backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Mengungkap Kebenaran Mitos Asma yang Marak Beredar

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Novi Sulistia Wati · Tanggal diperbarui 22/06/2021

    Mengungkap Kebenaran Mitos Asma yang Marak Beredar

    Asma merupakan penyakit pada saluran pernapasan akibat peradangan dan penyempitan saluran napas. Penyakit ini memerlukan penanganan yang tepat agar penderitanya dapat tetap beraktivitas dengan normal. Namun, ternyata masih terdapat beberapa mitos terkait asma yang beredar dan dipercaya banyak orang. Akibatnya, banyak kesalahpahaman soal penyakit ini.

    Mitos asma yang sama sekali tidak benar

    Umumnya, asma ditandai dengan kesulitan bernapas atau sesak napas, nyeri dada, batuk, ataupun mengi. Serangan asma dapat muncul secara tiba-tiba dan terjadi lebih dari sekali.

    Biasanya, serangan asma berlangsung cepat atau bahkan lebih dari satu hari. Serangan yang kedua dapat berlangsung lebih parah dan berbahaya daripada serangan yang pertama.

    Meskipun bukan penyakit yang fatal, asma termasuk penyakit yang serius.

    Jika tidak ditangani dengan tepat, penyakit ini akan membuat penderita merasa kurang nyaman dalam beraktivitas, bahkan berisiko menimbulkan komplikasi asma.

    Mengetahui dengan tepat soal penyakit ini, dapat membantu Anda menangani kondisi ini dengan ebnar pula. Untuk itu, ketahui beberapa mitos asma yang sebaiknya tak perlu lagi Anda percaya.

    1. Asma pasti penyakit genetik (keturunan)

    daftar pertanyaan anak asma

    Pendapat bahwa asma adalah penyakit keturunan hanyalah mitos. Hingga kini, belum ada penelitian yang dapat membuktikan dengan pasti apa yang jadi penyebab asma.

    Seseorang juga bisa saja memiliki asma, sekalipun tidak ada riwayat keluarga yang memilikinya.

    Terdapat beberapa faktor yang membuat Anda berisiko kena asma, dan genetik hanyalah salah satunya, bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan asma.

    2. Asma dapat disembuhkan

    asma pada anak

    Salah satu mitos yang banyak dipercaya lagi adalah asma bisa sembuh. Sayangnya, hal ini keliru.

    Banyak orang merasa dirinya telah sembuh dari ketika gejala asma tak lagi sering dirasakan. Padahal, ini menandakan bahwa Anda mampu mengendalikan asma yang Anda miliki dengan baik.

    Ya, asma hanya dapat dikendalikan, bukan disembuhkan. Asma merupakan penyakit kronis yang dipicu oleh kelainan patologis, umumnya alergi. Ini akan selalu menetap.

    Hal ini dikemukakan oleh Dr. Cindy Gellner dari University of Utah. Menurutnya, pengendalian gejala asma bergantung pada tingkat keparahan. Tidak merasakan gejala, bukan berarti bahwa Anda sudah sembuh total dari asma.

    Salah satu cara mengendalikan asma adalah dengan menggunakan inhaler. Anda juga bisa menghindari hal-hal yang memicu asma, seperti stres, rasa cemas, debu, asap, udara dingin, dan bulu binatang.

    3. Penderita asma sebaiknya tidak berolahraga

    asma akibat karena olahraga (exercise induced asthma)

    Mitos lainnya yang banyak diamini orang-orang adalah pengidap asma tidak boleh berolahraga. Wajar saja, mengingat olahraga membuat Anda ngos-ngosan.

    Padahal, dokter mengajurkan olahraga untuk penderita asma, terutama jika penderita asma tersebut telah melakukan pengobatan yang tepat.

    Penderita asma lebih dianjurkan untuk berolahraga di lingkungan yang memiliki kelembapan tinggi. Pasalnya, udara kering dapat mengiritasi dan mempersempit saluran napas. Salah satu olahraga yang dianjurkan adalah berenang.

    Meski belum ada penelitian yang menyatakan dengan gamblang manfaat berenang untuk asma, melakukannya secara rutin bisa meningkatkan kebugaran dan fungsi paru-paru.

    Jika Anda cocok dengan olahraga jenis ini, bukan tidak mungkin gejala asma yang Anda alami jadi lebih jarang datang.

    4. Inhaler bisa membuat kecanduan

    mencegah asma saat olahraga

    Mitos mengenai pemakaian inhaler dapat membuat penderita asma kecanduan tentunya salah. Menggunakan inhaler sama halnya dengan aktivitas sikat gigi yang tidak akan membuat kecanduan.

    Biasanya, obat-obatan asma diberikan melalui inhaler. Alat inhaler bekerja dengan cara mengirimkan obat-obatan asma ke dalam saluran pernapasan secara langsung dengan cara dihirup dari mulut.

    Ini menjadi salah satu cara yang baik untuk mengendalikan asma.

    5. Obat steroid berbahaya karena memiliki efek samping

    efek steroid pada kesuburan

    Steroid juga digunakan untuk mengobati asma. Steroid memang diketahui memiliki banyak efek samping seperti osteoporosis, berat badan, mudah memar, diabetes, katarak, mulas, depresi ataupun gangguan pencernaan.

    Itu sebabnya, banyak yang percaya obat ini bahaya termasuk untuk asma. Lagi-lagi, ini keliru dan mitos yang sebaiknya tak lagi diikuti orang asma.

    Salah satu metode terbaik untuk mengendalikan asma adalah dengan menggunakan obat yang mengandung kortikosteroid. Kortikosterois sendiri merupakan “salinan’ dari steroid yang sebenarnya diproduksi secara alami dalam tubuh kita.

    Maka itu, steroid merupakan pengobatan asma yang sangat aman dan efektif. Terlebih lagi, jika Anda menggunakan steroid dengan dosis yang tepat dan sesuai anjuran dokter.

    6. Semua orang memiliki gejala asma yang sama

    perbedaan asma dan ppok

    Mitos tentang asma ini sama sekali tidak tepat. Faktanya, setiap orang memiliki gejala asma yang berbeda. Beberapa gejala asma yang mungkin dimiliki oleh setiap orang akan beragam, di antaranya sesak dada, mengi, kelelahan, ataupun batuk.

    Konsultasi ke dokter adalah langkah tepat jika Anda memiliki asma, terlebih jika gejalanya sering muncul. Meski Anda dan teman Anda sama-sama mengalami asma, jangan mengikuti rencana pengobatan orang lain.

    Hal ini karena kondisi tiap orang beda. Pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang sesuai.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Novi Sulistia Wati · Tanggal diperbarui 22/06/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan