, sehingga menyebabkan perut kembung, mual, dan begah.
Peningkatan gas sebenarnya tidak terjadi begitu saja. Ada sejumlah faktor dan kondisi yang bisa menjadi dalang di balik gejala masalah pencernaan ini.
Salah satunya adalah konsumsi jenis makanan yang membutuhkan waktu lebih untuk dicerna oleh tubuh. Berikut beberapa contoh makanan penyebab perut kembung.
Tak hanya pilihan makanan yang dikonsumsi, kebiasaan makan setiap harinya ternyata bisa menjadi pemicu perut kembung, contohnya minum atau makan terlalu cepat.
Makan dan minum dengan tergesa-gesa dapat menjadi penyebab perut kembung dan begah.
Hal ini dikarenakan kebiasaan yang satu ini membuat lebih banyak udara masuk ke dalam sistem pencernaan ketika Anda mengunyah atau berbicara.
Penyebab perut kembung selanjutnya adalah karena makan berlebihan atau makan dalam porsi yang banyak dalam satu kali makan.
Ketika Anda makan berlebihan, perut akan merenggang untuk menyesuaikan asupan makanan yang masuk. Akibatnya, Anda mungkin merasa sesak dan begah setelah makan.
Sebagai gantinya, cobalah mengurangi porsi makan, tetapi dengan frekuensi lebih sering, seperti 4 – 5 kali makan dalam sehari.
Alkohol merupakan senyawa yang dapat memicu peradangan. Jadi, minum minuman beralkohol dapat menyebabkan pembengkakan di tubuh, termasuk perut.
Peradangan ini dapat diperparah dengan cairan yang sering dicampur dengan alkohol, seperti minuman manis atau soda. Alhasil, perut kembung tak dapat dihindari.
Intoleransi laktosa terjadi ketika tubuh sulit mencerna laktosa pada susu dan produk olahannya.
Masalah pencernaan ini dapat terjadi akibat tubuh tidak memproduksi enzim laktase yang dibutuhkan dalam proses pencernaan. Bila enzim ini tidak ada, laktosa akan sulit dicerna, sehingga bisa memicu gangguan pencernaan.
Selain perut kembung, intoleransi laktosa ditandai dengan diare hingga sakit perut usai minum susu.
Kondisi medis yang menjadi penyebab perut kembung selanjutnya adalah penyakit celiac.
Penyakit ini terjadi akibat reaksi sistem imun tubuh yang salah mengenali senyawa di dalam gluten sebagai ancaman.
Lambat laun, masalah ini dapat merusak lapisan usus dan menghambat penyerapan zat gizi. Akibatnya, makanan akan menumpuk di usus dan menyebabkan gas sulit untuk keluar.
Penyakit Crohn adalah peradangan pada lapisan sistem pencernaan. Hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebabnya, tapi kondisi ini disebabkan oleh reaksi autoimun dan faktor genetik.
Peradangan pada sistem pencernaan ini membuat makanan terkadang tidak dapat diserap baik oleh usus kecil, sehingga mengakibatkan banyak makanan yang tidak tercerna dan mencapai usus besar.
Penumpukan makanan ini menyebabkan gas sulit keluar dari tubuh dan mengakibatkan terjadinya perut kembung.
SIBO (small intestinal bacterial overgrowth) merupakan kondisi pertumbuhan bakteri yang abnormal pada usus halus.
Pertumbuhan bakteri yang berlebihan ini dapat mengganggu keseimbangan bakteri lainnya di sistem pencernaan.
Ketika bakteri tumbuh terlalu banyak di bagian usus kecil, bakteri akan memfermentasi karbohidrat dari makanan dan mengeluarkan gas hidrogen atau metana. Hal inilah yang menyebabkan perut kembung.
Seseorang yang mengalami konstipasi juga dapat berisiko mengalami perut kembung.
Saat sembelit, tubuh kesulitan untuk mengeluarkan feses dari usus besar. Mengutip Cleveland Clinic, feses yang tertimbun di usus besar dapat menyebabkan makanan yang baru saja dicerna oleh tubuh tertahan di usus.
Penumpukan sisa makanan di tubuh ini akan menyisakan lebih sedikit ruang untuk memproses gas dalam tubuh, sehingga perut terasa kencang dan mengembang.
Dilansir dari American Psychological Association, stres bisa menjadi penyebab perut kembung. Pasalnya, perubahan suasana hati karena stres dikaitkan dengan bakteri usus.
Sel-sel saraf di usus dan populasi bakteri di usus bisa memengaruhi fungsi otak. Begitu pula sebaliknya, perubahan kimia di otak ketika kondisi stres bisa memengaruhi bakteri usus.
Selain itu, stres membuat Anda jadi sulit menelan makanan atau meningkatkan jumlah udara yang ditelan. Hal ini bisa membuat perut kembung.
Nah, itulah berbagai penyebab perut kembung. Jika rasa tidak nyaman pada perut disertai dengan gejala lainnya, seperti nyeri perut, diare, atau BAB berdarah, segera hubungi dokter untuk penanganan lebih lanjut.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar