backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

7

Tanya Dokter
Simpan

8 Kondisi Penyebab Tenggorokan Berdahak, tapi Tidak Batuk

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 20/07/2022

    8 Kondisi Penyebab Tenggorokan Berdahak, tapi Tidak Batuk

    Apakah Anda sering mengeluarkan dahak di tenggorokan tapi tidak mengalami batuk? Munculnya dahak memang sangat mengganggu karena membuat bagian tenggorokan terasa seperti mengganjal. Lantas, apa yang menyebabkan tenggorokan berdahak, tapi tidak dalam keadaan batuk ataupun flu? Di bawah ini jawabannya.

    Sekilas tentang dahak di tenggorokan

    Sebenarnya, dahak sendiri adalah zat licin yang berfungsi sebagai pelumas sinus dan tenggorokan.

    Zat ini diproduksi oleh sel mukus di kelenjar lendir yang mengandung air, mucin, garam, elektrolit, dan berbagai jenis sel, seperti sel epitel.

    Memiliki dahak adalah hal yang normal. Seseorang bisa saja memiliki dahak di tenggorokannya meski dalam keadaan sehat.

    Dilansir dari Cleveland Clinic, rata-rata tubuh menghasilkan 1 – 2 liter lendir sehari yang digunakan untuk menjaga tenggorokan agar selalu lembap dan membantu sistem pernapasan.

    Selain itu, dahak juga berfungsi untuk membantu melawan penyebab iritasi dan infeksi.

    Tekstur lendir yang cair dan licin berperan penting dalam melindungi tenggorokan dari berbagai zat asing yang masuk ke dalam saluran ini.

    Hanya saja, dalam kasus tertentu, produksi dahak bisa terjadi terlalu banyak. Umumnya, hal ini terjadi saat Anda sedang mengalami batuk atau flu.

    Saat partikel kotor, virus, atau bakteri penyebab penyakit masuk ke dalam tenggorokan, tubuh akan mengenalinya sebagai zat asing. Zat asing ini kemudian menempel pada lendir.

    Selanjutnya, tubuh akan mengeluarkan lendir yang terkontaminasi dalam bentuk dahak melalui batuk (batuk berdahak).

    Namun, ada juga kondisi lain yang membuat dahak terus keluar dan menumpuk di tenggorokan Anda, tapi tidak menderita batuk atau flu. Apa itu?

    Penyebab dahak di tenggorokan tapi tidak batuk

    pengencer dahak alami

    Berikut beberapa faktor penyebab yang membuat tenggorokan berdahak meski tidak batuk.

    1. Infeksi

    Produksi lendir biasanya akan dihasilkan secara lebih cepat saat tubuh sedang mengalami infeksi.

    Hal ini merupakan respons alami tubuh untuk menghilangkan partikel asing yang mungkin menyebabkan infeksi.

    Singkatnya, tubuh cenderung merangsang produksi lendir guna meningkatkan pertahanannya untuk melawan serangan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Akibatnya, terjadilah penebalan lendir.

    Pada fase ini, jalan keluar yang paling mudah untuk mengeluarkan lendir kental adalah melalui tenggorokan, sehingga menyebabkan penumpukan dahak di tenggorokan tapi tidak disertai batuk.

    2. Iritasi polutan

    Tidak sengaja menghirup asap polusi atau gas beracun, seperti belerang dioksa dan nitrogen dioksida, ternyata bisa menyebabkan produksi lendir secara berlebihan.

    Kondisi ini membuat saluran pernapasan mengalami iritasi, sehingga tenggorokan meradang dan membengkak. Sebagai respons paling utama, dahak akhirnya dihasilkan secara berlebihan.

    3. Sinusitis akut

    Sinusitis akut adalah suatu kondisi yang ditandai dengan pembengkakan rongga sinus.

    Pembengkakan tersebut membatasi saluran sinus yang pada akhirnya menyebabkan terbentuknya lendir.

    Sinusitis akut dapat disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur.

    Selain itu, tidur telentang saat Anda mengalami infeksi sinus juga menyebabkan penumpukkan lendir di bagian belakang tenggorokan, yang bisa menyebabkan sakit tenggorokan dan masalah tidur.

    4. Alergi

    Reaksi alergi menjadi salah satu hal yang dapat menyebabkan tenggorokan berlendir.

    Saat Anda terpapar zat alergen, seperti makanan, debu, atau polusi, tubuh akan melepaskan zat histamin dengan cepat.

    Akibatnya, timbul sejumlah reaksi yang dapat menyebabkan penyumbatan hidung dan membuat lendir mengalir dari hidung ke tenggorokan.

    5. Asam lambung meningkat

    Refluks asam lambung atau Gastroesophageal reflux disease (GERD) terjadi ketika asam lambung naik kembali ke kerongkongan.

    Kondisi ini bisa memicu penumpukan dahak di tenggorokan, tapi tidak disertai batuk. Ini karena refluks asam lambung pada laring (LPR) bisa melukai tenggorokan.

    Saat teriritasi asam lambung, tenggorokan secara otomatis menghasilkan lendir agar tidak terjadi peradangan yang berlanjut.

    GERD bisa dipicu oleh makanan yang bisa membuat asam lambung naik, seperti kopi, makanan pedas, minuman berkarbonasi, serta makanan yang tinggi lemak.

    6. Kehamilan

    Seiring dengan kenaikan berat badan, emosi yang tidak stabil, dan morning sickness, produksi lendir yang berlebih dapat terjadi akibat efek kehamilan.

    Perubahan hormonal selama kehamilan dapat mengeringkan saluran hidung yang menyebabkannya meradang.

    Akibat masalah tersebut, tenggorokan bisa menjadi berdahak, tapi tidak batuk.

    Untuk melancarkan sirkulasi pernapasan akibat penumpukkan lendir, Anda bisa menggunakan lap basah hangat yang diletakkan di hidung atau pipi.

    7. Minum susu

    Mengonsumsi produk susu ketika sedang flu, pilek, ataupun demam dapat menyebabkan penebalan dan tidak terkendalinya produksi lendir.

    Minum susu, produk gandum, dan telur dapat memperparah gejala alergi makanan yang Anda alami sekaligus menyebabkan produksi lendir berlebih yang pada akhirnya dapat menumpuk di tenggorokan.

    8. Faktor fisiologis tertentu

    Seseorang yang memiliki gangguan tenggorokan dan masalah menelan juga dapat menyebabkan penumpukkan lendir di tenggorokan.

    Ini karena penderita gangguan tenggorokan dan menelan memiliki otot tenggorokan dengan kontrol yang rendah. Akibatnya, lendir lebih sulit dikeluarkan dan mengendap di tenggorokan.

    Selain itu, memiliki septum yang menyimpang, yaitu suatu kondisi di mana tulang rawan yang membagi hidung menjadi dua sisi bergerak, juga bisa menyebabkan perubahan pada aliran lendir.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Carla Pramudita Susanto

    General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


    Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 20/07/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan