backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Alergi Kacang: Penyebab, Gejala, Cara Mengatasi, dll.

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Arinda Veratamala · Tanggal diperbarui 13/11/2020

    Alergi Kacang: Penyebab, Gejala, Cara Mengatasi, dll.

    Beberapa dari Anda mungkin mempunyai alergi yang berbeda-beda. Ada yang memiliki alergi terhadap makanan tertentu, alergi debu, alergi dingin, dan sebagainya. Alergi makanan sendiri merupakan salah satu jenis alergi yang paling umum. Dan, salah satu makanan yang paling sering menyebabkan alergi adalah kacang. Apakah ada dari Anda yang alergi kacang? Tahukah Anda mengapa Anda bisa mengalaminya?

    Apa penyebab seseorang mengidap alergi kacang?

    Alergi berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh Anda. Sistem kekebalan tubuh normal akan melawan infeksi dari zat-zat asing yang dapat membahayakan tubuh. Zat-zat yang menyebabkan alergi ini kerap disebut alergen.

    Nah, pada orang dengan alergi kacang, sistem kekebalan tubuhnya keliru dalam mengidentifikasi protein dalam kacang. Sistem kekebalan tubuh mengira protein dalam kacang sebagai zat asing yang berbahaya. Sehingga, tubuh akan memunculkan reaksi berlebihan dan melepaskan bahan kimia (seperti histamin) ke dalam darah.

    Histamin ini kemudian dapat memengaruhi berbagai jaringan dalam tubuh, seperti kulit, mata, hidung, saluran napas, paru-paru, saluran pencernaan, dan pembuluh darah. Sehingga, berbagai reaksi muncul pada tubuh saat tubuh terpapar oleh kacang.

    Ya, kontak langsung maupun tidak langsung dengan alergen dari makanan ini dapat menyebabkan tubuh melepaskan histamin dan memunculkan reaksi alergi. Ini tergantung dari tingkat keparahan alergi Anda.

    Tubuh bisa memunculkan reaksi saat terpapar kacang melalui berbagai cara, seperti:

    • Kontak langsung, seperti makan kacang atau makanan yang mengandung kacang. Terkadang, kontak kulit langsung dengan kacang dapat memicu reaksi alergi.
    • Kontak silang, seperti makan makanan yang terkena kacang selama proses pembuatannya.
    • Menghirup, reaksi alergi bisa muncul saat Anda menghirup udara yang mengandung kacang, seperti dari tepung kacang. Protein kacang yang terhirup dan masuk ke tubuh Anda dapat memunculkan reaksi alergi.

    Alergi ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu alergi pada kacang bawah tanah dan alergi pada kacang pohon. Beberapa kacang yang termasuk ke dalam kacang pohon adalah almon, mete, macademia, dan kenari. Sedangkan yang tumbuh di bawah tanah adalah kacang tanah biasa, kedelai, dan kacang polong.

    Orang yang sensitif terhadap kacang tanah belum tentu juga sensitif pada zat alergen dalam kacang pohon. Namun, mereka tetap berisiko lebih tinggi untuk mengidap alergi terhadap setidaknya salah satu jenis kacang pohon. Diperkirakan risikonya dapat meningkat dari 25% hingga 40 persen.

    Apa yang terjadi kalau pengidap alergi makan kacang?

    alergi makanan pada anak

    Alergi kacang bisa terjadi pada siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa. Seseorang dengan alergi ini dapat menunjukkan reaksi alergi, walaupun ia hanya memakan sedikit kacang atau makanan yang mengandung kacang. Reaksi dari alergi ini dapat muncul mulai dari tingkat ringan sampai berat, bahkan bisa mengancam nyawa Anda, yang disebut dengan anafilaksis.

    Reaksi alergi ini muncul karena tubuh mengeluarkan senyawa histamin untuk melawan zat asing. Beberapa reaksi umum yang bisa muncul adalah:

    • Reaksi pada kulit: gatal-gatal, bintik merah pada kulit, bengkak, dan ruam
    • Reaksi pada saluran pernapasan: hidung meler, bersin, sakit tenggorokan, batuk, mengi, sulit bernapas
    • Reaksi pada sistem pencernaan: sakit perut, diare, muntah, mual, dan kram perut
    • Gatal di sekitar mulut dan tenggorokan
    • Mata gatal, berair, atau bengkak

    Berbagai reaksi ini bisa muncul beberapa menit sampai beberapa jam setelah Anda makan kacang. Reaksi yang muncul mungkin berbeda-beda antar individu. Itu semua tergantung pada tubuh Anda. Bahkan, reaksi bisa muncul berbeda pada waktu berbeda pada orang yang sama.

    Reaksi yang muncul setelah mengonsumsi kacang tentunya harus segera ditangani. Bila dibiarkan, reaksi alergi dapat bertambah parah. Terlebih kacang merupakan salah satu alergen yang paling sering menimbulkan reaksi anafilaksis atausyok anafilaktik dibanding alergen lainnya.

    Anafilaksis adalah sebuah keadaan di mana Anda mengalami reaksi alergi yang serupa dengan reaksi alergi biasa tetapi dengan kondisi yang lebih parah. Selain itu, anafilaksis akan diikuti dengan reaksi syok berupa penurunan tekanan darah secara drastis dan pembengkakan di tenggorokan yang membuat Anda sesak nafas. Anda bisa saja kehilangan kesadaran karena munculnya reaksi ini.

    Siapa saja yang berisiko mengalami alergi ini?

    Sampai saat ini belum jelas mengapa ada orang yang alergi kacang dan ada yang tidak. Namun, ada beberapa orang yang memiliki risiko lebih besar untuk mengembangkan alergi ini daripada lainnya. Beberapa faktor risikonya adalah:

    • Usia. Alergi ini biasanya lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa.
    • Pernah memiliki alergi kacang. Alergi kacang mungkin bisa diatasi oleh beberapa anak di masa lalunya. Namun, tidak menutup kemungkinan alergi kacang akan kambuh lagi.
    • Punya alergi lain. Jika Anda punya alergi terhadap salah satu makanan, maka risiko Anda untuk mengalami alergi pada makanan lain akan meningkat.
    • Ada anggota keluarga yang punya alergi. Risiko Anda mengalami alergi kacang meningkat jika ada salah satu anggota keluarga Anda ada yang punya alergi, terutama alergi makanan.
    • Dermatitis atopik. Beberapa orang dengan kondisi kulit dermatitis atopik biasanya juga memiliki alergi makanan.

    Bagaimana cara mengatasi alergi kacang?

    alergi kacang
    Sumber: Focus For Health

    Sampai saat ini, belum diketahui pasti apakah alergi kacang bisa disembuhkan dan apa obat yang bisa menghilangkannya. Metode terbaik yang bisa dilakukan adalah menghindari segala makanan yang mengandung alergen. Bila diberikan obat untuk alergi makanan pun hanya berfungsi untuk meringankan gejala ketika reaksi alergi kambuh.

    Sebelumnya Anda tentu harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk mendiagnosis alergi. Tes yang dilakukan untuk mengetahui alergi kacang sama dengan alergi makanan biasa. Selain pemeriksaan fisik dan memberi tahu dokter tentang gejala yang dirasakan, Anda akan diminta untuk menjalani tes lanjutan seperti tes tusuk kulit dan tes darah.

    Setelah itu, lakukan berbagai langkah pencegahan reaksi. Bacalah informasi seputar komposisi bahan sebelum membeli suatu produk untuk memastikan tidak ada kandungan kacang di dalamnya, masaklah makanan dengan alat berbeda untuk menghindari adanya kontaminasi silang dari masakan yang menggunakan bahan kacang-kacangan.

    Dalam mencegah kembalinya reaksi alergi, Anda tentu juga membutuhkan kerja sama dengan orang-orang terdekat yang tinggal bersama Anda. Pastikan segala penyimpanan makanan atau alat makan yang digunakan aman dari makanan alergen.

    Begitu pula ketika Anda makan di restoran, ada baiknya Anda melihat menu terlebih dahulu sebelum memilih restoran yang akan dikunjungi. Bila belum yakin, tanyakan bahan serta cara koki restoran dalam menyiapkan makanan. Katakan bahwa Anda memiliki alergi dan mintalah rekomendasi menu yang aman untuk Anda.

    Jika Anda berisiko terhadap alergi yang lebih parah, dokter mungkin akan memberikan auto injeksi epinefrin seperti EpiPen. Alat ini berupa suntikan otomatis yang harus diinjeksikan pada paha atas Anda setiap Anda mengalami syok anafilaktik. Setelah disuntik, Anda harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan medis.

    Jangan lupa untuk membawa alat ini ke manapun Anda pergi, bila perlu sedia lebih dari satu injeksi epinefrin dan letakkan di tempat-tempat yang sering Anda singgahi seperti kamar, ruang kerja, atau mobil.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Arinda Veratamala · Tanggal diperbarui 13/11/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan