backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

6

Tanya Dokter
Simpan

Daftar Obat Kusta yang Kerap Diresepkan Dokter

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 07/10/2022

    Daftar Obat Kusta yang Kerap Diresepkan Dokter

    Kusta kerap dikira sebagai penyakit yang berbahaya dan tidak bisa disembuhkan. Padahal, pasien yang terkena penyakit ini bisa sembuh total. Penanganan kusta biasanya melibatkan resep obat untuk mencegah komplikasi, menghentikan penularan, serta menghentikan perkembangan bakteri penyebab infeksi ini.

    Mengenal dua tipe kusta

    Sebelum meresepkan obat, dokter akan mengamati terlebih dahulu jenis kusta apa yang dialami oleh seseorang, beserta gejala yang ditimbulkan. Berdasarkan ciri penyakit kusta, ada dua jenis tipe yang umum ditemukan di Indonesia sebagai berikut.

    Pausi basiler (PB): Kusta PB biasanya ditandai dengan kemunculan sekitar 1 – 5 bercak putih yang tampak mirip panu. adanya kerusakan pada satu saraf.

    Multi basiler (MB): Kusta MB ditandai dengan kemunculan bercak putih di kulit yang mirip kadas. Bercaknya muncul menyebar lebih dari lima buah. Untuk gejala lanjut, terjadi ginekomastia (pembesaran payudara) pada laki-laki.

    Gejala penyakit kusta yang paling mendasar adalah kurang rasa atau mati rasa sama sekali (baal) pada area kulit yang menampakkan bercak. Permukaan kulit juga terasa kering.

    Hal tersebutlah yang menyebabkan penderita kusta dapat mengalami kecacatan bila dibiarkan. Itu karena saraf mereka menjadi rusak sehingga mereka tidak merasakan sakit meskipun jari mereka putus.

    Bagaimana penyakit kusta diobati?

    obat kusta 1

    Orang yang telah terdiagnosis dengan kusta biasanya akan diberikan kombinasi antibiotik (MDT/Multi Drugs Therapy) sebagai langkah pengobatan selama enam bulan sampai dua tahun.

    Prinsip MDT diyakini dapat memperpendek masa pengobatan, memutuskan mata rantai penularan kusta, dan mencegah terjadinya cacat sebelum pengobatan.

    Menggunakan antibiotik secara bersamaan dalam satu waktu juga ditujukan agar bakteri tidak kebal terhadap obat-obatan yang diberikan sehingga penyakit kusta akan cepat disembuhkan.

    Ragam obat kusta yang diresepkan oleh dokter

    Obat kusta diresepkan berdasarkan jenis kusta untuk menentukan jenis, dosis antibiotik, dan durasi pengobatan. Berikut daftar antibiotik yang paling umum diresepkan dokter untuk mengobati kusta

    Rifampicin

    Rifampicin adalah antibiotik yang bekerja menghambat pertumbuhan bakteri kusta yang terbilang efektif. Rifampicin berbentuk kapsul yang dikonsumsi hanya melalui mulut. Obat ini harus diminum dengan segelas penuh air pada saat perut kosong, 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan.

    Efek samping umum dari penggunaan rifampicin meliputi perubahan warna urin menjadi merah, gangguan pencernaan, demam, dan menggigil.

    Dapsone

    Obat dapsone bekerja menghambat pertumbuhan bakteri kusta dan mengurangi terjadinya pembengkakan. Dosis dapsone tablet untuk mengobati kusta pada orang dewasa biasanya berkisar 50-100 mg yang diminum sekali sehari selama 2-5 tahun.

    Efek samping umum yang sering tejadi adalah gangguan pencernaan. Namun pada beberapa kasus, mungkin terjadi reaksi alergi dan sesak napas. Jika kedua hal ini terjadi, maka penggunaan obat tersebut harus dihentikan. Dokter mungkin akan meresepkan jenis obat lainnya.

    Lampren

    Lampren berfungsi memperlemah pertahanan bakteri kusta. Efek samping lampren termasuk gangguan pencernaan, mulut dan kulit menjadi kering, serta timbul noda kecokelatan pada kulit (hiperpigmentasi).

    Clofazimine

    Clofazimine harus diminum bersama dengan makanan atau susu. Dosis obat clofazimine kapsul untuk menangani kusta pada orang dewasa dan remaja biasanya berkisar 50–100 mg yang diminum sehari sekali.

    Obat ini harus dibarengi dengan obat lain. Anda mungkin harus mengonsumsi clofazimine selama 2 tahun. Jika Anda berhenti minum obat ini terlalu cepat, gejala yang Anda alami dapat kembali kambuh.

    Obat ini umumnya menyebabkan perubahan warna feses, belek (kotoran mata), dahak, keringat, air mata, dan urin, serta gangguan pencernaan.

    Ofloxacin

    Ofloxacin bekerja menghentikan pertumbuhan bakteri penyebab kusta. Biasanya obat ini diresepkan sebagai alternatif ketika Anda mengalami reaksi penolakan terhadap dapsone.

    Obat ini umumnya menyebabkan pembengkakan kulit akibat alergi dan gatal-gatal. Jika Anda melewatkan waktu minum obat ini, maka segeralah minum begitu ingat. Jika Anda melewatkannya sehari, tetap diminum namun harus sesuai dosis obat per hari, jangan melebihi itu.

    Minocycline

    Minocycline adalah antibiotik yang bekerja melawan bakteri. Obat ini tidak boleh dikonsumsi oleh wanita hamil karena akan membahayakan janinnya. Jangan berlarut-larut menggunakan obat ini melewati masa dosisnya karena dapat meningkatkan risiko penyakit ginjal.

    Kombinasi antibiotik kusta sesuai dengan jenisnya

    Untuk kusta basah (tipe PB) dokter akan meresepkan kombinasi dapsone dan rifampicin. Namun, jika Anda memiliki/mengalami reaksi alergi terhadap dapsone, maka akan diganti menjadi rifampicin dan clofazimine.

    Untuk kusta kering (tipe MB), dokter akan memberikan kombinasi dapsone, rifampicin, dan clofazimine atau dapsone, rifampicin, dan lampren.

    Untuk SLPB (Single Lesion Paucibacillary), yaitu pengidap kusta yang hanya muncul gejala lesi tunggal tidak muncul gejala lainnya, kombinasi obat yang diberikan adalah rifampicin, ofloxacin, dan minocycline.

    Obat lain yang digunakan untuk mendukung proses penyembuhan biasanya berupa suplemen vitamin B1, B6, dan B12 serta obat cacing yang diberikan sesuai dosis dengan berat badan.

    Apa efek samping obat kusta?

    menopause menyebabkan ruam
    Sumber: Medical News Today

    Biasanya saat masa pengobatan, Anda mungkin akan mengalami efek samping berupa ruam kulit kemerahan, kulit kering dan terkelupas, hingga nyeri sendi.

    Namun, Anda tak perlu khawatir karena sebenarnya efek tersebut hanyalah reaksi kusta. Reaksi kusta merupakan kondisi di mana bakteri mulai bereaksi terhadap obat-obatan yang dikonsumsi.

    Sistem kekebalan tubuh yang berusaha membangun pertahanan inilah yang akan menimbulkan reaksi di atas. Efek ini dialami oleh sekitar 25 – 40% pasien dan biasanya muncul enam bulan sampai satu tahun setelah memulai pengobatan.

    Bila efek samping tersebut terjadi, jangan hentikan pengobatan tanpa memberi tahu dokter. Sebab, tindakan ini malah akan memperburuk kondisi Anda.

    Ketika kusta tidak diobati secara tuntas, bakteri akan terus berkembangbiak dan semakin lama akan semakin kuat. Bakteri yang dibiarkan ini akan menyebabkan kerusakan saraf permanen, kelemahan otot, atau kecacatan.

    Jika muncul gejala di luar efek samping umum, segera hubungi dokter spesialis kulit. Biasanya obat dapat digantikan dengan obat lain sesuai dengan dosis dan tipe kusta yang Anda derita.

    Begitu pula jika Anda memiliki riwayat penyakit lain seperti bronkitis, gangguan ginjal atau penyakit lainnya, konsultasikan terlebih dahulu supaya obat-obat yang Anda konsumsi tidak memperparah penyakit Anda.

    Untuk berkonsultasi kepada dokter, Anda bisa datang langsung ke rumah sakit atau klinik yang Anda tuju atau booking dokter spesialis kulit terlebih dahulu melalui platform Hello Sehat.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 07/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan