backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Mengenal Hipertensi pada Lansia yang Patut Diwaspadai

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 08/10/2020

    Mengenal Hipertensi pada Lansia yang Patut Diwaspadai

    Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit yang umum terjadi, terutama pada kalangan lanjut usia atau lansia. Bahkan menurut National Heart, Lung, dan Blood Institute, orang-orang lansia berisiko hingga 90% mengalami tekanan darah tinggi pada masa senjanya nanti. Lantas, bagaimana tekanan darah tinggi bisa terjadi pada lansia dan bagaimana cara mengendalikannya?

    Apa yang menyebabkan terjadinya hipertensi pada lansia?

    Tekanan darah bukanlah sebuah kondisi yang menetap. Tekanan darah bisa bervariasi setiap waktu tergantung dari banyak hal, mulai dari aktivitas apa yang dilakukan, makanan yang dikonsumsi, waktu pengukurannya, hingga usia.

    Semakin bertambah usia, tekanan darah Anda cenderung semakin meningkat. Oleh karena itu, seiring pertambahan usia, risiko Anda mengalami hipertensi pun semakin tinggi.

    Baik dalam kondisi tekanan darah tinggi maupun normal, tekanan darah sistolik akan meningkat secara signifikan hingga Anda memasuki usia 70 atau 80 tahun. Sementara itu, tekanan diastolik akan terus mengalami peningkatan hingga usia 50 atau 60 tahun.

    Meski terus meningkat, tekanan darah pada lansia pun tidak menentu. Penyebab hipertensi pada lansia pun masih menjadi perdebatan.

    Namun, para ahli meyakini bahwa pertambahan usia berpotensi menyebabkan pengerasan pembuluh darah. Pengerasan tersebut mengurangi kelenturan pembuluh arteri besar dan aorta, sehingga hipertensi pada lansia pun lebih mungkin terjadi.

    Berkurangnya kelenturan pembuluh arteri besar dan aorta berkaitan dengan adanya perubahan pada enzim plasma renin di dalam tubuh. Akibatnya, tubuh mengalami retensi cairan dan tidak dapat membuang garam dari dalam tubuh dengan baik. Pada lansia, kondisi ini dapat meningkatkan terjadinya tekanan darah tinggi.

    Hipertensi sistolik terisolasi

    Hipertensi sistolik terisolasi merupakan salah satu jenis hipertensi yang juga umum terjadi pada lansia, terutama wanita. Pada kondisi ini, tekanan darah sistoliknya meningkat hingga mencapai 140 mmHg atau lebih, sedangkan tekanan darah diastoliknya berada di bawah 90 mmHg.

    Hipertensi sistolik terisolasi bisa terjadi karena kondisi medis tertentu, seperti anemia, kelenjar adrenal dan tiroid yang terlalu aktif, katup aorta yang tidak berfungsi dengan baik, penyakit ginjal, atau gangguan tidur seperti obstructive sleep apnea (OSA). Pada lansia, umumnya kondisi ini disebabkan oleh pengerasan atau kekakuan pembuluh darah arteri besar atau aorta di sekitar jantung.

    Kekakuan pada aorta ini bisa terjadi karena elastisitas pembuluh darah cenderung berkurang seiring bertambahnya usia. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko endapan lemak (plak) di bagian dalam dinding arteri, sehingga terjadi penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah atau aterosklerosis.

    Aterosklerosis membuat pembuluh darah menjadi tebal dan kaku. Saat ini terjadi, tekanan darah diastolik cenderung turun, sedangkan tekanan sistolik meningkat.

    Apa gejala hipertensi yang mungkin timbul pada lansia?

    penyakit terbanyak di Indonesia

    Tekanan darah tinggi umumnya tidak menimbulkan gejala hipertensi tertentu. Hal tersebut juga terjadi pada lansia. Hipertensi pada orang lanjut usia, tidak selalu menimbulkan gejala.

    Meski tidak memiliki gejala khusus, hipertensi biasanya menyebabkan lansia sesak napas, napas yang pendek, atau mudah ngos-ngosan saat melakukan aktivitas fisik atau olahraga.

    Selain itu, beberapa orang yang mengalami hipertensi pun sering mengeluhkan sakit kepala, nyeri dada, penglihatan yang buram, kelelahan, detak jantung yang tidak teratur, atau kesulitan bernapas. Namun, umumnya gejala ini akan dirasakan bila mengelami tekanan darah yang sangat tinggi, yang disebut dengan krisis hipertensi.

    Selain gejala-gejala di atas, lansia pun mungkin mengalami gejala lain. Namun, gejala ini dapat terjadi bila disertai dengan kondisi medis lainnya. Sebagaimana dilansir dari HealthinAging.org, semakin lanjut usia seseorang maka kemungkinan memiliki lebih dari satu penyakit kronis atau memiliki satu masalah kesehatan yang menimbulkan cedera atau masalah kesehatan lainnya.

    Salah satu gejala yang mungkin terjadi, yaitu pembengkakan di pergelangan kaki, kaki, tangan, lengan, dan paru-paru, atau yang disebut dengan edema perifer. Ini sering kali disebabkan oleh gagal jantung akibat hipertensi atau efek samping dari obat penurun tekanan darah dari dokter.

    Apa saja bahaya yang perlu diwaspadai dari hipertensi pada lansia?

    Tekanan darah tinggi akan meningkatkan risiko lansia terserang stroke pada kemudian hari. Kondisi ini juga meningkatkan peluang Anda untuk mengalami komplikasi hipertensi lainnya, seperti kerusakan ginjal, serangan jantung, gagal jantung, dan banyak masalah kesehatan serius lainnya apabila Anda tidak bisa mengelola tekanan darah dengan baik.

    Tekanan darah tinggi juga bisa berisiko memengaruhi kemampuan untuk berpikir dan mengingat. Salah satu hal yang mungkin terjadi pada kondisi ini, yaitu demensia. Demensia menyebabkan seseorang kehilangan memori, merasa kebingungan, perubahan suasana hati dan kepribadian, cacat fisik, dan kesulitan menjalankan kehidupan yang normal dalam kesehariannya.

    Hipertensi pada lansia pun bisa berakibat fatal bila mengonsumsi obat darah tinggi tanpa hati-hati. Dokter umumnya meresepkan obat untuk menurunkan tekanan darah lansia secara perlahan. Ini dilakukan untuk menghindari reaksi penurunan tekanan darah mendadak (hipotensi).

    Penurunan tekanan darah drastis bisa sangat berbahaya bagi lansia. Kondisi ini bisa membuat lansia sering mengalami pusing, tubuh goyah, dan sensasi ingin pingsan, hingga rentan jatuh. Adapun jatuh bisa menyebabkan patah tulang atau cedera serius lainnya, sebab tulang lansia sudah mengalami pengeroposan dan penipisan.

    Berbagai cara mengontrol hipertensi pada lansia

    Tidak seperti orang dewasa muda, para ahli menetapkan tekanan darah normal untuk lansia perlu dijaga di bawah 140/90 mmHg. Adapun tekanan darah di atas 140/90 mmHg sudah tergolong mengalami hipertensi.

    Untuk dapat mencapai target tersebut, lansia perlu melakukan perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat. Selain untuk menurunkan tekanan darah, penerapan gaya hidup ini juga dapat mencegah tekanan darah tinggi lebih parah.

    1. Olahraga teratur

    Olahraga dapat meningkatkan kesehatan jantung dan mempertahankan berat badan yang sehat. Untuk lansia, Anda disarankan rutin berolahraga, setidaknya selama 30 menit setiap hari. Lakukanlah olahraga yang ringan, seperti berjalan kaki.

    2. Perhatikan asupan makanan

    Mulailah membatasi asupan makanan berlemak dan tinggi garam agar hipertensi dapat dicegah pada lansia. Sebagai gantinya, perbanyak konsumsi buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian utuh dengan mengikuti pedoman diet DASH yang dibuat khusus untuk orang-orang hipertensi, termasuk pada lansia.

    3. Konsumsi obat hipertensi

    Bila menerapkan gaya hidup dirasa belum cukup, dokter mungkin saja meresepkan obat hipertensi untuk menurunkan tekanan darah. Namun, pemberian obat hipertensi pada lansia harus berhati-hati.

    Obat penurun tekanan darah yang biasa diberikan pada orang yang lebih muda justru bisa berbahaya bagi lansia. Pasalnya, obat darah tinggi memiliki efek samping yang mungkin akan berdampak lebih besar pada lansia.

    Obat hipertensi beta blocker, seperti inderal atau toprol Xl (metoprolol), bisa semakin memperlambat detak jantung lansia.

    Selain iu, menggabungkan obat hipertensi ACE inhibitor, seperti lotensin atau vasotec (enalapril), dengan angiotensin II receptor blocker (ARB), seperti diovan atau benicar, juga dapat meningkatkan risiko gagal ginjal dan kematian pada lansia. Umumnya, obat ini hanya digunakan bersamaan untuk tekanan darah tinggi sistolik tertentu yang terkait dengan penyakit katup jantung.

    Adapun obat hipertensi yang umumnya aman untuk lansia, yaitu diuretik. Diuretik terbukti aman untuk digunakan berulang kali dan efektif untuk sebagian besar penderita hipertensi.

    Oleh karena itu, selalu konsultasikan dengan dokter mengenai konsumsi obat hipertensi. Dokter akan meresepkan obat yang tepat sesuai dengan kondisi Anda.

    4. Rutin cek tekanan darah

    Mengecek tekanan darah secara rutin juga merupakan salah satu langkah mencegah dan mengatasi hipertensi pada lansia. Sebaiknya, pengecekan darah tidak hanya dilakukan di dokter atau pusat layanan kesehatan.

    Risiko terkena hipertensi dapat dikurangi apabila melakukan cek tekanan darah di rumah secara mandiri, tidak terkecuali pada lansia. Oleh karena itu, konsultasikan dengan dokter mengenai alat tensimeter yang sesuai dengan kondisi hipertensi pada lansia.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 08/10/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan