backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

3

Tanya Dokter
Simpan

7 Pantangan Makanan yang Tidak Boleh Dikonsumsi Pengidap Hepatitis

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Lika Aprilia Samiadi · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    7 Pantangan Makanan yang Tidak Boleh Dikonsumsi Pengidap Hepatitis

    Penderita penyakit hepatitis mungkin akan diminta dokter untuk hati-hati dalam memilih makanan. Pasalnya, makanan dan minuman tertentu bisa merusak fungsi hati dan memperparah hepatitis yang dialami. Berikut pantangan makanan untuk pengidap hepatitis.

    Pantangan makanan untuk pengidap hepatitis

    Hepatitis D

    Sebenarnya, belum ada pedoman diet khusus untuk pasien hepatitis. Namun, makanan dan minuman di bawah ini dianjurkan untuk dihindari sementara waktu. Hal ini bertujuan untuk mencegah risiko kerusakan hati lebih parah akibat hepatitis. 

    Berikut ini daftar pantangan makanan dan minuman yang perlu diperhatikan pengidap hepatitis. 

    1. Alkohol

    Alkohol merupakan salah satu jenis minuman yang masuk dalam daftar pantangan makanan untuk pengidap hepatitis. Mengapa demikian? 

    Alkohol terhadap kesehatan hati memang membawa pengaruh buruk, baik yang mengalami hepatitis maupun penyakit hati lainnya. Hal ini dikarenakan alkohol dan minuman keras dapat mempercepat laju kerusakan hati pada pasien hepatitis C

    Bahkan, konsumsi alkohol juga menghambat fungsi obat antivirus. Itu sebabnya, pasien hepatitis dan penyakit hati lainnya sangat dianjurkan untuk menghindari alkohol.

    Selain itu, minuman beralkohol seperti bir mengandung kalori tinggi. Bila Anda memiliki berat badan lebih, berhenti minum alkohol juga membantu mengurangi asupan kalori. 

    Perlu juga diperhatikan bahwa alkohol di sini bukan hanya dalam bentuk minuman keras. Beberapa obat nyeri yang dijual bebas seperti obat batuk sirup juga mengandung alkohol.

    Alcoholic Fatty Liver: Penyakit Hati Karena Minum Alkohol

    2. Makanan asin

    Selain alkohol, makanan asin dengan kandungan garam yang tinggi ternyata juga termasuk pantangan makanan untuk pengidap hepatitis. 

    Begini, hati yang sudah rusak akibat hepatitis biasanya tidak dapat mencerna garam (natrium) dengan baik. Kadar natrium yang terlalu tinggi dalam tubuh dapat meningkatkan tekanan darah. Kondisi ini nantinya dapat meningkatkan risiko perlemakan hati

    Hal ini pun dibuktikan lewat penelitian dari Journal Agricultural and Food Chemistry. Para ahli dalam studi ini mencoba diet tinggi garam pada tikus ayam dan menganalisis embrio ayam yang sudah terpapar lingkungan asin. 

    Hasilnya, kadar natrium yang berlebihan memengaruhi perubahan pada hati hewan tersebut, seperti peningkatan kematian sel yang meningkatkan risiko fibrosis. Meski begitu, para ahli masih perlu meneliti lebih lanjut apakah efeknya sama terhadap tubuh manusia.

    Walaupun demikian, Anda tetap perlu membaca label gizi dan mengurangi asupan makanan olahan tinggi garam, seperti makanan kaleng untuk menghindari kerusakan hati lebih parah. 

    3. Makanan tinggi lemak jenuh

    lemak jenuh adalah

    Bila Anda terserang hepatitis, bukan berarti harus menghindari asupan lemak. Pasalnya, hepatitis dapat menurunkan berat badan secara tiba-tiba. Oleh karena itu, penting untuk mengonsumsi lemak sehat dalam batas wajar demi menjaga berat badan seimbang. 

    Walaupun demikian, Anda tidak boleh sembarang mengonsumsi lemak. Hal ini dikarenakan pantangan makanan untuk pengidap hepatitis lainnya adalah makanan tinggi lemak jenuh, seperti: 

    • mentega, 
    • susu, dan
    • semua produk hewani. 

    Pada saat tubuh terlalu banyak mendapatkan asupan lemak jenuh, hati akan bekerja lebih keras untuk mencerna lemak. Bila tidak tercerna dengan baik, lemak jenuh dapat menyebabkan peradangan yang nantinya bisa mengembangkan sirosis hati

    Tidak hanya itu, lemak jenuh juga dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat dan menurunkan kolesterol baik. Akibatnya, risiko penyakit hati lainnya, seperti perlemakan hati pun ikut meningkat. 

    4. Kerang mentah

    Kebanyakan kasus infeksi virus hepatitis akut disebabkan oleh konsumsi kerang mentah yang terkontaminasi. Kerang sering diambil dari perairan yang tercemar limbah dan dapat mengandung patogen mikroba pada air laut. 

    Para pasien hepatitis B perlu berhati-hati pada kerang mentah. Pantangan makanan untuk pengidap hepatitis yang satu ini ternyata berpotensi mengandung mikroba yang disebut Vibrio vulnificus.

    Mikroba sehat ini ternyata bisa masuk ke aliran darah melalui luka terbuka, atau saluran pencernaan yang bisa menyebabkan sepsis. Kondisi ini ternyata berbahaya bagi pasien dengan kelainan sistem imun atau mengalami kerusakan hati akibat infeksi, seperti virus hepatitis. 

    Bahkan, infeksi dari mikroba tersebut memiliki tingkat kematian yang tinggi, yaitu 50% pada pasien dengan penyakit hati. Sementara itu, angka tersebut meningkat 80 hingga 200 kali lebih berisiko pada pasien penyakit liver. 

    Oleh sebab itu, para pasien hepatitis mungkin akan diminta dokter untuk tidak mengonsumsi makanan mentah seperti kerang selama pengobatan hepatitis berlangsung.  

    5. Terlalu banyak zat besi

    Bagi Anda yang suka mengonsumsi makanan dengan zat besi tinggi mungkin perlu waspada. Perkembangan hepatitis C bisa terjadi akibat serapan besi hati yang dipercepat. Kondisi ini dapat terjadi karena produksi radikal bebas yang dirangsang oleh zat besi. 

    Itu sebabnya, dokter mungkin menganjurkan diet rendah zat besi untuk pasien hepatitis. Hal ini bertujuan untuk mengurangi potensi karsinoma hepatoseluler (HCC).

    Selain makanan dengan kandungan zat besi yang tinggi, Anda juga mungkin diminta untuk menghindari suplemen zat besi sementara waktu. Selalu diskusikan dengan dokter terkait pantangan makanan untuk pengidap hepatitis agar tidak salah langkah. 

    6. Asupan protein berlebihan

    fungsi protein dan makanan berprotein

    Asupan protein yang cukup memang penting untuk membangun massa otot dan membantu proses penyembuhan. Namun, konsumsi makanan berprotein tinggi terlalu banyak ternyata bisa menjadi pantangan untuk pengidap hepatitis. 

    Setiap kali Anda makan daging merah, sistem pencernaan, termasuk hati, akan bekerja lebih keras untuk mengolah sebagian besar protein. 

    Sementara itu, hepatitis menyebabkan fungsi hati tidak sebaik pada umumnya, sehingga terlalu banyak protein justru bisa beracun bagi tubuh.

    Protein yang tertinggal bisa menyebabkan penggumpalan amonia dalam tubuh yang nantinya dapat menimbulkan sejumlah komplikasi, seperti: 

    • penurunan fungsi otak, 
    • sirosis hati, atau 
    • penumpukan cairan pada perut (asites).

    Oleh karena itu, dokter mungkin akan menganjurkan Anda untuk membatasi asupan protein. Diskusikan dengan ahli gizi terkait diet rendah protein ketika mengalami penyakit hepatitis. 

    7. Makanan manis

    ngidam makanan manis

    Sudah bukan rahasia umum lagi bila terlalu banyak mendapatkan asupan gula tidak baik bagi kesehatan, termasuk fungsi hati. Pantangan makanan untuk pengidap hepatitis ini biasanya mengandung karbohidrat sederhana yang bisa meningkatkan gula darah. 

    Bila gula darah Anda terlalu tinggi, tentu risiko diabetes ikut meningkat dan bisa memperparah kerusakan hati akibat hepatitis. Anda boleh mengonsumsi makanan manis. Namun, Anda perlu membatasi makanan dengan gula tambahan, seperti: 

    • aneka kue kering, 
    • roti putih, 
    • pudding, atau 
    • es krim. 

    Anda bisa mengganti makanan tersebut dengan makanan yang mengandung gula alami dan karbohidrat berserat, seperti stroberi, jeruk, atau apel.

    Serat makanan setidaknya memperlambat penyerapan glukosa darah dalam tubuh. Hal ini dapat membantu menyeimbangkan gula darah. 

    Ketujuh daftar makanan di atas memang menjadi pantangan untuk pasien penyakit hati, termasuk pengidap hepatitis. Selalu diskusikan dengan dokter atau ahli gizi terkait diet yang perlu dijalani ketika mengalami penyakit tertentu.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Lika Aprilia Samiadi · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan