backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Hati-hati, Sinar Biru dari Gadget Kesayangan Bisa Bikin Mata Buta

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 23/06/2021

    Hati-hati, Sinar Biru dari Gadget Kesayangan Bisa Bikin Mata Buta

    Canggihnya teknologi membantu manusia untuk melakukan pekerjaan, salah satunya ponsel. Sebelum diciptakan ponsel, orang akan bertukar informasi melalui surat. Berbeda dengan zaman sekarang, hanya menjentikkan jari di atas layar ponsel, pesan kita sudah tersampaikan kepada orang lain.

    Tidak aneh jika sekarang banyak orang, termasuk Anda menghabiskan waktu berkutat dengan ponsel, laptop, atau perangkat digital lainnya untuk mendapatkan informasi atau sekadar mencari hiburan. Meskipun mempermudah Anda untuk mendapatkan suatu informasi, semua perangkat digital tersebut ternyata memiliki efek buruk bagi kesehatan Anda.

    Penelitian menyebutkan bahwa sinar biru (blue light) yang terpancar dari smartphone, laptop, dan perangkat digital lainnya bisa merusak indera penglihatan dan jadi penyebab kebutaan. Agar lebih jelas, simak ulasannya berikut ini.

    Kenapa sinar biru jadi penyebab kebutaan?

    Sebuah penelitian yang dilakukan oleh University of Toledo di Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa paparan sinar biru yang terlalu lama bisa memicu sel-sel fotoreseptor (peka cahaya) pada mata untuk menghasilkan molekul beracun yang membahayakan mata.

    Molekul yang disebut sebagai retinal ini awalnya berfungsi untuk membantu sel fotoreseptor untuk menangkap cahaya dan menyalurkan sinyal ke otak. Namun, adanya sinar biru bisa mengubah retinal menjadi molekul yang berbahaya untuk sel fotoreseptor karena bisa melarutkan membran sel fotoreseptor.

    Sinar biru memiliki penjang gelombang yang lebih pendek dan lebih banyak energi dibanding dengan warna lainnya. Saat sinar ini masuk ke mata, lensa dan retina tidak dapat memblokir atau memantulkannya sehingga mengenai dan merusak sel fotoseptor.

    “Sel fotoreseptor yang mati tidak dapat meregenerasi dan akan rusak”, ungkap Dr. Kasun Ratnayake, anggota penelitian di University of Toledo seperti dilansir dari Huffington Post.

    Rusaknya sel fotoreseptor bisa menyebabkan degenerasi makula (macular degeneration), yaitu penyebab kebutaan yang paling sering terjadi pada orang yang berusia 50 tahun atau lebih. Makula atau organ kecil dekat pusat retina yang mempertajam objek yang dilihat oleh mata. Makula ini dapat rusak seiring bertambahnya usia. Namun, akan terjadi lebih cepat salah satunya karena sinar biru dari smartphone, laptop, atau perangkat digital lainnya.

    Degenerasi makula memang tidak menyebabkan orang buta secara total, bisa pada satu mata saja. Namun, penglihatan akan jadi kabur atau tidak seterang penglihatan normal. Kondisi ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari yang sederhana, seperti mengenali wajah seseorang, membaca, mengemudi, atau menulis.

    Bagaimana caranya mengurangi radiasi sinar biru pada mata?

    Awas! Ini Bahayanya Jika Anda Tidur Dekat Ponsel

    Mencegah memang lebih baik daripada mengobati, bukan? Agar Anda memperkecil risiko degenerasi makula akibat paparan sinar biru dari ponsel, laptop, dan perangkat digital lainnya, Anda harus mengurangi penggunaan benda-benda tersebut.

    Misalnya, menghindari bermain ponsel sebelum tidur atau di waktu-waktu senggang. Jika Anda biasanya membaca e-book atau berita melalui ponsel, Anda bisa beralih ke koran atau buku yang dicetak.

    Dr. Ajith Karunarathne, asisten dosen di Fakultas Kimian dan Biokimia di University of Toledo menyarankan untuk melindungi mata dari blue light dengan memakai kacamata hitam khusus, yang didesain untuk menyaring UV dan blue light. 

    Selain mengurangi paparan blue light, degenerasi makula dapat diperlambat perkembangannya dengan menerapkan gaya hidup sehat. Cobalah untuk berhenti dari kebiasaan merokok, mengonsumsi makanan bergizi, dan berolahraga secara teratur.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Yusra Firdaus


    Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 23/06/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan