backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

5 Jenis Pantangan Makanan yang Harus Dihindari Anak Autisme

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 04/01/2024

    5 Jenis Pantangan Makanan yang Harus Dihindari Anak Autisme

    Memperhatikan asupan makanan jadi hal yang penting saat anak Anda mengidap autisme. Pasalnya, makanan tertentu bisa memperparah kondisinya. Jadi, jangan sembarangan memberi makan pada anak. Sudah saatnya bagi Anda untuk memikirkan pantangan makanan untuk anak autisme, seperti dalam penjelasan berikut ini.

    Berbagai pantangan makanan untuk anak autisme

    Autisme, atau gangguan spektrum autisme (GSA), adalah gangguan perkembangan otak.

    Anak atau orang dewasa dengan autisme memiliki kesulitan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Untuk mengurangi gejala autisme, pola makan khusus sebaiknya Anda pertimbangkan.

    Meskipun bukti ilmiah terbatas, beberapa ahli percaya bahwa menghilangkan atau mengurangi konsumsi jenis makanan tertentu dapat membantu mengurangi gejala atau meningkatkan kondisi anak dengan autisme.

    Ada beberapa jenis makanan yang menjadi pantangan untuk anak autisme, di antaranya sebagai berikut.

    1. Makanan yang mengandung gluten dan kasein

    cara memilih susu formula anak 1-3 tahun

    Dalam banyak kasus, anak dan orang dewasa dengan autisme menderita alergi atau sangat sensitif, sehingga memiliki pantangan terhadap makanan yang mengandung protein khusus bernama gluten dan kasein.

    Pasalnya, tubuh mereka memproses dua kandungan protein tersebut dengan cara yang berbeda dengan orang-orang pada umumnya.

    Respons tubuh terhadap bahan kimia tersebut dapat mengubah perilaku seseorang.

    Sementara itu, para ahli telah menemukan kadar protein yang tidak wajar dalam cairan tubuh orang yang hidup dengan autisme.

    Gluten sebenarnya adalah protein khusus yang dapat ditemukan dalam biji-bijian seperti gandum dan jelai (sejenis padi). Roti, kue, dan pasta dari gandum juga biasanya mengandung gluten.

    Mungkin sedikit sulit untuk menghindari gluten, tetapi Anda bisa memeriksa label produk untuk memastikan produk tersebut bebas gluten.

    Sementara itu, kasein dapat ditemukan dalam makanan yang mengandung laktosa. Berarti produk-produk susu dan olahannya, seperti mentega dan keju, kemungkinan besar mengandung kasein.

    Bahkan, makanan yang berlabel “bebas susu” atau “bebas laktosa” pun masih bisa mengandung kasein dan menjadi pantangan makanan untuk anak autisme.

    Hal ini patut disayangkan karena produk susu yang mengandung laktosa merupakan sumber vitamin D dan kalsium yang baik.

    Maka dari itu, Anda harus mencari makanan lain untuk memastikan bahwa anak Anda mendapatkan asupan kalsium dan vitamin D yang memadai dan tidak menjadi pantangan untuk anak autisme, misalnya dari konsumsi sayuran hijau dan ikan laut. 

    2. Kacang kedelai dan produk turunan kedelai

    Saat ini banyak kedelai dan produk kedelai yang sudah direkayasa secara genetik dan menyebabkan alergi makanan. Hal ini sayangnya bisa memperparah gejala autisme pada anak Anda.

    Selain itu, ada kaitan antara penggunaan susu formula berbahan dasar kedelai dengan kejang pada anak-anak penderita autisme.

    Ini berarti jika diberi produk bayi yang mengandung protein kedelai, maka anak Anda yang mengidap autisme lebih berisiko untuk mengalami kejang.

    Kedelai dapat ditemukan dalam kecap, minyak kedelai, tahu, tempe, edamame, dan susu kedelai. 

    3. Gula dan pewarna buatan

    mengurangi asupan gula anak

    Beberapa anak dengan autisme diyakini lebih sensitif terhadap gula dan pewarna buatan dalam makanan, sehingga bahan makanan ini termasuk yang menjadi pantangan baginya.

    Faktanya, beberapa orangtua melaporkan peningkatan perilaku anak setelah menghilangkan atau mengurangi gula dan pewarna buatan dari diet dan pola makan anak.

    Mengurangi konsumsi gula dan pewarna buatan diketahui bisa membantu meningkatkan keseimbangan kognitif dan perilaku anak dengan autisme.

    Pasalnya, ada anak autisme yang mungkin lebih responsif terhadap gula daripada anak lain.

    Mereka mungkin mengalami lonjakan energi yang singkat setelah mengonsumsi gula, yang kemudian diikuti oleh kelelahan atau perubahan perilaku.

    Beberapa anak dengan autisme juga diketahui memiliki hipersensitivitas terhadap zat tambahan pangan, termasuk pewarna buatan.

    4. MSG (Monosodium Glutamat)

    Beberapa orangtua percaya bahwa menghindari MSG, yaitu sejenis penyedap rasa yang digunakan dalam banyak makanan olahan, dapat bermanfaat bagi anak dengan autisme.

    Hal ini dipercaya bahwa mengurangi MSG dalam diet anak dapat membantu menciptakan keseimbangan nutrisi yang lebih baik dan mengurangi risiko reaksi negatif.

    Dilansir dari Leaf Wing Center, mengonsumsi MSG terlalu banyak bisa menimbulkan overstimulasi pada otak anak dan menyebabkan hiperaktif.

    5. Jagung

    Jagung merupakan jenis makanan biji-bijian, bukan sayuran, sehingga nilai gizinya rendah.

    Namun, bukan hanya itu, jagung juga diketahui sebagai makanan yang bisa memicu peradangan karena mengandung tinggi asam lemak omega-6.

    Oleh karena itu, jagung juga menjadi salah satu makanan yang menjadi pantangan bagi anak autisme, sehingga mungkin perlu dibatasi atau dihindari konsumsinya.

    Kesimpulan

    • Faktanya, ada makanan tertentu yang dapat memperburuk gejala autisme. Oleh karena itu, pastikan Anda menghindari memberikan makanan pantangan untuk anak autisme yang telah disebutkan di atas. 
    • Meski demikian, penting untuk diingat bahwa setiap anak berbeda. Sebelum membuat perubahan signifikan dalam diet anak, disarankan untuk berkonsultasi kepada dokter anak atau ahli gizi.
    • Dokter dapat memberikan panduan yang lebih baik berdasarkan kebutuhan khusus anak dan memastikan bahwa diet tetap seimbang dan memenuhi kebutuhan gizi si Kecil.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Carla Pramudita Susanto

    General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


    Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 04/01/2024

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan