Guna mengontrol gejala beberapa gangguan mental seperti depresi, dokter akan meresepkan obat penenang atau yang juga disebut obat antidepresan. Namun, tahukah Anda bahwa obat depresi terdiri dari banyak jenis?
Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Guna mengontrol gejala beberapa gangguan mental seperti depresi, dokter akan meresepkan obat penenang atau yang juga disebut obat antidepresan. Namun, tahukah Anda bahwa obat depresi terdiri dari banyak jenis?
Simak informasi lebih dalam mengenai jenis obat ini pada ulasan berikut.
Depresi adalah gangguan suasana hati yang bisa membuat seseorang merasa terus sedih. Jika tidak diobati, pengidapnya bahkan bisa melukai diri sendiri dan mencoba bunuh diri.
Obat antidepresan bekerja dengan menyeimbangkan neurotransmiter, yakni zat kimia pembawa pesan dalam otak yang mampu memengaruhi suasana hati dan emosi Anda.
Selain meningkatkan mood, penggunaan obat ini akan membantu meningkatkan kualitas tidur, membuat pikiran fokus, hingga menambah nafsu makan.
Cara kerja obat depresi tergantung pada jenisnya. Berikut ini beberapa jenis obat penenang depresi serta efek samping yang perlu Anda ketahui.
Serotonin adalah neurotransmiter yang terkait dengan perasaan sehat dan bahagia. Pada otak orang yang mengalami depresi, produksi serotonin cenderung lebih rendah.
SSRI membantu mengobati depresi sedang hingga berat. Obat ini memblokir serotonin supaya sel saraf tidak menyerap kembali dan mendaur ulang neurotransmiter ini.
Hal ini menyebabkan peningkatan konsentrasi serotonin, yang dapat meningkatkan mood dan menumbuhkan minat terhadap aktivitas yang dulunya Anda sukai.
Beberapa contoh obat depresi golongan SSRI, di antaranya escitalopram (Lexapro), fluoxetine (Prozac), paroxetine (Aropax), sertraline (Zoloft), dan citalopram (Cipramil).
SSRI memiliki risiko efek samping yang tergolong rendah. Akan tetapi, tetap ada kemungkinan munculnya efek samping, meliputi:
SNRI bekerja menghambat serotonin dan norepinefrin agar tidak diserap kembali oleh sel saraf.
Norepinefrin (norepinephrine) terlibat dalam respons ketertarikan terhadap rangsangan dari luar dan memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu.
Oleh sebab itu, obat antidepresan golongan SNRI diyakini lebih efektif daripada obat jenis SSRI yang hanya berfokus pada serotonin.
Obat antidepresan yang termasuk dalam golongan SNRI, di antaranya venlafaxine (Effexor XR), desvenlafaxine (Pristiq), duloxetine (Cymbalta), dan reboxetine (Edronax).
Beberapa efek samping yang timbul akibat penggunaan obat depresi jenis ini, meliputi:
Obat depresi trisiklik bekerja menghambat neurotransmiter, termasuk serotonin, epinefrin, dan norepinefrin, agar tidak kembali terserap sekaligus juga mengikat reseptor sel saraf.
Pada umumnya, dokter akan meresepkan obat ini untuk seseorang yang sebelumnya pernah menggunakan SSRI, tetapi tidak menunjukkan perbaikan gejala.
Jenis obat yang masuk dalam golongan ini, seperti amitriptyline (Endep), imipramine (Tofranil), clomipramine (Anafranil), dosulepin (Dothep), doxepin (Deptran), dan nortriptyline (Allegron).
Beberapa efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan obat antidepresan jenis ini, meliputi:
MAOI bekerja menghambat enzim monoamine oxidase yang dapat menghancurkan serotonin, epinefrin, dan dopamin, yang bertanggung jawab untuk menimbulkan perasaan bahagia.
Biasanya, obat MAOI diresepkan saat obat-obatan lainnya tidak memberikan perbaikan gejala.
Beberapa contoh obat antidepresan dari golongan MAOI yaitu tranylcypromine, phenelzine, dan isocarboxazid.
Obat depresi ini punya efek samping sangat serius. Beberapa di antaranya meliputi:
NASSA adalah obat antidepresan yang bekerja dengan meningkatkan kadar noradrenalin dan serotonin. Obat ini umumnya diresepkan bagi mereka yang tidak bisa minum SSRI.
Serotonin dan noradrenalin merupakan jenis neurotransmiter yang mengatur suasana hati dan emosi. Serotonin juga ikut mengatur siklus tidur dan nafsu makan Anda.
Salah satu jenis obat antidepresan yang termasuk dalam golongan NASSA yakni mirtazapine.
Efek samping yang timbul mungkin sama seperti obat SSRI. Beberapa di antaranya meliputi:
Dokter akan meresepkan obat bila Anda merasakan gejala depresi dan didiagnosis mengalami gangguan mental ini. Perbaikan gejala biasanya mulai terlihat 3–4 minggu setelah minum obat.
Selain resep obat, dokter mungkin merujuk Anda untuk menjalani terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi intrapersonal untuk menangani kasus depresi sedang hingga berat.
Terlepas dari pengobatan medis, beberapa dokter juga setuju bahwa olahraga rutin merupakan “pengobatan alternatif” terbaik untuk mengatasi depresi.
Penting juga untuk membarengi pengobatan dengan pola hidup sehat, yakni dengan konsumsi makanan sehat dan cukupi waktu istirahat.
Dikutip dari Mayo Clinic, ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan sebelum atau selama menggunakan obat untuk mengatasi gangguan suasana hati ini.
Dokter Anda hanya akan meresepkan obat antidepresan selama fase kehamilan dan menyusui setelah menimbang manfaat dan risikonya, baik pada ibu dan janin.
Risiko cacat lahir akibat mengonsumsi antidepresan selama kehamilan terbilang rendah. Meski begitu, tetap konsultasikan lebih lanjut mengenai konsumsi obat ini pada dokter Anda.
Efek samping obat antidepresan dapat muncul bila Anda menggunakannya bersama dengan obat resep, obat nonresep, vitamin, suplemen gizi, dan produk herbal lain.
Efektivitas obat mungkin juga terpengaruh dari interaksi ini. Oleh sebab itu, catat dan beri tahu dokter bila Anda mengonsumsi obat-obatan tertentu.
Setiap orang mengalami efek samping obat yang berbeda. Ada yang merasakan efek samping ringan, ada pula yang merasakan efek samping berat dari penggunaan obat depresi.
Segera hubungi dokter bila Anda mengalami efek samping yang mengganggu. Dokter mungkin akan menurunkan dosis maupun mengganti jenis obat yang lebih aman untuk Anda.
Untuk memperoleh info lebih lanjut seputar hal ini, Anda bisa mendatangi dokter kejiwaan atau psikiater. Cari psikiater terdekat dari lokasi Anda dan booking via Hello Sehat.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar