backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Jenis-Jenis Virus Hepatitis

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 05/07/2021

Jenis-Jenis Virus Hepatitis

Definisi

Apa itu virus hepatitis?

Hepatitis virus adalah infeksi yang menyebabkan peradangan di hati. Kondisi ini disebabkan oleh infeksi virus hepatitis yang bereplikasi di dalam sel hati. Sejauh ini ada lima jenis virus yang menyebabkan penyakit hepatitis.

Kelimanya memiliki karakteristik yang berbeda dan memengaruhi kesehatan tubuh, yaitu:

  • hepatitis A,
  • hepatitis B,
  • hepatitis C,
  • hepatitis D, dan
  • hepatitis E.

Kelima virus umumnya menunjukkan gejala yang sama dalam tahap infeksi yang berlangsung dalam waktu kurang dalam 6 bulan (hepatitis akut).

Namun, sebagian infeksi virus hepatitis seperti HBV, HCV, dan HDV dapat berkembang ke tahap kronis sehingga memberi komplikasi atau dampak kesehatan yang lebih parah.

Sementara itu, penyebab kemunculan virus ini pun cukup beragam, mulai dari penyalagunaan alkohol hingga penggunaan obat-obatan tertentu.

Hepatitis A

Virus hepatitis A (HAV) adalah golongan RNA virus dalam kelompok Picornaviridae yang mampu bertahan hidup di lingkungan dengan pH dan suhu rendah.

Virus ini dapat berpindah dengan cepat dari satu orang ke orang lainnya melalui  fecal-oral, yaitu saluran pencernaan. Sebagai contoh, konsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh feses yang mengandung virus.

Selain itu, tingkat kebersihan yang buruk, fasilitas sanitasi yang tidak memadai, hingga pengolahan makanan yang tidak higienis juga memengaruh penyebaran virus hepatitis A.

Tidak hanya pada feses, virus hepatitis A juga terdapat di dalam darah dan cairan tubuh sehingga penularan hepatitis A melalui hubungan seks. Proses transfusi darah juga memungkinkan, meski jarang terjadi.

Bagaimana proses infeksi HAV?

Pada saat tubuh mencerna makanan yang terkontaminasi, virus akan masuk ke pembuluh darah melalui jaringan epitel. Darah membawa virus ke dalam organ yang menjadi target infeksi virus, yaitu hati. Virus nantinya akan bereplikasi di dalam sel hepatosit.

Sebelum bereplikasi, virus akan melalui masa inkubasi selama 2 – 7 mingggu. Itulah sebabnya mengapa belum ada gangguan kesehatan yang muncul setelah Anda terpapar HAV.

Jika virus telah aktif menginfeksi, antigen HAV dan antibodi IgM akan muncul di dalam darah. Keduanya berperan penting dalam mendeteksi dan mendiagnosis penyakit hepatitis A.

Sejumlah masalah kesehatan muncul akibat reaksi sistem imun yang berusaha melawan infeksi virus dalam sel hati. Sistem imun terus mengeluarkan sel-T untuk menghentikan infeksi sekaligus melawan HAV.

Akibatnya, tubuh kekurangan pasokan sel T, sehingga terjadi gangguan pada fungsi hati. Di sisi lain, gejala hepatitis A bersifat ringan, bahkan tidak menunjukkan tanda-tanda sama sekali.

Meski begitu, tidak sedikit orang yang terinfeksi mengalami penyakit kuning sebagai pertanda akhir dari periode infeksi HAV.

Fase pemulihan infeksi

Infeksi virus hepatitis A bisa berhenti dengan sendirinya dalam waktu beberapa minggu tanpa melakukan pengobatan khusus.

Bila infeksi terhenti, virus tidak sepenuhnya hilang di dalam tubuh, melainkan bersifat tidak aktif (dorman).

Orang yang terinfeksi virus ini kemudian akan membangun antibodi yang mana akan melindunginya dari serangan HAV di kemudian hari.

Hepatitis B

Virus hepatitis B (HBV) adalah jenis DNA virus yang tersusun atas sel ganda. Artinya, bagian inti sel yang mengandung antigen HBV (HBcAg) dan selubung sel terdiri dari antigen permukaan HBsAg.

HBV merupakan golongan virus Hepadnaviridae yang mampu bertahan dalam kondisi temperatur dan kelembapan yang ekstrem. Di luar tubuh manusia, virus ini juga bisa bertahan hidup dalam suhu ruangan selama 6 bulan.

Virus pada pasien HBV lebih banyak ditemukan di dalam darah. Keberadaan kedua antigen HBV di dalam darah menjadi tolak ukur yang digunakan untuk mendeteksi penyakit hepatitis B. Hal ini juga berperan penting dalam pengendalian perkembangan penyakit.

Hepatitis B juga dibagi menjadi dua jenis berdasarkan lama waktunya, yaitu:

  • hepatitis B akut (jangka pendek), dan
  • hepatitis B kronis (jangka panjang).

Infeksi HBV akut

Orang yang terinfeksi virus hepatitis B biasanya ditemukan HBV dalam cairan atau darah di dalam tubuhnya. Penularan HBV paling umum terjadi melalui transfusi darah, penggunaan jarum suntik, dan proses persalinan.

Masa inkubasi hepatitis B akan berlangsung selama 2 – 4 minggu sebelum aktif bereplikasi di dalam sel hepatosit. Pada saat menginfeksi, bagian inti virus akan menggantikan inti sel hepatosit sambil melepaskan bagian antigennya ke dalam serum atau darah.

Kerusakan sel hepatosit yang mengakibatkan peradangan hati disebabkan oleh respon sistem kekebalan tubuh (autoimun) terhadap infeksi virus.

Infeksi virus hepatitis B akut berlangsung dalam 2 – 3 minggu. Jika antibodi cukup kuat melindungi tubuh dari serangan virus, tubuh akan mengalami fase pembersihan virus setelah 3 – 6 bulan.

Sama seperti jenis hepatitis lainnya, hepatitis B biasanya tidak menunjukkan gejala. Peradangan selanjutnya akan mereda dan fungsi sel-sel hati akan berangsur normal kembali.

Keberadaan HBV tidak lagi bisa dideteksi oleh tubuh. Namun, antigen permukaan HBsAg akan muncul dan menandai terdapatnya antibodi yang siap melindungi tubuh dari infeksi virus hepatitis B lagi.

Infeksi HBV kronis

Bila tubuh terinfeksi virus hepatitis B lebih dari 6 bulan, artinya infeksi virus mencapai tahap kronis. Umumnya, infeksi kronis meningkatkan risiko kemunculan gejala hepatitis B yang lebih parah.

Menurut artikel dari Journal of Tropical Pediatrics, infeksi HBV kronis terjadi ketika virus berkembang secara masif. Hal ini juga berlangsung ketika hepatosit kehilangan DNA virus dan infeksi virus tidak lagi terperanguh dengan perlawanan dari sistem kekebalan tubuh.

Akibatnya, sel hepatosit lama kelamaan akan hancur dan berganti menjadi jaringan parut. Kondisi ini menandakan terjadinya fibrosis atau pengerasan hati. Fibrosis merupakan tahapan awal terbentuknya sirosis atau kanker hati.

Hepatitis C

Virus hepatitis C (HCV) adalah penyebab dari penyakit hepatitis C. Virus ini termasuk jenis RNA virus golongan Flaviviridae. HCV terdiri atas bagian inti berupa RNA yang dilindungi oleh sel protein dan lipid, serta glikoprotein yang menempel pada bagian sel pelindung.

HCV memiliki berbagai variasi genetik. Sejauh ini, virus ini diklasifikasikan ke dalam 7 tipe gen yang memiliki setidaknya 67 sub-tipe. HCV termasuk jenis virus yang sulit untuk dilawan oleh sistem imun manusia.

Virus ini dapat berkembang biak secara masif, sehingga reaksi autoimun kesulitan untuk  menyeimbangi jumlah virus.

Selain itu, HCV memiliki kemampuan bermutasi yang tinggi. Virus ini juga dapat berubah bentuk ke dalam sub-tipe genetik yang berbeda. Hal ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh sukar untuk mengenali virus saat berusaha melawannya.

Hampir 80% orang yang terdiagnosis terinfeksi HCV mengalami hepatitis C kronis.

Infeksi HCV kronis

Virus hepatitis C utamanya ditularkan melalui penggunaan jarum suntik untuk pembuluh darah yang tidak steril.

Tidak seperti infeksi HBV yang masih memiliki kemungkinan untuk bisa sembuh dengan sendirinya, infeksi HCV cenderung akan berlanjut ke fase kronis.

Gangguan fungsi hati yang muncul pada hepatitis C dikarenakan mediasi sel imun yang bereaksi terhadap perkembangan virus di dalam hati. Akibatnya, gejala hepatitis C kronis bersifat lebih berat.

Risiko dari infeksi kronis ini adalah munculnya berbagai penyakit komplikasi hepatitis C seperti sirosis, kenker hati, dan kegagalan hati secara permanen.

Hepatitis D

Virus hepatitis D (HDV) memiliki karakteristik berbeda dengan jenis hepatitis lainnya. Selain ukurannya yang paling kecil, HDV juga tidak bereplikasi tanpa HBV. Itu sebabnya, pasien hepatitis D pasti telah terinfeksi HBV terlebih dahulu atau secara bersamaan.

Sejauh ini telah ditemukan setidaknya 8 tipe gen HDV. HDV tipe gen 1 merupakan jenis virus yang paling sering menyebabkan hepatitis C di dunia, termasuk di Asia.

Penularan HDV umumnya melalui tusukan jarum, baik medis atau narkoba, yang tidak steril atau dipakai bersama-sama.

Masa inkubasi virus hepatitis D juga akan mengikuti masa aktif infeksi dari virus penyebab hepatitis B. Infeksi virus hepatitis D memberikan dampak yang paling berbahaya dari hepatitis lainnya.

Terdapat dua jenis infeksi yang dapat disebabkan oleh HDV, yaitu ko-infeksi dan superinfeksi.

Ko-infeksi 

Ko-infeksi terjadi ketika infeksi HDV berlangsung bersamaan dengan infeksi HBV yang berlangsung di dalam hepatosit. Infeksi ini terjadi saat masa infeksi HBV masih berlangsung secara singkat (kurang dari 6 bulan) atau fase infeksi akut.

Ko-infeksi dapat menimbulkan karakteristik penyakit yang beragam, mulai dari memunculkan gejala yang bersifat sedang sampai penyakit hati serius, seperti fulminant hepatitis.

Superinfeksi

Jika Anda telah terinfeksi hepatitis B kronis dan terjangkit virus hepatitis D, artinya tubuh tengah mengalami superinfeksi. Gangguan kesehatan yang disebabkan oleh superinfeksi pun bervariasi.

Umumnya, superinfeksi dapat menimbulkan gejala hepatitis D yang cukup parah dalam waktu yang singkat. Bahkan, infeksi ini juga dapat memperparah gejala hepatitis B kronis dan meningkatkan risiko kemunculan gejala.

Selain itu, superinfeksi akan mempercepat perkembangan penyakit hepatitis D sehingga menimbulkan sejumlah komplikasi seperti sirosis hati dan kanker hati.

Hepatitis E

Virus hepatitis E (HEV) adalah jenis virus RNA yang menjadi bagian dari kelompok Hepeviridae. Virus ini memiliki struktur dan genome yang serupa dengan norovirus. Sebelumnya, virus ini juga dikenal sebagai ET-NANB (hepatitis non-A dan hepatitis non-B).

Penularannya pun sama dengan cara penyebaran hepatitis A, yaitu melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Namun, penyebaran HEV juga dapat terjadi secara vertikal, yakni dari ibu kepada bayinya atau saat proses transfusi darah.

Wabah penyakit hepatitis E kebanyakan terjadi di berbagai negara berkembang. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh buruknya fasilitas sanitasi dan kurangnya sumber air bersih.

Sebelum aktif menginfeksi di dalam sel hepatosit, HEV mengalami masa inkubasi selama 2 – 10 minggu. Infeksi virus yang terjadi bersifat tidak menunjukkan gejala, namun tetap terdapat risiko infeksi berkembang dari hepatitis akut menjadi kegagalan fungsi hati.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 05/07/2021

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan