backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Kenali Cara Penularan Hepatitis untuk Pencegahan yang Efektif

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 03/06/2022

    Kenali Cara Penularan Hepatitis untuk Pencegahan yang Efektif

    Ada dua jenis penyakit hepatitis berdasarkan penyebabnya, yaitu hepatitis virus dan hepatitis nonvirus. Hepatitis virus disebabkan oleh virus, sedangkan hepatitis nonvirus disebabkan selain virus. Bagaimana cara penularan penyakit hepatitis ini, termasuk hepatitis misterius yang terjadi pada anak?

    Cara penularan hepatitis berdasarkan jenisnya

    Sebenarnya, jenis penyakit hepatitis yang termasuk dalam kelompok penyakit menular adalah hepatitis yang disebabkan oleh virus.

    Sementara itu, hepatitis nonvirus, seperti hepatitis alkoholik dan hepatitis autoimun tidak dapat ditularkan. 

    Sejauh ini telah ditemukan lima jenis virus hepatitis yang diketahui dapat menyebabkan peradangan hati, yaitu virus hepatitis A, B, C, D, dan E.

    Kelima virus ini adalah penyebab utama wabah penyakit hepatitis di dunia. 

    Kelima virus ini memiliki genetik, karakteristik, dan siklus perkembangan yang berbeda. Alhasil, cara penularan penyakit hepatitis pun beragam pula.

    Selain itu, ada banyak hal yang memengaruhi tingkat penyebaran virus, seperti kemampuan adaptasi.

    Berikut ini beberapa kondisi yang bisa menjadi media penularan virus hepatitis yang perlu Anda waspadai. 

    1. Penularan hepatitis melalui fecal-oral

    Virus-hepatitis-E

    Rute fecal-oral adalah rute penularan penyakit hati ini yang paling sering dijumpai pada penderita hepatitis A dan hepatitis E.

    Kedua virus hepatitis ini dapat menyebar melalui sistem pencernaan lewat makanan, atau minuman yang sudah terkontaminasi feses penderita hepatitis. 

    Tidak hanya itu, penularan hepatitis A dan E juga dapat terjadi melalui konsumsi minuman dan makanan mentah atau belum sepenuhnya matang yang terpapar virus, seperti: buah, sayur, kerang-kerangan, es, dan air. 

    Beragam jenis makanan lainnya pun juga berpotensi terkontaminasi akibat adanya pencemaran pada sumber air yang digunakan untuk memasak dan kebutuhan harian. 

    Penyebaran virus nantinya juga bisa dipengaruhi oleh tingkat kebersihan lingkungan yang kurang baik karena fasilitas sanitasi yang kurang memadai.

    Bahkan, perilaku kebersihan masyarakat juga memegang andil terhadap penyakit liver menular ini. 

    Sebagai contoh, penderita hepatitis A atau hepatitis E yang tidak mencuci tangan setelah dari toilet, lalu menyentuh benda lain pun bisa menularkan virusnya ke orang lain. 

    2. Transfusi darah

    Selain cara di atas, penularan hepatitis pun dapat terjadi melalui transfusi darah. Meski begitu, rute penyebaran virus ini hanya berlaku pada hepatitis B, C, dan D.

    Terlebih lagi, virus hepatitis C hanya bisa menular lewat rute parenteral, yaitu kontak langsung dengan darah yang terinfeksi.

    Pasalnya, baik virus hepatitis B, C, dan D hanya terdapat di dalam darah atau cairan tubuh. 

    Itu sebabnya, penerima donor darah, rutin menjalani pengobatan dengan transfusi darah, atau transplantasi organ lebih berisiko terinfeksi hepatitis. 

    Kasus penularan penyakit hepatitis ini bisa terjadi ketika pendonor tidak menyadari bahwa dirinya terinfeksi virus hepatitis dan melakukan transfusi darah.

    Bila berlangsung dalam jangka waktu yang lama, tentu dapat meningkatkan risiko komplikasi penyakit hati yang serius, seperti sirosis, kanker hati, dan gagal hati. 

    3. Pemakaian jarum yang tidak steril

    Bila Anda termasuk orang yang sering menggunakan jarum bersama dengan orang lain, sebaiknya hentikan kebiasaan tersebut.

    Begini, jarum yang digunakan bersama dengan orang lain cenderung tidak steril dan berisiko terkontaminasi virus hepatitis. 

    Sebagai contoh, penggunaan jarum yang tidak steril biasa ditemukan pada jarum untuk pembuatan tato, tindik, dan obat-obatan terlarang.

    Pasalnya, virus hepatitis yang terdapat pada darah bisa menempel pada jarum yang digunakan untuk menyuntikkan obat. 

    Akibatnya, jarum suntik yang digunakan kembali tanpa disterilkan dapat menginfeksi orang lain karena langsung disuntikkan ke pembuluh darah. 

    Risiko terinfeksi hepatitis melalui jarum juga dipengaruhi oleh durasi pemakaian. 

    Oleh sebab itu, pengguna obat terlarang melalui jarum suntik lebih berisiko terinfeksi hepatitis karena digunakan selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. 

    4. Berhubungan seks

    Seks singkat

    Tahukah Anda bahwa penularan hepatitis juga dapat terjadi ketika berhubungan seks dengan penderita hepatitis, terutama tanpa alat kontrasepsi? 

    Pada dasarnya virus hepatitis tidak dapat ditularkan lewat interaksi kontak biasa, seperti sentuhan kulit saat berpelukan atau berciuman.

    Sayangnya, hal ini tidak berlaku ketika berhubungan seks dengan pasien yang terinfeksi, terlebih jika tidak menggunakan alat kontrasepsi. 

    Berhubungan seks ternyata menjadi salah satu penyebaran virus hepatitis A dan B yang paling sering terjadi.

    Risiko penularan akan semakin tinggi ketika aktivitas seksual dilakukan bersama dengan injeksi obat-obatan terlarang. 

    Penularan ini tidak begitu banyak terjadi pada hepatitis C. Hal ini dikarenakan HCV adalah virus RNA yang tidak ditemukan dalam cairan tubuh, seperti sperma, cairan vagina, urine, atau feses, sebagaimana HBV.

    Walaupun demikian, ada kemungkinan penularan virus hepatitis C dapat menyebar dari orang yang terinfeksi masuk ke dalam pembuluh darah orang lain melalui hubungan seksual.

    Risiko penularan juga semakin tinggi ketika berhubungan seks saat menstruasi. 

    5. Penularan hepatitis secara vertikal saat melahirkan

    Di wilayah yang mengalami wabah hepatitis B, penularan secara vertikal, yaitu saat melahirkan paling sering ditemukan.

    Penyebaran virus terjadi akibat adanya membran darah yang pecah sebelum melahirkan. Hal ini juga berlaku saat bayi terpapar darah ibu yang terinfeksi ketika proses persalinan. 

    Virus hepatitis C juga bisa menular saat proses persalinan, tetapi masih cukup jarang terjadi.

    Namun, risiko penyebaran hepatitis C dapat meningkat ketika ibu hamil yang terinfeksi hepatitis juga terjangkit HIV. 

    Untuk mencegah penularan ini, perlu dilakukan vaksinasi HBo atau diberi Imunoglobulin Hepatitis B (HBIg) setelah bayi lahir kurang dari 24 jam.

    Imunisasi hepatitis B pada juga perlu didapat, diikuti dengan imunisasi HB lanjutan secara bertahap terhadap bayi.

    Perlu Anda Ketahui

    Berdasarkan Situasi dan Analisis Hepatitis tahun 2014, jumlah kasus penularan hepatitis B di Indonesia melalui proses persalinan mencapai 95 persen.

    6. Cara penularan hepatitis lainnya

    Kelima kondisi di atas adalah cara penularan hepatitis yang paling sering terjadi.

    Di samping itu, ada kebiasaan lainnya yang mungkin terdengar sepele, tetapi bisa meningkatkan risiko terpapar virus seperti berikut.

    • Penggunaan alat cukur, silet, dan sikat gigi bersama dengan orang yang terinfeksi hepatitis.
    • Petugas kesehatan yang melakukan prosedur injeksi dengan jarum suntik.
    • Pemakaian alat operasi yang tidak steril, seperti pisau bedah dan bor gigi.

    Ketiga hal di atas mungkin memang menjadi cara penularan virus yang paling jarang dijumpai.

    Meski begitu, Anda tetap harus berhati-hati dan menjaga kebersihan diri sendiri untuk mencegah virus hepatitis

    Bila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan solusi yang tepat.

    Penularan hepatitis misterius pada anak

    kebutuhan karbohidrat balita

    Penyakit hepatitis semakin mendapat sorotan, setelah terjadinya kasus kematian pada 3 anak.

    Banyak yang menyebut penyakit ini sebagai hepatitis misterius (hepatitis akut) dan sedang diamati lebih dalam, baik penyebabnya, penularannya, maupun cara untuk mengobatinya.

    Berdasarkan laporan Kemenkes RI (13/5/2022), hasil investigasi kontak dari 18 kasus, tidak ditemukan adanya penularan hepatitis misterius pada anak langsung dari manusia ke manusia.

    Prof. Dr. dr. Hanifah Oswari, Sp. A, dokter Spesialis Anak Konsultan Gastro Hepatologi RSCM FK UI menyebutkan bahwa Adenovirus, SARS CoV-2, virus ABV adalah dugaan awal penyebab dari hepatitis akut yang menyerang anak-anak.

    Deretan virus yang disebutkan dapat masuk ke tubuh melalui pernapasan, makanan, dan minuman yang terkontaminasi.

    Sama seperti penularan virus hepatitis yang dijelaskan di atas, ada kemungkinan virus hadir pada makanan yang tidak dicuci bersih, ditempatkan pada wadah yang terkontaminasi, atau dikonsumsi mentah.

    Bisa juga virus menempel pada tangan, dan masuk ke tubuh ketika anak makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu.

    Sementara penularan virus hepatitis misterius pada anak lewat pernapasan, belum diketahui secara pasti mekanismenya.

    Penyakit yang utamanya menyerang anak-anak ini membutuhkan peran aktif orangtua dalam pencegahannya.

    Jadi, pastikan anak  menghindari kontak dengan orang sakit, memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan.

    Jaga selalu kebersihan lingkungan dan tubuh si kecil untuk mencegah penularan penyakit hepatitis akut.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 03/06/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan